12. Midnight

111K 4.3K 30
                                    

Kaylee tidak mengerti dengan segala macam bentuk perubahan yang terjadi pada William. Ia semakin hari semakin over protective dalam segala hal hingga hanya Barbara yang boleh bersamanya. Barbara sendiri tidak mengerti, ia hanya di minta pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu untuk terus mengawasi Kaylee -meski pada akhirnya ia mengatakan semuanya pada wanita itu. Bahkan tanpa sepengetahuan William, mereka berdua sangat sering berdiskusi mengenai masalah ini. Menurut Barbara, William memiliki ketertarikan khusus pada Kaylee sedangkan Kaylee selalu menyangkal. Rasanya tidak mungkin kalau seorang pengusaha muda nan sukses yang selama ini menganggapnya tidak lebih dari sekedar pelayan malah berbalik menyukainya.

Rasanya seperti pungguk merindukan rembulan. Tidak wajar dan mustahil.

"Dia semakin hari, semakin aneh." Keluh Kaylee sambil menuangkan sebungkus kopi kemasan ke dalam cangkirnya kemudian memasukkan air panas dan mengaduknya untuk membuat bubuk kopi dan air menyatu dengan sempurna.

"Permisi."

Kata singkat dengan intonasi rendah itu mengejutkan Kaylee, ia nyaris saja menjatuhkan cangkirnya ke lantai. Namun untungnya hal itu tidak terjadi, hanya kemeja putihnya yang terkena tumpahan kopi.

"ARGH!" teriak Kaylee tertahan campuran antara terkejut dan merasa panas.

Wanita itu menoleh dan mendapati Alfred -salah satu staf marketing periang yang suka mengganggu oranglain- berdiri sambil tertawa puas. Hingga akhirnya susah payah ia mengenyahkan tawa itu begitu melihat ujung kemeja Kaylee yang kotor.

"Maafkan aku, Kay. Tapi reaksimu luar biasa." Ucap Alfred setengah merasa bersalah.

"Ya Tuhan! Alfred!! Kemejaku kotor."

Alfred merasa bersalah sambil berusaha meredakan tawanya yang tak terhentikan itu. Ia meraih beberapa lembar tisu lalu membantu Kaylee membersihkannya. Wanita itu juga turut membersihkan kemejanya sambil menggerutu tiada henti. Bayangkan saja jika seandainya ia ada pertemuan klien hari ini? Masa iya dia harus pergi dengan pakaian seperti ini?

Kebetulan saja, William yang hendak mengambil sesuatu di pantry melihat kejadian itu. Ia tidak mengatakan apa-apa dan ekspresinya masih sama, datar. William bahkan seolah tidak peduli sama sekali dengan dua karyawannya itu. Alfred menyadari ada seseorang dibelakangnya dan mendapati atasannya berdiri disana.

"Maafkan aku."

"Ada apa?"

"Kemejanya ketumpahan kopi." Jelas Alfred.

Berbeda dengan Alfred yang tampak santai dan biasa saja, Kaylee sedang mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan omelan dan ceramah singkat William tentang larangan agar dirinya tidak dekat-dekat lelaki manapun kecuali anggota keluarga. Namun William tidak mengatakan apa-apa, ia hanya mengangguk sambil mengamati Kaylee dari ujung kepala hingga ujung kaki kemudian mengambil yang ia perlukan lalu pergi. Alfred kembali menatap kemeja Kaylee yang kotor.

"Kau mau kubelikan kemeja dari mall di samping?"

"Tidak perlu, aku harus kembali." Ucap Kaylee tergesa-gesa. Ia tidak tahu apa yang akan William lakukan nantinya namun setelah ini ia harus menyiapkan jawaban yang tepat dan sesuai agar tidak memancing kemarahan William yang seringkali karena alasan aneh.

Alfred kebingunan menatap Kaylee yang langsung melesat cepat dan segera melangkahkan kakinya di belakang William. Ia ragu, harus menegur laki-laki itu duluan dan menjelaskan dengan lebih terperinci atau tidak. Tapi jika kembali mengingat tentang bagaimana tidak ada tanggapan dari William membuatnya agak sedikit lega. Mungkin saja William yang dulu tidak peduli ia bergaul dengan siapapun sudah kembali.

Mask [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang