Part Five : Relinquish of Love

150 6 0
                                    

Obiet berpikir untuk beberapa saat. Ia bukanlah tipe orang yang mudah mengambil keputusan. Ia sedang memikirkan dampak positif dan negative-nya apabila ia membantu Mario. Hingga akhirnya ia dapat memutuskan dan berlari meninggalkan Mario. Sepertinya penyakit mulas Obiet mulai kambuh. Ia terus berlari sambil memegang perutnya yang terasa melilit tanpa menghiraukan Mario.

-o00o-

Obiet merapikan poninya dihadapan cermin yang terpampang di luar Toilet. Ia mendapati seorang gadis sedang berdiri membelakanginya. Obiet menajamkan pandangannya pada cermin yang menampilkan sosok tersebut. Sedikit ada rasa takut, itulah yang dirasakan oleh remaja tampan yang satu ini. Ia menyadari bahwa ia berbeda dari teman-temannya yang lain. Kejadian mati suri itu telah membuka mata batinnya sehingga ia dapat melihat makhluk lain yang berbeda alam. Dan ironisnya, ia kesulitan membedakan antara makhluk nyata dan makhluk ghaib.

"Setan ... bukan... setan" Obiet menghitung kancing baju seragamnya kemudian memejamkan kedua matanya, "bukan... setan."

"Haccim" gadis tersebut membalikkan badannya. Kini wajah imutnya terpampang didalam cermin yang berada di hadapan Obiet. Sayangnya pada kali ini Obiet masih dalam keadaan memejamkan mata, sehingga tidak melihat gadis tersebut.

"Lo siapa?" tanya Obiet. "Setan apa orang sih?" Obiet masih memejamkan kedua matanya

"Pri kecil" jawabnya sambil memasang wajah yang dibuat semanis mungkin.

Suara itu, ya Obiet sangat mengenal suara yang sedikit cempreng itu. Ia segera membuka kedua matanya untuk memastikan bahwa gadis tersebut adalah "Oik" ujarnya dengan nada heran. Oik mengangguk sambil tersenyum manis.

"Obiet, Oik punya kabar gembira" girang Oik yang mengalihkan pandangannya pada ponsel blackberry yang kini berada pada genggamannya.

"Apa?" tanya Obiet.

"Cakka udah follback akun twitter  Oik loh" Oik memamerkan nama Cakka yang kini sudah tersusun rapi pada list followers twitter miliknya.

"Terus?" tanya Obiet cuek.

"Bukankah itu keinginan Obiet?" nada suaranya melemas ketika melihat respon Obiet.

"Ya udah, selamat."  Kemudian Obiet mengambil seribu langkah. Berlalu begitu saja melewati tubuh mungil Oik.

-o00o-

"Sebenarnya mau Obiet apa sih?" tanya Oik yang berhasil membuat Obiet menghentikan langkahnya tepat di depan UKS.

"Kan udah pernah kita bahas" jelas Obiet masih dalam keadaan membelakangi Oik.  Jujur, Obiet tak sanggup bila harus melihat raut wajah gadis itu. Gadis yang sebenarnya sudah lama singgah dalam hatinya.

"Ya, Oik ingat," jawab Oik. Kini matanya mulai berkaca-kaca. Rekaman kejadian di Kafe mulai singgah lagi dalam ingatannya. Tentu membuat hatinya semakin tersiksa.

"Cukup jelas kan?" tanya Obiet. Kemudian ia melanjutkan kembali langkahnya yang sempat terhenti.

"Tunggu!" Oik mencengkram erat lengan Obiet.

"Apa lagi?" Obiet menatap Oik dengan tatapan yang dibuat sekesal mungkin. Tentunya untuk menutupi perasaan yang sebenarnya.

"Lagi bohongin perasaan sendiri kan, Biet?" Oik tersenyum miris, beberapa tetesan kristal mulai menghiasi kedua pipi bulat itu.

"Tahu apa tentang perasaan Obiet?" tanya Obiet yang berhasil membuat Oik membisu seribu bahasa.

"Di sini," Obiet menunjuk dada bidangnya, "gak pernah ada nama Oik," jelasnya dengan sedikit penekanan. Kemudian Obiet segera mengambil langkah untuk meninggalkan Oik sebelum lengannya dicengkram untuk kedua kalinya.

Blade Of Brother (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now