6. Contract

128K 6K 42
                                    

Pluk!

William melempar sebuah map coklat bertali begitu saja ke atas tempat tidur ketika ia masuk ke dalam kamar pelayannya. Siapalagi kalau bukan Kaylee yang langsung menatap map itu kemudian menatap William bergantian.

"Tanda tangani itu." Perintah William datar.

Kaylee melirik map itu dengan dahi berkerut kemudian ia memutuskan untuk membuka dan mengeluarkan isinya. Surat Kontrak, itulah yang tertera di bagian atas kertas itu. Gadis itu terus menelusuri hingga ke akhir halaman dengan kilat. Butir-butir perjanjian tertera dengan jelas disana.

"Aku tidak akan menandatanganinya."

"Tapi kau harus melakukannya."

"Kenapa harus?"

"Karena sekarang kau berhutang padaku."

Kaylee memandang William, namun ia yakin laki-laki itu tidak akan memberitahunya apa-apa. Sementara itu William bukan tipe orang yang senang menunggu sehingga ia memutuskan untuk pergi dari kamar yang ukurannya setengah dari kamarnya itu. Meninggalkan Kaylee yang langsung bergerak cepat untuk membaca surat kontrak itu halaman demi halaman. Isinya memang sama pada surat perjanjian lainnya namun ada beberapa poin yang menurutnya perlu di garis bawahi.

Pasal 3 : Pihak pertama akan menanggung seluruh biaya hidup dan hutang yang melibatkan pihak kedua.

Pasal 7 : Pihak kedua akan melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Pihak pertama. Apapun, tanpa penolakkan.

Pasal 13 : Pihak kedua bersedia untuk ada dalam hubungan kontrak ini selama satu tahun setelahnya kepentingan yang melibatkan kedua belah pihak dianggap tidak ada sama sekali.

Kaylee mengalihkan perhatiannya dari surat kontrak itu kemudian menatap pintu di depannya yang sudah tertutup. Tangannya memegang sebuah tanda bukti pembayaran sebesar 77 juta USD. William baru saja benar-benar membelinya dengan memanfaatkan situasinya saat ini. Gadis itu baru saja akan pergi untuk menemui William namun sekali lagi pintu kamarnya terbuka dan menunjukkan kedatangan William yang sekarang sudah berganti pakaian namun masih tetap dalam nuansa formal.

"Aku akan pergi menemui klien, Kaylee."

"Lalu, dengan bukti pembayaran ini?"

"Saya yakin Anda tidak bodoh Kaylee."

William memberikan senyuman langkanya lalu keluar dari kamar itu. Ia orang yang sangat sibuk sehingga ia tidak memiliki waktu banyak untuk sekedar bercengkrama mengenai kontak yang telah ia buat dengan susah payah dan pastinya menguntungkan pihak pertama yaitu dirinya sendiri. Setidaknya sekarang ia merasa bahwa ia bisa menunjukkan sedikit bagaimana berkuasanya seorang William Collins.

Detik itu juga Kaylee tahu hidupnya akan segera berubah.

**

Sunshine Club.

Suara alunan musik di bar itu semakin malam maka akan terus semakin kencang. Namun pengunjungnya masih setia berada disana termasuk William yang begitu selesai dari pertemuannya dengan klien langsung pergi ke bar itu atas permintaan Sanders.

"Kau lama sekali," keluh Sanders sambil menyambut kedatangan William.

"Jadi dia kakak angkatmu?" tanya salah satu dari teman Sanders.

"Ah, perkenalkan. Dia adalah salah satu anak konglomerat di Jepang, Ryouku Kim."

"Senang berkenalan denganmu," sambut pria bernama Ryouku.

"Yang ini calon penerus usaha otomotif besar, Spencer Lee."

Laki-laki bernama Spencer hanya memberikan sebuah senyuman ramah.

William mengedarkan pandangannya pada segerombolan pemuda-pemudi yang dengan riangnya menggoyangkan pinggul dan kepala mereka mengikuti irama yang sajikan oleh sang DJ. Beberapa sambil memegang botol wine. Bahkan ia bisa melihat beberapa pasangan sedang berciuman santai di tempat umum yang ramai seperti ini.

"Bagaimana dengan hadiah-ku?" teriak Sanders, berusaha menyaingi suaranya dengan alunan musik yang di suguhkan DJ.

"Dia wanita baik."

"Kau jatuh cinta, dude?"

William mengelak kesal. Ia tidak suka Sanders mengatakan hal seperti itu padanya mengingat ia bukanlah orang yang mudah jatuh cinta pada siapa saja lalu menghabiskan waktunya dengan wanita manapun. Dia bukanlah Spencer Lee atau yang lainnya. Jangan tanyakan kenapa Spencer begitu mudah di tebak. Bahkan teman barunya itu sekarang sudah bercengkrama dengan tangan nakalnya bersama seorang wanita asing berpakaian minim.

"Jangan membahas hal yang tidak masuk akal, Sanders."

"Oke. Lupakan. Sekarang nikmati saja pesta ini!" seru Sanders antusias dan ikut bergabung di lantai dansa, menyisakan William yang bergulat dengan minuman beralkohol di meja.

**

Sanders mengantarkan William yang setengah sadar ke apartemennya kemudian membuka pintu bersandi itu -Sanders sepertinya mengetahui apapun tentang seorang William- lalu membaringkan teman dekat yang sudah dianggap sebagai kakak olehnya itu di atas sofa. Ia melirik sekelilingnya, sunyi.

Ia melihat kamar lainnya yang ada disana, kemudian melangkahkan kakinya mendekat. Ia membuka pintu itu. Ada seseorang didalamnya. Wanita yang ia beli dalam acara lelang. Sanders tersenyum tipis kemudia kembali menutup pintu itu sambil menghela nafas lalu kembali menatap William yang masih terbaring di sofa ruang tengah.

Sanders tidak mengatakan apa-apa, ia hanya berlalu pergi meninggalkan apartemen William.

Sementara itu Kaylee membuka matanya perlahan dengan enggan begitu ia merasa ada seseorang yang datang. Ia terlalu mengantuk dan lelah memikirkan nasibnya ke depan. Ia bahkan sudah menghubungi orangtuanya melalui telepon yang ada di apartemen ini dan benar saja. Orangtuanya mengira putri semata wayang mereka itu mendapatkan sebuah pekerjaan dengan posisi yang baik serta atasan yang benar-benar peduli pada anak buahnya. Bahkan ibunya berkali-kali menanyakan apa perlu Kaylee menginap di asrama kantor?

Asrama?

Atasan yang peduli?

Posisi yang baik?

Kenyataannya ia sedang terdampar di apartemen seorang laki-laki asing yang gila dan kebetulan orang kaya raya serta ingin membeli dirinya sebagai budak. Bagian mananya yang terdengar baik? Semuanya benar-benar mengerikan dan begitu menyebalkan. Ia ingin saja meminta orangtuanya menghubungi Jessica lalu meminta sepupunya itu untuk membawanya pergi dari sini tapi semua itu hanya akan membuat kehebohan dan kekhawatiran.

Ia keluar dari kamarnya, hendak mengambil air mineral lalu ia terpaku menatap William yang tertidur di sofa. Sama sekali tidak seperti pengusaha muda yang ia kenal tenang itu. Kemudian ia mendekat dan mencium bau alkohol yang kuat.

"Dia mabuk."

Kaylee segera menuju dapur dan mengambil air hangat dalam gelas kemudian membantu William untuk meminumnya. Tidak ada reaksi bahwa laki-laki itu akan tersadar. Ini membuatnya merasa kesal dan ia memutuskan untuk mengecek keadaan majikannya itu esok hari namun pergelangannya tertahan oleh sesuatu.

William menahannya dengan mata terpejam.

Kaylee berusaha untuk melepaskan cengkraman yang kuat itu namun tidak ada reaksi sama sekali. Ia lelah dan mengantuk terlebih setelah mengatur ulang tata letak barang-barang di apartemen itu agar menjadi lebih rapi. Wanita itu memutuskan untuk duduk di lantai dan menyandarkan kepalanya pada sofa lalu memejamkan matanya dan membiarkan William tetap mencengkeram pergelangan tangannya yang mungkin memerah.

**

Jika uang bisa membeli sebuah kehidupan...

Aku akan membayarnya dengan seluruh uang yang ku miliki...

Agar aku bisa mengembalikanmu untuk tetap di sisi ku...


To be continue...


Mask [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang