4. Nightmare

137K 5.9K 40
                                    

Kaylee menyadari bahwa mimpi buruk dalam kehidupannya terus berlanjut sampai saat ini. Ia masih belum mengetahui rupa lelaki yang berhasil memenangkannya, tidak, lebih tepatnya membeli dirinya pada pelelangan yang entah uangnya untuk amal dalam jenis apa. Mana ada orang beramal dengan uang haram?

Yang ia tahu, selesai dari acara lelang itu dengan segera dua pria kekar menarik tubuh mungilnya yang tak seberapa itu ke dalam sebuah mobil lalu berjalan menuju hotel mewah tempatnya sekarang ini. Tidak ada seorangpun.

"Oh baiklah, sekarang menelantarkanku. Mereka benar-benar tidak memiliki rasa kemanusiaan!" maki Kaylee pada udara kosong. Ia segera beranjak dari tempat tidur itu dan melangkahkan kakinya menuju pintu.

Terkunci.

"Sial! Dia mengunciku di dalam sini!" keluh Kaylee.

Gadis itu menatap sekelilingnya. Tidak banyak yang membantu. Ia bahkan tidak bisa menemukan dimana tas kerjanya. Ia terdampar di kamar oranglain tanpa sepengetahuan orangtuanya dan ia harus mengabari mereka.

Cklek

Pintu itu terbuka. Sanders Howard, ia bisa mengenali wajahnya dari foto yang dibawanya kemarin. In Ha benar, laki-laki itu begitu luar biasa tampannya. Namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdecak kagum.

"Senang bisa melihatmu langsung, sweety."

Ya Tuhan! Ini menjijikkan!

"Kenapa aku bisa ada di acara itu?"

"Kau mendaftarkan dirimu dengan sukarela."

"Aku?"

"Berkas yang kau bawa itu merupakan form pendaftaran. Aku hanya meminta seseorang membelimu."

Kaylee tidak mengerti bagaimana bisa perusahaan memberinya berkas jebakan seperti ini. Terlebih lagi apa masalahnya sehingga ia bisa terpilih dan terlibat dalam masalah seperti ini. Ia baru saja mengalami pengalaman mengerikan dan melihat bagaimana menakutkannya dunia orang kaya. Ia yakin bisa mengenali beberapa suara dalam acara pelelangan itu, seperti suara model internasional, Natalhie Kim.

"Ayo keluar, jangan merepotkan pemilik rumah. Kau harus ikut denganku."

Sanders menarik tangan Kaylee yang menolaknya dengan keras. Ia tidak ingin laki-laki itu membawanya pergi, ia hanya ingin pulang kembali ke apartemennya dan bertemu dengan kedua orangtuanya serta mencari cara untuk menyelesaikan hutang yang ayahnya buat itu. Berada dalam situasi seperti ini tidak ada dalam rencananya.

"Bukankah kau terlalu kasar?" tanya seorang pria berpakaian serba hitam yang sedang duduk di sofa panjang dengan santainya.

Suara itu! Dialah yang semalam menyebutkan nominal 77 juta USD dengan datar dan tenang. Dia sama tampannya, sama tingginya, sama putihnya dan yang pasti sama kayanya dengan Sanders. Jika dibandingkan dirinya yang hanyalah seorang pegawai kantor swasta maka dia bukanlah apa-apa. Kekayaan keluarga? Keluarganya sekarang tidak memiliki harta lagi, malah bergunung kewajiban yang harus ia tuntaskan dengan segera untuk menghindari bunga.

"K-kalian ini siapa?" tanya Kaylee terbata, karena diliputi rasa panik dan takut

"Aku? Aku adalah Sanders Howard, uhm... bisa dikatakan aku tuan-mu."

Laki-laki itu tersenyum, tidak, dia sama sekali tidak terlihat menawan di mata Kaylee. Mengerikan. Laki-laki itu benar-benar mengerikan. Meski sedikit lesung pipinya sering membuat para wanita jatuh hati, namun untuk Kaylee semuanya malah terlihat menakutkan.

"Lepaskan aku! Aku mau pulang!" bentak Kaylee tiba-tiba.

Ia hendak pergi menuju pintu depan apartemen namun Sanders sudah lebih dulu menahan tangannya lalu mendorong gadis itu hingga terhempas di lantai keramik yang keras dan dingin. Kaylee meringis kesakitan. Tidak ada yang dilakukan oleh laki-laki asing yang masih duduk di sofa sambil mengamati kejadian di apartemennya dengan datar.

"Iblis," desis Kaylee pelan.

"Jangan melawanku, aku tidak suka. Dan kau sudah ku beli dengan harga mahal."

Mr. Howard itu berjongkok dihadapan Kaylee sambil meraih dagu gadis itu dengan jemari kanannya. Ia mengangkat wajah Kaylee lalu membolak-baliknya, untuk melihat kedua sisi pipi gadis itu dengan kasar.

"Kulihat kau cukup menarik dan cantik."

"Sanders," tegur laki-laki satunya itu sambil menahan pergelangan tangan Sanders.

"Kenapa?"

"Aku mengerti. Kau membelinya untukku,'kan?"

Sanders tersenyum lalu beranjak dan berdiri berhadapan dengan laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya kemudian menepuk bahu William Collins pelan.

"Aku ingin memberikan kado ulangtahun untukmu, tapi aku tahu tidak ada yang belum kau miliki kecuali peliharaan. Kau tahu? Aku menyeleksinya dengan sangat ketat, jadi hargai pemberianku."

William menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal lalu menatap Kaylee yang masih duduk di lantai dan menatap kedua laki-laki itu dengan tatapan menakutkan. Ada rasa marah dan kebencian disana. Itu normal, jika melihat bagaimana Sanders memperlakukan wanita itu dengan sangat kasar dan rendah.

"Kau tahu-kan kalau aku tidak membutuhkan pembantu?"

"Oh ayolah, William Collins, dia bukan pembantu tapi budakmu. Kau tidak perlu memberikan gaji untuk seorang budak-kan? Terima saja. Anggap saja sebagai kado selamat datang di New York."

Sanders tersenyum ke arah William, kadang si casanova Sanders memang suka melakukan hal yang aneh, seperti sekarang ini misalnya. Kemudian kembali menatap Kaylee kemudian mensejajarkan wajahnya pada gadis itu. Kaylee mengalihkan pandangannya namun Sanders seolah tidak mau kalah. Ia memaksa untuk mencium bibir Kaylee kemudian berbisik tepat di telinga gadis itu.

"Bersenang-senanglah."

Kemudian ia berdiri dan melambaikan tangan ke arah William yang sudah dianggapnya sebagai kakaknya sendiri, sebelum akhirnya menghilang dari balik pintu itu. William menghela nafas kemudian melirik Kaylee dengan tidak berminat. Ia tidak membutuhkan pelayan, pembantu, atau budak dan sejenisnya. Namun membuang-buang pemberian orang lain bukanlah hal yang baik. Sanders benar, ia tidak perlu mengeluarkan biaya apapun tapi jelas hadiah pemberian Sanders barusan adalah seorang manusia bukan manekin ataupun barang mewah.

"Rapikan dirimu," kalimat singkat itu yang keluar dari mulut William.

"A-aku..." kali ini Kaylee benar-benar ketakutan dalam pikirannya hanyalah bagaimana caranya untuk kabur.

"Aku bukan si gila itu, aku tidak berminat denganmu. Cepat rapikan dirimu lalu mulailah bekerja sebagai pembantu disini."

Menjadi pembantu? Ia bahkan tidak memiliki waktu untuk itu. Ia harus mencari cara untuk membayar hutang-hutang ayahnya.

"Apa perlu aku yang merapikan dirimu?" tanya laki-laki itu lagi, sejenak mengalihkan perhatiannya dari layar televisi.

"T-tidak! Aku bisa sendiri."

"Baiklah, aku harus pergi ke kantor dan aku mau apartemenku sempurna ketika aku kembali nanti."

Laki-laki itu langsung pergi meninggalkan apartemennya dan menguncinya dari luar menyisakan Kaylee yang menatap punggung laki-laki itu dengan penuh kebencian. Ia baru saja kehilangan harga dirinya dan diperlakukan seperti barang yang di oper kesana-kemari. Ini sebuah penghinaan dan ia tidak bisa untuk membela dirinya sendiri.

Selang beberapa menit kemudian, Kaylee menangis pelan sambil memeluk kedua lututnya dengan erat.

To be continue...

Mask [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang