Chapter 4: [Meet]

7K 783 43
                                    

ⓑⓔⓛⓐⓣⓘ ⓣⓤⓗⓐⓝ
♀♀♀

Gadis Cantik dengan Rambut sebahunya itu terlihat sibuk membolak balik buku bacaannya.
Tidak hanya ditemani oleh sebuah buku, Aerphone Hitam itu terlihat terkalung cantik dileher jenjangnya.
Matanya tak sedikitpun beralih dari buku yang ada digenggamannya.
Sepertinya ia sedang menikmati hari santainya.
Sudah Hampir Seminggu ini Hitleria dapat menghirup udara bebas ditanah airnya, dan seperti siang ini.
Gadis cantik berpipi Cubby itu ,terlihat duduk sendiri direrumputan Taman kota.
Memilih duduk dibawah pohon yang rindang, nampaknya dapat menghindarkan prilly dari teriknya sinar matahari.
Seminggu tanpa aktivitas apapun dirumahnya, tentu hal itu sangat menjenuhkan bagi prilly, ditambah sampai detik ini ia belum juga mencari-cari SMA yang akan ia tempati untuk melanjutkan pendidikannya di Indonesia .
karena untuk memilih SMA yang cocok untuknya itu sangatlah sulit, ditambah lagi Marco yang selalu memaksanya untuk satu sekolah dengannya.
Sejak Awal Prilly sudah kekeh untuk tidak satu sekolah dengan saudara kembarnya itu, karena ia tau, Satu sekolah dengan Marco tentu akan membuat ia terus-terusan merasa jenuh dengan sikap Marco yang sangat mengecewakannya

Sejenak Hitleria beralih kearah Arloji hitam yang terlingkar rapi ditangan kirinya, dan nampaknya gadis itu sudah cukup lama bersantai sendiri ditaman kota tersebut.
Karena sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 14:30. Melihat waktu yang hampir sore ini, Gadis mungil itu mulai memunguti barang-barang bawaannya yang tergeletak sembarangan direrumputan taman tersebut.
Sejenak gadis itu membenarkan dandanan rambutnya, dengan sedikit sentuhan sederhana, dari yang rambutnya dibiarkan terurai, kini Ia menggelungnya dengan gaya sesukanya. Karena seperti ini ia bahkan terlihat lebih cantik. Hitleria bukanlah tipe gadis yang ribet, dia bahkan sangat benci dengan sesuatu yang membuatnya sulit untuk bebas, style nya cukup sederhana karena sebenarnya ia juga bukan tipikal cewek yang feminim banget, dibalik itu semua ia juga punya sisi tomboy ,yang jarang orang lain bisa melihatnya.
Dan siapa sangka kalau Prilly Hitleria juga jago dalam bela diri dan salah satunya adalah boxing. Karena sejak ia menetap di Australia, Boxing sudah menjadi olahraga favoritnya hingga sekarang.

Perlahan Prilly beranjak dari duduknya, Mata gadis itu terfokus oleh motor Cross Hitamnya yang terparkir sendiri diseberang jalan, segera gadis itu bergegas menuju Tempat dimana Motor kesayangannya terparkir.

Namun Belum Sempat ia Bergegas dengan Tenang.
Mood indahnya seketika rusak, saat sadar bahwa tiba tiba Motor Kesayangannya itu tidak bisa dinyalakan.
Prilly yang awalnya sudah siap melajukan motor Cross nya tersebut, terpaksa turun dan mulai uring-uringan karena bingung dengan keadaan Motornya yang tak mungkin bisa ia tangani.

"Gila, nih Motor kenapa sih, kenapa mogok gini coba, ya ampun ribetin banget"Ucap Prilly kesal dan sesekali melihat mesin motornya yang sebenarnya terlihat baik baik saja menurutnya.
Belum kehabisan akal sampai disitu saja, Segera Prilly menghubungi Saudara kembarnya tersebut.
Siapa lagi? sudah pasti Marco Hitler. Dan rupanya kekesalan Prilly bertambah dua kali lipat.
Berharap dengan menghubungi marco bisa membantunya, ternyata cowok itu tak menjamah sedikitpun telfon dari prilly.
Serasa ingin membanting Handphonenya, dengan kekesalan yang bertambah, dengan sengajanya Gadis itu menendang keras Roda Motornya hingga mengakibatkan kakinya lah yang kesakitan.

"Awwhh Gila sakit Tor, Tai"umpat prilly sembari uring-uringan memegang kakinya

Mulai Putus asa, Pada akhirnya Gadis itu memilih duduk ditrotoar dekat dengan motornya.
Sesekali Prilly terus mencoba menghubungi Marco, namun nyatanya Marco masih belum juga menyentuh barang sedikitpun benda yang cukup penting itu.

"Huh, Nih anak kemana coba, Punya kuping apa kagak sih, Marco angkat dong, gua mau pulang Cacing awrghh"ucap Prilly mendengus kesal.

"Kalau gua naik taksi, gimana nasib motor gua, ah gak bisa Nih gak bisa, huhah banget sih marco"

Belati TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang