Part Two : Mario Aditya, Who are You?

375 9 0
                                    

"Den, den Cakka! Aden kenapa?" Bibik segera menghampiri Cakka. Ia terlihat sangat panik melihat tingkah Cakka yang sedang membanting-bantingkan tubuhnya ke tembok.

"Da-da-da gue," kata Cakka sambil memegang dadanya yang terasa sakit.

"Asma aden kambuh? Bibik ambilkan obat ya."

—o00o—

Perjalanan pulang sekolah ...

Dalam diam selalu terbayang satu wajah yang menuntunnya untuk mencari sosok pada bayangan itu. Sebenarnya kelebihan yang ia miliki bukanlah suatu pilihan, melainkan sebuah anugerah yang dititipkan oleh Tuhan. Matanya kembali terpejam, terbayang sosok seorang yang belum lama ini telah berjumpa dengannya.

Alvin. Ya orang dalam bayangan itu adalah Alvin. Ada apa dengan dia?

Ada hal ganjil yang membuatnya merasa bimbang untuk menemui Alvin. Matanya kembali terpejam untuk menerawang keadaan teman barunya yang bernama Alvin, namun hasilnya nihil. Mata batinnya tertutup dan gelap tak bisa melihat.

Matanya kembali terpejam, satu sosok baru telah muncul pada bayangannya. Bukan sosok yang asing baginya. Laki-laki dalam bayangan Obiet terlihat sedang kesakitan dan sepertinya membutuhkan bantuan.

"Cakka. Ya Cakka."

Obiet melangkahkan kakinya tanpa tujuan, tentunya dalam keadaan tak sadarkan diri.

Tit. Ternyata langkah kakinya telah menghalangi sebuah mobil yang melaju dengan cepat. Pengendara itu membuka kaca mobilnya lalu berkata, "hey, kalau jalan jangan sambil melamun dong!"

"Maaf, Kak."

"Hey, kamu Obiet kan?" setelah memperhatikan wajah lugu itu ternyata si pengendara mobil mengenal Obiet. Apakah Obiet juga mengenalnya?

"Ya," jawab Obiet yang kemudian memberanikan diri untuk menatap wajah si pengemudi.

"Maaf, Kakak siapa?"

"Perkenalkan, saya Dea,"  kata gadis itu lalu mengulurkan tangannya dari dalam mbil.

"Obiet Kak," sahut Obiet yang menyambut salam hangat dari Dea.

"Mungkin kamu tidak mengenalku, tapi aku ingin mengenalmu. Ayo masuk! Kita bicarakan semuanya di dalam," ajak Dea.

—o00o—

Dalam mobil

"Aku mengidolakanmu, Biet," kata Dea yang membuat Obiet bingung dan menatap heran pada gadis yang kini sedang menyetir di sampingnya.

"Aku adalah salah satu mahasiswi di Universitas Cakrawala. Kemarin aku melihat penampilanmu ketika sedang bernyanyi, saat itu pula aku mulai mengagumimu," tutur Dea yang kini telah melemparkan senyum manis pada si pemuda yang kini berada di sampingnya.

"Terimakasih, Kak. Kalau Kakak kuliah di Unicak, berarti kakak mengenal Cakka?"

"Cakka? Aku tahu," jawab Dea sambil tetap fokus mengemudi.

"Hmm. Rumahnya, Kakak tahu? "

"Kalau rumahnya sih aku gak tahu ya, tapi sepertinya kita bisa dapat informasi dari Dayat," kata Dea sambil mengeluarkan ponsel dalam saku celana-nya.

Calling

Dayat...

"Hallo De, ada apa?" sahut Dayat dari seberang telepon.

"Lu kenal Cakka kan?"

"Yang mahasiswa baru ya?"

"Ya, yang pingsan pas penutupan MOS itu loh. Lo kan nyimpen data maba. Pasti ada dong data Cakka. Japri ke gue ya kalau alamatnya udah ketemu!"

Blade Of Brother (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now