Revisi Chapter 33

257K 5.5K 177
                                    

Coba dibaca dulu! diakhirnya ada yang beda dan lanjutannya kalian bisa baca dinanti dinovelnya

•••••

"Diandra!!!

"Kakak kenapa teriak-teriak?" tanya Anna saat mendengar teriakan Dave di kamarnya.

"Huh! Syukur deh kalau cuma mimpi," kata Dave.

"Emang kakak mimpi apa?" tanya Anna.

"Bukan apa-apa," jawab Dave sambil berdiri.

"Oh. Kakak mau kemana?" tanya Anna saat melihat Dave mengambil kunci mobil.

"Mau nengok Kak Diandra," kata Dave sambil mencubit pipi Anna.

"Kenapa ditengok?" tanya Anna.

"Biar cepet sembuh," jawab Dave.

"Kalau gitu aku mau ikut jenguk," kata Anna.

"Anak kecil enggak boleh ikut," kata Dave.

"Yah ... kalau gitu aku ke kamar dulu," Anna keluar dari kamar Dave.

Dave pun segera pergi untuk menjenguk Diandra.

•••••

"Kondisi Diandra semakin hari semakin baik, kalau begini terus, kemungkinan dia untuk sadar semakin besar," kata Dokter saat mengecek keadaan Diandra.

"Terima kasih, Dokter," kata Riana. Dokter mengangguk lalu keluar.

"Siang tante," sapa Kirana dan Luna lalu menutup pintu.

"Iya, baru pulang sekolah ya?" tanya Riana.

"Iya, tapi enggak seru kalau enggak ada Rara di sekolah," kata Kirana cemberut.

"Iya, kita kangen sama Rara," kata Kirana lalu berjalan mendekati Diandra yang masih terbaring lemas disusul Luna.

"Tante juga kangen," kata Riana.

"Gimana keadaan Rara?" tanya Luna.

"Semakin membaik," jawab Riana.

"Mudah-mudahan dia cepet sadar," kata Kirana.

"Tante keluar dulu ya! Kalian jagain Diandra," kata Riana.

"Iya," Riana pun keluar.

"Ra, kapan sih lo bangun?" tanya Kirana sambil duduk dikursi.

"Iya, Ra, kita semua kangen sama lo," kata Luna, matanya mulai berkaca-kaca.

"Eh, Lun, liat deh, jari Diandra bergerak," kata Kirana.

"Iya, atau dia udah sadar?" tanya Luna.

"Kita panggil dokter aja," Kirana memencet tombol merah yang ada ditembok. Dokter pun segera datang.

"Ada apa?" tanya Dokter tersebut.

"Temen saya sudah sadar Dok," kata Kirana, wajah yang biasanya muram kini kembali cerah.

"Coba saya periksa dulu," Dokter mendekati Diandra dan memeriksanya.

"Teman anda sudah sadar, tetapi jangan diajak banyak bicara. Saya permisi dulu," kata Doketer tersebut lalu pergi.

"Ra, lo udah bangun, gue kangen banget sama lo," kata Luna.

"Kalian siapa?" tanya Diandra, suaranya sangat kecil.

"Masa lo enggak kenal sama kita sih, Ra?" tanya Kirana kaget.

"Kalian siapa? Kenapa saya bisa di sini?" tanya Diandra lagi.

"Jangan bercanda deh! Enggak lucu!" kata Luna.

"Lo sama sekali enggak inget kita?" tanya Kirana yang dijawab dengan gelengan pelan.

"Kalau Dave? Alex? Tante Riana? Kak Satya?" tanya Luna.

"Tidak saya tidak ingat dengan siapapun, saya juga tidak ingat dengan diri saya sendiri," kata Diandra.

"Coba deh lo inget-inget," kata Kirana. Diandra pun mengingat-ingat, tetapi nihil, Diandra sama sekali tidak mengingat apapun, malahan sekarang ia merasakan kepalanya sakit.

"Aww," ringis Diandra.

"Lun, panggil dokter!" pinta Kirana. Luna pun menekan tombol merah yang berada di tembok sampai beberapa kali.

"Ada apa?" tanya Dokter sambil masuk ke ruang tersebut.

"Diandra tidak mengingat kami Dok," kata Kirana, Dokter pun memeriksa Diandra.

"Dimana orang tua Diandra? Ada hal penting yang harus saya bicarakan," kata Dokter tersebut, dari raut wajahnya terlihat ada hal yang penting yang ingin ia sampaikan.

"Saya telpon dulu ya Dok," kata Kirana kemudian menelpon Riana.

"Hallo Tan! Tante ada dimana?" tanya Kirana

"Tante ada di toilet. Ada apa?" tanya Riana.

"Tante disuruh secepatnya menemui Dokter di ruangannya," ujar Kirana.

"Baik."sambungan telpon pun terputus.

"Sudah Dok, Mamanya Diandra akan segera ke ruangan Dokter," ujar Kirana, Dokter pun pergi.

"Ra, masa lo sama sekali enggak inget sama kita sih?" tanya Luna.

"Saya tidak ingat dengan kalian, memangnya kalian siapa?" tanya Diandra bingung.

"Kita itu sahabat lo, Ra. Gue Luna dan ini Kirana. Dan lo sendiri itu Diandra," jelas Luna.

"Kenapa saya bisa ada di sini?" tanya Diandra heran.

"Seminggu yang lalu, lo kecelakaan," jawab Kirana. Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan wanita paruh baya, matanya merah seperti habis menangis.

"Gimana kata Diandra.

"Tante?" tanya Luna.

"Karena benturan yang terlalu keras, Diandra kehilangan semua ingatannya," kata Riana.

"Anda siapa?" tanya Diandra.

"Dia ibu kamu, Tante Riana," jelas Kirana.

"Maaf, saya tidak ingat, jadi tolong maafkan saya,"

"Tidak apa-apa sayang, kamu istirahat dulu! Mama sama teman-teman kamu mau keluar sebentar," kata Riana lalu mengecup kening Diandra.

Kakak Kelas Where stories live. Discover now