Chapter 9: [Unrest]

6.2K 710 27
                                    

ⓑⓔⓛⓐⓣⓛ ⓣⓤⓗⓐⓝ

Ketiga cowok itu berdiri berjajaran didepan halte depan sekolahnya.
Ali, Rasya dan Rama kompak menunggu bis dengan arah yang sama,berniat untuk menjenguk Rio hari ini.

Melihat Rasya yang tak berhenti mengedarkan pandangan kearah gerbang Citra bangsa,membuat aliandra heran dengan sahabatnya itu.

"Lo kenapa sih, nggak berhenti ngeliatin gerbang muluk?."tanya Aliandra yang sesekali beralih fokus ke handphonenya

"Enggak,gua cuman heran kenapa Prilly belum nongol juga ya,padahal katanya dia mau ikut jenguk Rio."balas Rasya tanpa beralih sedikitpun dari pandangan awalnya

"Emangnya Prilly mau naik bis,dia kan bawa motor"

"Dia bilang motornya suruh supirnya ngambil,jadi dia mau naik bis bareng kita"

"Oh"

Sepersekian detik Rasya Arkana dapat tersenyum lega,saat melihat sosok Prilly baru keluar dari Gerbang bercat hitam itu.
Cowok itu melambaikan tangan kearah Prilly dan dibalas senyuman oleh gadis itu.

Sesaat Aliandra yang sedari tadi sibuk bermain game lewat ponselnya,mulai beralih mengikuti arah pandang Rasya.
Cowok itu melihat Prilly yang berjalan menghampiri posisi mereka.

Namun saat Aliandra melihat Prilly dikejauhan,sosok gadis itu tiba-tiba berubah sangat menawan dimata Aliandra.
Wajahnya benar-benar terlihat cantik,matanya berbinar,bibirnya merona alami dan satu yang sangat Ali suka dari Prilly.

Tatanan rambut gadis itu,tidak pernah digerai,dia selalu mengikatnya dengan gaya sederhana tapi terkesan cute untuk bentuk wajahnya.
Prilly selalu mengikat rambutnya gelung dan membiarkan anak rambut berantakan disisi-sisi wajahnya. Tak ketinggalan dengan jacket merah yang selalu ia kenakan setiap sekolah.

Dia feminim tapi juga tomboy, dia cantik tapi juga manis, dia baik tapi juga perhatian dan Prilly adalah gadis pertama yang membuat ali nyaman bisa berteman dengannya.

Begitupun juga dengan Rasya, cowok itu tak dapat beralih sedikitpun saat melihat Hitleria.
Seperti sebuah magnet,daya tarik Prilly benar-benar kuat dan melekat walau ia bukan perekat.

Dan satu hal yang rasya suka dari Prilly adalah pipi gembil Prilly yang sangat comek jika dipandang dengan jarak yang dekat dan jauh sekalipun.

Tanpa mereka sadari, Aliandra dan juga Rasya sama-sama tak dapat melepas pandangannya kearah Prilly. Gadis itu seperti sesuatu yang indah untuk selalu dipandang.

Dan mereka berdua juga tak tau bahwa jantung keduanya sama-sama berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.

Prilly yang sudah sampai halte,hanya dapat menatap bingung Aliandra dan Rasya bergantian. Mereka aneh karena menatapnya dengan tatapan yang aneh pula.

Prilly tak pernah melihat keduanya seperti ini,dan lihatlah bahkan sahabat mereka yang satunya,Rama lebih sibuk bermain game lewat ponselnya,tanpa menyadari ada Prilly yang sudah berada ditengah-tengah mereka saat ini.

"Kalian kenapa sih?"tanya Prilly membuka suara sembari menepuk pelan bahu Aliandra dan juga Rasya bersamaan

Sepersekian sekon,Aliandra dan Rasya tersentak saat suara dan tepukan Prilly terealisasi dalam saraf otaknya.

"Kalian tadi ngapain sih diem kayak patung?"tanya Prilly lagi sesaat menjumput sedikit anak rambutnya dan menyisipkannya kebelakang telinga.

Aliandra dan Rasya hanya terkekeh dengan pertanyaan Prilly,sebelum akhirnya Rama tersadar bahwa ada Prilly disitu.
Cowok itu beralih fokus dari handphonenya dan bersandar ditiang halte sembari mensakukan ponselnya.

Belati TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang