9. Kiss

152K 5.9K 81
                                    

Tidak terasa sudah hampir satu bulan Kaylee melakukan kerja gandanya yang awalnya sangat melelahkan, sekarang menjadi biasa saja malah semakin hari semakin menantang karena William mulai memberinya berbagai macam tugas yang cukup kantoran seperti memilah berkas sampai membuat slide presentasi meeting. William sendiri tidak pernah protes atau mengeluh, kalaupun ada yang kurang dari pekerjaan wanita itu ia hanya akan menulisnya pada sebuah note kecil atau mencoret kertas printan itu dengan tanda seru atau tanda tanya. Awalnya Kaylee tidak mengerti namun sekarang ia mengerti bagaimana cara berinteraksi dengan lelaki itu. William lebih banyak diam daripada berbicara.

Jangan tanyakan soal Sanders.
Kaylee menjadi sedikit aneh jika harus berpapasan dengan laki-laki yang menurutnya memiliki kepribadian ganda itu. Di awal perjumpaan mereka, Kaylee yakin benar Sanders sangat kejam namun semakin kesini terutama setelah ia menceritakan masalah pelelangan dengan dirinya yang berakhir disana juga terdengar meyakinkan serta menegaskan dia adalah laki-laki baik.
Namun tetap saja menjaga jarak dianggap perlu untuk situasi tak terduga seperti ini.

"Kita akan ke Bangkok untuk perjalanan bisnis minggu depan."

Hanya itu kalimat yang keluar dari mulut William sambil ia menandatangani berkas-berkas dalam map resmi yang bertumpuk di mejanya kemudian menyerahkannya kembali pada Kaylee dan gadis itu akan memeriksanya secara detail kembali sebelum memberikannya pada sekretaris.

"Ini."

"Terima kasih."

Kaylee keluar dari ruangan William kemudian menghela nafas diiringi suara tawa ringan sekretaris William, Barbara.

"Pekerjaan?"

Kaylee menggeleng, "Kepribadiannya bermasalah."

Lagi-lagi Barbarai tertawa pelan. Sejujurnya ia sedikit merasa takjub dengan bagaimana cara Kaylee menolak mentah-mentah pesona William yang tampaknya sama sekali tidak berefek apapun pada gadis itu. Mereka berdua cukup dekat terlebih Barbara telah membantu banyak dalam proses adaptasi Kaylee dengan berbagai tugas kantor. Barbara juga menyukai Kaylee yang meskipun seorang asisten pribadi ia sama sekali tidak menyombongkan diri karena dekat dengan William. Bukan berarti Barbara juga termasuk dalam deretan gadis yang menggilai William, ia bahkan sudah memiliki seorang putra. Hanya saja berada di sekeliling penggemar lelaki itu membuatnya merasa lelah karena harus menjawab pertanyaan-pertanyaan di luar pekerjaan.

"Mau makan siang bersama? Atau kau masih ada pekerjaan?" Tanyanya.

"Tidak. Aku harus makan, energiku terkuras."

"Ayo ke kantin, Kaylee!"

Keduanya pun melangkahkan kaki menuju lift lalu menekan tombol lantai dasar, tempat dimana kantin kantor berada. Sesekali keduanya menyapa karyawan lain yang lewat bahkan beberapa staf terang-terangan bergabung untuk makan siang bersama mereka.

Kantin penuh dan mereka butuh empat kursi kosong. Kaylee mengedarkan pandangannya berharap masih ada bangku kosong karena mereka tidak mungkin berakhir dengan membeli sekotak susu dan sandwich.

"Hai ladies, kalian bisa bergabung bersama kami." Tawar Alex, salah satu staf marketing yang tampan dan menjadi incaran karyawati di kantor itu.

"Empat?" Tanya Barbara.

"Cukup."

Mereka bergabung dan memulai pembicaraan seru sambil sesekali ada tawa terselip diantara pembicaraan itu. Kaylee menikmati kehidupan barunya yang sekarang, dikeliling orang baik yang sangat mudah beradaptasi dan menerima kehadirannya.

"Kau cantik," puji Alex.

Pujian itu membuat pipi Kaylee sedikit merona. Pujian dari seorang lelaki tidaklah sering ia dapatkan karena sebelumnya ia terlalu sibuk untuk memperhatikan dirinya sendiri. Namun sekarang semuanya berbeda, menjadi asisten pribadi seorang pengusaha terpandang membuatnya harus memperhatikan penampilan juga. Terlebih lagi William sudah berulangkali menekankan agar penampilannya tidak memalukan. Bahkan William dengan sengaja memberikan gadis itu beberapa pakaian bermerk mahal.

Mask [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang