"Rae, kau..."
Walden kehabisan kata-kata saat melihat Rae masuk ruang klub dengan chiffon tank top, flare skirt, dan heels. Walden bukanlah satu-satunya yang terkejut, tapi ia adalah satu-satunya yang berani bertanya, "Kemana kemeja laki-laki, jins, dan sneakers yang biasa kau pakai?"
"Err...di rumah," jawab Rae singkat sambil membuka laptopnya.
Mereka semua tahu kalau Rae sekarang pacaran dengan Nolan, tapi mereka tak menyangka hubungan itu akan mengubah penampilan Rae seratus delapan puluh derajat. Sebenarnya bukannya ingin berubah, Rae hanya ingin memantaskan dirinya berjalan di sebelah Nolan.
Perubahan penampilan Rae menimbulkan dilemma di antara para mahasiswa di kampus itu. Di satu sisi mereka tak bisa melepaskan pandangannya pada Rae, di sisi lain hati mereka langsung hancur berkeping-keping saat melihat Nolan berjalan di sisinya menjemput Rae sepulang kuliah.
Nolan Bradford, satu-satunya pria yang berani membatalkan pertunangannya dengan pewaris tunggal jaringan hotel Milan. Dia juga satu-satunya pria yang menghiasi sampul The Bachelor sampai empat kali dalam satu tahun. Mereka sadar bersaing dengan Nolan sama dengan mengajukan diri di sirkus untuk melompati lingkaran api.
Tapi respon sebaliknya justru ia dapatkan dari Seth. "Kau terlihat koyol," ejek cowok itu. Kali ini Rae tidak menjawab. Ia sedang malas membalas ejekan Seth karena ada hal lebih penting yang harus ia lakukan, seperti mengurus pendaftaran turnamen. "Perry, kau akan main Epee kan tahun ini?"
"Yah, apa boleh buat? Memangnya bocah itu mau melepaskan Sabre-nya?" Perry berbaring di sofa sambil memantul-mantulkan bola ping pong bekas pertandingan beer pong waktu ini. Walaupun mereka bisa memainkan semua jenis pedang, tapi sebagai professional, mereka punya fokus masing-masing: Seth pada sabre, Perry pada epee, dan Walden pada foil. Untung saja fokus mereka tidak bentrok satu sama lain. Tapi belakangan ini Perry mulai menyukai bermain sabre dan itu membuat Seth sebal. Sedangkan Deion belum bisa bermain tahun ini. Seth memutuskan kalau Deion sebaiknya mengamati dulu turnamen tahun ini karena ia belum pernah menonton turnamen anggar sebelumnya.
"Aku harus mencari satu perempuan untuk Sabre dan Epee," Rae menghela napas. Sabre masih bisa dicari, tapi Epee... Apa karena pedang Epee lebih berat dari Foil dan Sabre, jarang cewek-cewek di klub itu memilih untuk memainkan Epee?
"Rae, kau main Epee."
Rae seketika berhenti mengetik saat mendengar ucapan Seth tadi. Cowok itu bahkan tidak berpaling dari game-nya saat mengatakannya. Sangat terlihat bagaimana cowok itu suka kalau Rae menderita. Kejengkelan di kepala Rae serasa beranak-pinak. "Aku selalu main foil," Rae mencoba menegaskan posisinya di klub itu.
"Trus kenapa? Kan bisa latihan."
"Aku bahkan nggak pernah menyentuh Epee sama sekali! Kau gila ya?!" Rae menutup laptopnya dengan cukup keras. Ia agak kesulitan memasukkan laptopnya yang ukurannya sangat pas ke tas tangannya. Biasanya laptopnya bisa masuk dengan mudah ke ranselnya karena ukurannya yang lebih kecil. Akhirnya Rae memilih untuk menenteng sendiri laptopnya di tangannya.
"Urus saja pendaftarannya sendiri!" sembur Rae sebelum berjalan menuju pintu.
"Kau mau ke mana?" tanya Walden mengingatkan Rae kalau pekerjaan mereka belum selesai.
"Paling-paling kencan dengan kakakku," sergah Seth, tak lupa dengan dengusan meledeknya.
Rae memutuskan berbalik arah dan berjalan menuju Seth. Tanpa permisi, ia menarik laptop Seth, menutupnya dan melemparnya ke atas sofa. Perry yang sedang ada di sofa itu langsung melompat menghindar. Hampir saja jidatnya jadi korban.
KAMU SEDANG MEMBACA
En Garde!
Teen Fiction[Tamat] Seth menemukan bakat anggar Rae saat gadis itu mengalahkannya bermain Foil di Westcoustine Tea Party. Mereka berdua pun menjadi tak terpisahkan. Lebih tepatnya, Seth selalu membuat onar dan Rae selalu jadi yang membereskannya. Perlu waktu 5...