Chapter 6: [Comfortable]

6.3K 721 16
                                    

ⓑⓔⓛⓐⓣⓘ ⓣⓤⓗⓐⓝ

"

Angin Malam terasa menggelitik setiap inci tubuh Orlandio, yang tengah menyendiri dibalkon kamarnya. Suara hembusan angin dan dahan-dahan pohon yang saling menyentuh satu sama lain menjadi alunan syahdu yang menemani sepinya Marco Malam ini.

Diam,hanya itu yang dia lakukan,Pikirannya terasa kacau dan gelisah sejak ia beradu Argument dengan Adik perempuannya tadi siang, bahkan Luka tonjok yang sudah Prilly berikan masih jelas membekas diujung bibir Marco. Tak berniat menyentuhnya sekedar untuk mengobatinya, bahkan cowok itu tak peduli walau rasa perih terasa sakit disekitar wajahnya.

Entah,mengapa sesulit ini mengkhawatirkan posisi Prilly.
Marco masih tak percaya bahwa Hitleria sudah resmi menjadi siswi SMA CITRA BANGSA.
Dan jika Marco harus mengingatnya, rasa kecewanya terhadap prilly muncul begitu saja.

Cowok itu serasa ingin meluapkan Amarah sepuas-puasnya, Marco memang keras dan dia adalah tipikal cowok yang terlalu membesarkan Egonya.
Tanpa disadarinya Emosi itu meluap kembali begitu saja, Kedua tangannya sudah mengepal sedari tadi dan pada akhirnya ia menggebrak keras meja didepannya.
Cowok itu mengacak rambutnya frustasi dan mengusap kasar wajahnya, entah mengapa tiba-tiba ucapan Prilly tadi siang terasa memekikkan kepala dan telingannya kembali.

"IYA, Gua bakal tetep stay disana sampai gua lulus, dan ini adalah janji gua Sebelum gua bisa menghentikan Tawuran antara Citra Bangsa dan Tunas Bangsa,Gua nggak akan pernah balik ke Australia, Lo harus ingat itu,dan tujuan gua pulang ke Indonesia,tak lain dan tak bukan adalah merubah sikap dan juga kebiasaan Lo"Jelas Prilly lantang, tanpa keraguan sedikitpun

"Lo nggak akan pernah bisa"

"Gua pasti bisa, dan kalaupun lo benci sama gua, oke gua bakal terima itu, tapi gua nggak mau Lo ikut campur dalam hidup gua"

"Citra Bangsa itu bangsat prilly, Lo harus tau itu"

"Nggak jauh beda kan sama Tunas Bangsa"ucap gadis itu hendak bergegas pergi namun dengan cepat marco menahan lengan kanan gadis itu dan otomatis membuat prilly harus menghentikan langkahnya

"Apa lagi Marco, Lo mau nampar gua lagi, atau mau ngebentak gua lagi, silahkan"

"Gua minta maaf, kalau itu nyakitin Lo"

"Gua yang gak bisa maafin"ucap prilly sembari menepis tangan Marco sebelum akhirnya gadis itu meninju keras Wajah Marco hingga membuat tubuh cowok itu terjatuh kelantai.

Awwwwrrrrgggghhhh.........

Pada akhirnya Cowok itu tak dapat menahan Amarahnya dalam Diam. Dan sepertinya,berteriak sekencang kencangnya adalah hal yang tepat untuk melegakan sedikit perasaannya.

"Mau Lo Teriak sekencang apapun, nggak akan pernah memperbaiki keadaan kan"ucap seseorang tiba-tiba, sontak membuat Marco mendongak dan mencari sumber suara itu berasal.
Sepersekian detik cowok itu membuang muka setelah tau siapa yang tengah berdiri diambang pintu balkon kamarnya.

Prilly yang tau Marco masih marah dengannya, hanya dapat menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengambil posisi duduk disamping Marco.
Sesaat ia menyisipkan anak rambutnya ketelinga dan mulai sibuk dengan sesuatu yang ada digenggamannya.

Dan sepertinya Marco tau apa yang akan Prilly lakukan dengan menemuinya saat ini.
Karena gadis itu peduli.
Setelah sibuk mencari sesuatu, pada akhirnya gadis itu mengeluarkan obat merah dan juga plester dari kotak P3K yang dibawanya.

Sesaat Prilly membuang nafas jengah, melihat ekspresi Marco yang enggan untuk melihatnya barang sedikitpun, dan jelas Cowok itu benar-benar masih marah dengannya.

Belati TuhanDonde viven las historias. Descúbrelo ahora