Part Eight : Bidadari-Bidadari

73 7 1
                                    

"24.00 Cakka Or Alvin?" Tanya Mario memastikan.

"Alvin," jawab Obiet dengan lantang. "Ya gue akan melaporkan Alvin ke Polisi, tapi setelah mendapat bukti yang cukup," jelas Obiet. Mario tersenyum simpul.

"Tapi lo harus bantu gue, yo," ujar Obiet yang berhasil membuat Mario menolehkan pandangan kepadanya.

"Apa?" Mario mengerenyitkan dahi.

"Lo harus bantu gue untuk menyembuhkan luka yang ada pada leher Cakka" Obiet menatap Mario, sangat berharap agar Mario mengiyakan permintaannya yang satu ini.

"Maaf gue gak bisa," ucap Mario kemudian berbalik badan, pertanda bahwa ia akan menghilang.

"Tunggu!" Obiet memegang pundak kanan Mario. Aneh. Obiet melepaskan lengannya dari pundak Mario. Diperhatikan secara seksama lengan yang sempat mendarat pada pundak Mario. Bagaimana bisa seorang manusia seperti Obiet dapat menyentuh Mario yang status-nya adalah seorang arwah. Obiet menggeleng tak percaya. Dipukulinya berulang kali pipi kanannya untuk memastikan bahwa ini hanyalah sebuah mimpi belaka.

"Jawabannya karena lo udah mati," ucap Mario yang berhasil membaca pikiran Obiet. Saat ini Mario tengah berbalik badan kembali, posisinya berhadapan dengan Obiet.

"Gak mungkin. Lo itu cuma arwah yang senang berhalusinasi Yo" Obiet mengelak. Jelas saja ia tak mempercayai perkataan Mario karena pada kenyataannya ia masih bisa berkomunikasi dan bersentuhan layaknya manusia normal.

"Mungkin. Karena lo bisa menyentuh gue," balas Mario dengan santai.

"Teserah lo, Yo. Gue gak peduli. Gue cuma minta agar lo bantu gue untuk nyembuhin Cakka," ucap Obiet kembali pada topik utama.

"Cinta sejati. Hanya cinta sejatinya yang dapat menyembuhkan Cakka."
"Apa gak ada cara lain selain cinta sejati?"
"Gak ada."
"Kalau gitu, lo harus bantu gue untuk nyari cinta sejatinya Cakka"
"Cinta sejati itu bukan untuk dicari, tetapi untuk ditunggu. Suatu hari nanti cinta sejatinya Cakka pasti akan datang. Kalau kita mencarikan cinta sejati untuk Cakka itu sama saja dengan menyakiti hatinya karena cinta tak mungkin dipaksakan," jelas Mario dengan nada sedikit penekanan pada kalimat terakhirnya.

Obiet terdiam. Teringat akan seorang gadis yang kini sedang mengorbankan perasaannya untuk Cakka. Berbicara tentang cinta sejati memanglah sangat rumit, bahkan lebih rumit dari menyelesaikan permasalahan pada pelajaran matematika. Tapi, apa yang mesti Obiet lakukan?

"Kak Cakka baik ya, Biet. Baik dan pinter pula. Oik seneeeng bangeeettt bisa kenal sama Kak Cakka. Semua berkat Obiet. Makasih ya." Itulah yang sempat diceritakan oleh Oik pada Obiet saat pertama kali ia berkenalan dengan Cakka.

"Tadi siang Kak Cakka ngajarin Oik main basket loh"

"Team basket sekolah jadi juara pertama dengan score 26-12, tentunya Oik dong yang memasukan bola kedalam ring. Tapi semua itu berkat Kak Cakka yang ngelatih Oik" Oik begitu girang sambil memamerkan sebuah piala bertingkat.

"Obiet tahu gak, tadi Kak Cakka ngasih ini sama Oik. Seneng deh" Oik memamerkan sebuah cokelat berbentuk persegi dengan gembira

Akankan ia menyudahi missi-nya yang sudah setengah jalan ini disaat Oik mulai memiliki rasa kepada Cakka? Yang berarti ada peluang bahwa Oik adalah cinta sejatinya Cakka. Tapi, apakah Cakka akan bahagia dengan cinta sejatinya yang diawali dari sebuah paksaan dan kebohongan?

***

Jl. Antasari

Kepadatan arus lalulintas menuntunnya untuk senantiasa bersabar dalam menghadapi suatu momen yang lebih akrab disapa dengan sebutan kemacetan. Sudah 30 menit mobilnya hanya mematung di tempat itu tanpa melakukan pergerakan sedikitpun karena pada setiap sisinya terdapat mobil-mobil yang pada kenyataannya menghalangi mobilnya. Ditatapnya kembali jam yang berada pada lengannya yang tengah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit. Ia mengetuk-ngetukan telunjuknya diatas stir mobilnya, berharap agar lalulintas dapat berjalan normal kembali karena hari ini ia ada kuliah pagi yang dimulai pukul 07.00 WIB.

Blade Of Brother (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now