Farewell 4

184 17 3
                                    


"Jangan... menangis"

Dita terdiam. Lagi-lagi gadis itu mencoba menghapus air matanya yang kembali turun tanpa bisa ia hentikan. Pikirannya serasa buntu dengan semua ini. Apalagi karena hitungan mundur yang semakin mendekati angka nol itu.

"Jangan menangis... aku tak apa kok. Senyum"

Bodoh, seharusnya disaat seperti ini Dita yang harus menghiburnya. Bukan Anna. Tapi saat ini Dita hanya bisa menunduk dalam-dalam. Berusaha menuruti kata-kata gadis itu. Ia hanya bisa diam, sambil menggigit bibirnya kuat-kuat. Mati-matian menahan perasaan yang membuncah dihatinya.

"Terima kasih... untuk segalanya, Dit. Aku benar-benar bersyukur... bisa bertemu... denganmu"

Dita bisa mendengar nafas Anna yang mulai satu-satu, berusaha untuk mengatakan semua yang ingin ia sampaikan. Waktu mereka semakin habis. Dita juga harus mengatakan semuanya. Semua yang ingin ia katakan selama ini.

Ia harus mengeluarkan suaranya juga.

"Dit..."

"An..."

Dita mengangkat wajahnya. Berusaha menarik sudut bibirnya membentuk senyum sebaik yang ia bisa. Berusaha mengatur nafasnya supaya bisa mengatakan semua itu dengan benar. Netra abu-abu itu menatap netra coklat itu dalam.

"Aku... juga bersyukur bisa bertemu denganmu. Semoga kau bisa menjadi seindah namamu di sana"

Tiba-tiba saja memeluk tubuh mungil yang perlahan mulai mendingin. Ia ingin merasakan kehangatan yang ia rasakan di hari-hari singkat mereka sekali lagi. sebelum ia benar-benar tak bisa merasakannya lagi. Ia hanya bisa mempererat pelukannya ketika sepasang tangan mungil itu membalas pelukannya sebelum akhirnya terkulai lemah dalam dekapannya.

Skenario ini sudah selesai.

"Mungkin ini yang terbaik untukmu Dit.... Maafkan aku" kata pemuda bernetra hitam arang yang sejak tadi hanya menonton mereka dengan wajah tanpa ekspresi.

Dita memejamkan matanya, menghela nafas panjang. Kemudian mengangkat tubuh tak bernyawa itu dan menidurkannya di atas kasur bersepraikan biru kesukaan gadis itu. Matanya tak lepas dari wajah gadis yang begitu damai. Seolah tengah tidur.

"Bukan salahmu Is. Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik"

Dita lagi-lagi menghela nafas panjang. Kemudian berbalik arah. Ingin segera meninggalkan tempat mereka sekarang.

"Kurasa... ini memang yang terbaik untukku. Ayo kita pergi"

Mereka mulai meninggalkan tempat tersebut. Tak ada lagi urusan mereka dengan tempat ini.

Sepertinya Dita membutuhkan catatan baru lagi. Ia hanya bisa berdoa supaya, tugas berikutnya tak bejibum seperti sebelumnya. Semoga saja catatan berikutnya sedikit, tapi tidak membuatnya terbawa perasaan seperti terakhir kali ini.

Dan ia juga berdoa

Semoga Anna bahagia di dunia sana.

[Fin]





Kindness Diary {Noir}حيث تعيش القصص. اكتشف الآن