1. Beginning

325K 7.2K 82
                                    

"Bagaimana dengan pekerjaan yang kemarin ku berikan?" Tanya seorang wanita berwajah tegas. Dia cantik meski usianya terbilang sudah tidak muda lagi. Dan yang terpenting dia sangat kompeten dibidangnya. Seorang editor senior di kantor majalah itu. 

"Aku akan segera menyelesaikannya."

"Lee! Lee!"

Kepala kedua orang itu langsung menoleh dengan malas ketika mendengar suara nyaring yang cukup mengganggu milik Adele, fashion stylisth yang tidak terkalahlah kemauannya dan kemampuannya. Ia juga senang sekali bereksperimen dengan warna rambutnya, bahkan pagi ini ia sudah merubah warna rambutnya lagi menjadi hijau terang. Untung saja Adele tergolong wanita cantik yang masuk dalam list incaran para karyawan di perusahaan itu.

"Berhentilah berteriak." Keluh Kaylee.

Kaylee Logan, seorang editor junior di majalah fashion itu. Dan saat ini ia sedang berada di bawah asuhan dari Hwang DaeHee. DaeHee bukanlah seorang editor senior biasa, jika ia mau, ia bisa mencapai nilai sempurna dalam berbagai bidang termasuk tata rias dan fashion sekalipun itulah mengapa orang-orang sangat menghormatinya dan memilih untuk berguru padanya. Dan untuk itulah perusahaan mengambilnya dari cabang di Korea Selatan. Termasuk Kaylee, si gadis campuran Indonesia-Inggris. 

"Adele, pergilah! Aku sedang sibuk melatih Kaylee. Dia harus menguasai banyak bidang untuk menggantikanku nanti." Keluh DaeHee.

"Lho? Memangnya senior mau kemana?" tanya Adele khawatir. Ia takut DaeHee mengajukan surat resign maka selesai sudah majalah mereka, bagaimanapun wanita itu memiliki andil yang besar dalam mengembalikan reputasi mereka sebagai majalan fashion terkemuka.

"Liburan. Bulan depan aku cuti selama 2 minggu."

Adele langsung menunjukkan wajah jengkelnya yang lucu. Ia benar-benar iri setiap mendengar kata liburan karena ia sangat sulit untuk mendapatkan persetujuan dari kantor mengingat ia hanya seorang diri di fashion stylish. Perusahaan belum berniat atau mungkin bahkan belum mampu untuk merekrut karyawan baru. Majalah mereka bulan ini lagi-lagi mengalami penurunan penjualan menjadi di peringkat 6. Dan itu benar-benar fatal sampai harus terlempar keluar dari peringkat 3 besar.

"Kaylee, jika ada yang tidak begitu kau pahami, kau bisa meminta bantuan Jessica dari bagian tata rias."

"Aku mengerti. Terima kasih."

"Baiklah, sekarang aku harus mengecek pemotretan dulu."

Kaylee membalas dengan senyuman lalu memberikan jalan untuk seniornya itu dan menatap punggungnya hingga menjauh kemudian ia kembali ke meja kerjanya. Kaylee mengecek ponselnya dan ada sebuah panggilan masuk dari ayahnya, gadis itu baru saja akan mengangkatnya namun suara Adele lagi-lagi lebih cepat sampai ke telinganya.

"Kay!! Bantu aku membawa pakaian ini ke studio pemotretan."

Kaylee menghela nafas lalu melirik ponselnya yang sudah tidak bergetar lagi dan memutuskan untuk segera membantu Adele.

**

Dubai, Uni Emirat Arab.

Seorang pria tengah duduk di kursi kerjanya sambil menatap keluar dinding kaca yang memisahkan ruangannya di lantai 13. Angka favoritnya yang merupakan angka keramat bagi sebagian orang. Namun begitulah dia, selalu membuat dirinya tampak berbeda daripada siapapun. Ruang kerjanya terbilang sangat luas serta salah satu sisi ruangan itu tidaklah berpelindung beton melainkan kaca tebal yang sengaja ia pesan jauh-jauh dari luar negeri. Ia sangat suka memandang bagaimana berkembangnya pembangunan mewah yang luar biasa di Dubai, bahkan ia bisa melihat Burj Khalifa dengan jelas dari ruang kerjanya.

"Mr. Collins, ada beberapa surat masuk dari New York."

"Taruh saja disana." Ucapnya datar dan masih memandang hamparan luas kota Dubai.

Karyawannya itu tidak mengatakan apa-apa lagi, lalu mengundurkan diri untuk kembali ke meja kerjanya di luar sana. Sedangkan pria itu masih tetap bertahan ditempatnya tanpa pergerakan yang berarti. Ia lebih suka berada dalam dunianya sendiri seperti sekarang ini. Dialah William Collins, seorang pengusaha muda yang terkenal bertangan dingin. Kemampuannya sudah cukup terdengar dikalangan dunia bisnis. Ia sangat terkenal di kalangan wanita, terutama diusianya yang baru menginjak angka 32 tahun.

"Membosankan," keluhnya.

Dia juga bukan lelaki yang banyak bicara kecuali jika kau mau dimakinya atau dikutuk dengan sumpah serapah olehnya. Dia sangat perfectionis. Segala yang ada didirinya nyaris sempurna dan William Collins mengklain bahwa kesempurnaan adalah milik keluarganya. Namun tidak ada yang bisa menyangkal dengan tegas. Karena dia memang tak terbantahkan.

**

"Kaylee!!" teriakan nyaring seorang gadis blonde mengejutkan Kaylee yang baru saja sampai di depan pintu rumahnya dan melepaskan sepatu. Ia mendelik ke arah kakak sepupunya yang kelewat berisik. Jessica Laurent, salah satu dari para desainer misterius branded ternama.

"Kapan kau datang?" tanya Kaylee sambil melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Aku merindukanmu, Kay~" ucap Jessica dengan manja yang dibuat-buat.

"Oh aku yakin penggemar brand-mu itu akan kecewa jika mengetahui siapa pemilik dan desainernya."

"No. No. No. Mereka malah akan semakin mengagumiku."

Kaylee tersenyum mendengar ucapan kakak sepupunya itu. Jessica juga memiliki kebiasaan yang spesial, ia sangat suka bermanja-manja pada adik sepupunya itu padahal kalau sedang bersama orang lain, ia akan berubah menjadi gadis yang sangat dingin bahkan seolah tak tersentuh.

"Dasar!"

"By the way, what are you doing today?"

"Kerja."

"Kay sayang, kau belum mendapat kabar dari rumah?" Tanya Jessica dengan perlahan.

Kaylee langsung mengalihkan perhatiannya dari ramyun yang baru saja ia buka bungkusnya itu. Jessica selalu berbicara dengan informasi yang setengah-setengah. Kaylee mengingat-ingat apa yang telah ia lupakan hari ini dan... telepon dari ayah.

"Tadi ayah meneleponku dan aku belum sempat meneleponnya kembali."

"Kaylee, kuharap kau akan baik-baik saja."

"Ada apa ini? Kau membuatku takut."

Kaylee alih-alih merasa tenang malah sebaliknya. Jessica terdiam dan sama sekali tidak membalas ucapan Kaylee seperti apa yang ia lakukan selama ini. Seolah ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan dan ia ingin agar Kaylee mengetahuinya sendiri dari keluarganya tanpa perantara. Terlebih ini masalah yang benar-benar pribadi. Itu sangat aneh dan membuatnya menjadi merasa khawatir bahwa ada yang tidak beres disini.

"Sudahlah lupakan! Untuk sementara ini kau bisa tinggal denganku. Sampai nanti, hubungi aku kalau kau mau pindah." Ucap Jessica cepat sebelum akhirnya ia menghilang dari apartemen kecil sewaan Kaylee itu. Jessica tinggal di apartemen elit, 432 Park Avenue.

Kaylee memandang ponselnya lalu mencoba untuk menelepon rumahnya beberapakali namun tidak ada jawaban sehingga ia memutuskan untuk menelepon lagi besok pagi. Entah kenapa sekarang perasaannya menjadi semakin tidak karuan.

"Semoga semuanya baik-baik saja," bisik Kaylee pelan.

To be continue...

Mask [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang