Bab 1 - Seth Bradford, Si Biang Onar

3.7K 165 3
                                    


Rae membanting pintu mobilnya setelah memarkirnya tepat di depan restoran cepat saji itu. Biasanya dia tidak membiarkan mobil Chevrolet Cruze-nya lecet sedikit pun, tapi kali ini ia benar-benar kehabisan kesabaran. Kalau saja tidak ada panggilan masuk dari Seth, dia pasti sudah bersantai di pinggir kolam renang sambil membaca novel yang baru ia beli, The Ruffle. Sekarang novel itu teronggok di jok belakang mobilnya, ia lempar saat menghambur masuk ke mobil. Rae menggerutu, beberapa halamannya pasti sudah lecek, membuatnya kehilangan mood untuk membacanya lagi. Dia harus membeli novel yang baru.

Rae menggeleng melihat pantulan dirinya sendiri di kaca restoran. Paduan pakaiannya saat ini lebih cocok untuk duduk manis menikmati teh terbaik di Twilight, bukannya masuk di Pizzaria. Walaupun restoran itu belum buka, tapi rasanya tetap salah. Saat ia masuk ke dalam, ia menggeleng sekali lagi melihat betapa kacaunya restoran itu: kursi-kursi terjungkal, pecahan gelas di mana-mana, dan banyak kekacauan lainnya. Ia mencoba untuk berjalan secepat mungkin, tapi high heel dan rok pensilnya menghambat langkahnya.

Ia berhenti di depan kulkas, mengambil sebotol kola tanpa permisi, lalu meminumnya. Biar saja minuman ini ditagihkan ke Seth. Laki-laki itu berutang terlalu banyak padanya. Kemudian pandangannya teralih pada benda yang tergantung di dekat kulkas itu. Hanya sebuah sertifikat kesehatan, tapi cukup menarik perhatian Rae. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto sertifikat itu. Siapa tahu diperlukan, pikirnya.

"Selamat pagi. Jacelyn Dennison," Rae memperkenalkan nama palsunya pada pria gemuk berjenggot di hadapannya.

"Seamus Clay. Pemilik restoran ini," pria gemuk itu balas menjabat tangan Rae. Tangannya yang penuh keringat membuat Rae jijik. "Anda siapa?"

"Pengacara Keluarga Bradford." Rae mendelik pada Seth yang tersenyum geli mendengar kebohongan yang dia ucapkan tadi. Kalau cowok itu mengacau kali ini, Rae akan benar-benar mencekiknya sampai mati.

"Ah," pria gemuk itu mengangguk. "Baguslah. Sekalian saja kita selesaikan di sini. Mungkin Anda sudah dengar kalau klien Anda ini telah membuat keributan semalam yang menyebabkan kerugian di tempat saya. Tidak hanya barang-barang yang hancur, tapi hari ini saya harus menunda jam bukanya dan menambah kerugian."

"Mr. Clay, jam buka restoran Anda adalah jam 10 pagi. Anda baru kehilangan 15 menit dari waktu buka Anda."

Mr. Clay tampak gelagapan, tak menyangka Rae mengetahui tentang restorannya sedetail itu. Bukan, Rae bukan melakukan riset sebelumnya. Tapi dia pernah diusir karena datang ke restoran ini sebelum jam 10.

"Tetap...tetap saja! Saya menuntut ganti rugi yang telah ditimbulkan oleh bocah ini!"

"Bocah?!"

Rae melirik Seth tajam, memintanya diam. Nada Mr. Clay meninggi, tidak baik untuk keadaan mereka saat ini. Kalau pria itu membawa perkara ini sampai ke kantor Polisi, identitas Rae sebagai pengacara gadungan akan ketahuan karena Polisi di sana sudah hafal muka Rae, saking seringnya ia menyamar untuk membebaskan Seth. Dosen, psikiater, pelatih anggar, adik yang mengidap kanker, istri muda ayahnya—semuanya sudah pernah ia lakoni.

"Tentu saja, Mr. Clay. Semua kerugian itu pasti akan diganti. Kau tahu, bocah ini memang...kurang kasih sayang di rumahnya, sehingga sering kali melakukan hal-hal untuk mendapatkan perhatian. Jadi mohon agar dimaklumi," ucap Rae dengan senyuman puas bisa menghina Seth.

"Sedih sekali mendengarnya. Saya maklumi," ucap si pria gemuk dengan mata lapar melihat Rae membuka tasnya. Dasar pria rakus, gerutu Rae dalam hati. Tapi alih-alih mengeluarkan cek—yang tentu saja Rae tidak punya—Rae mengeluarkan ponselnya.

"Tapi sebelumnya, ada yang mau saya tanyakan. Tentang sertifikat kesehatan Anda," Rae menunjukkan foto yang ia ambil tadi di dekat kulkas minuman. Seperti yang Rae duga, pria itu langsung terlihat pucat. "Ini palsu kan?"

En Garde!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang