2‍✔️

2.5K 342 33
                                    

"Bit, tolong kasihin ini ke Luke dong." Kata Calum, temen gue yang ganteng tapi tetep lebih ganteng Luke, waktu gue selesai beres-beres. Calum ini juga temen satu band-nya Luke. Lo mau tau kan siapa Luke yang gue maksud? HAHAHAHA

Calum menyerahkan map, gue ngga tau isinya apaan. "Kok gue?" Balas gue kaget. Bukan kaget sih, tapi sok kaget. Luke Hemmings, dia adalah idola di kampus dan angkatan gue. Selain suaranya yang merdu, dia juga ganteng, pinter, imut. Tapi sayang, sifatnya kaya orang idiot:-(

"Woy jangan bengong nyet!" Calum membangunkan lamunan indah gue.

"Iya santai sat."

Calum akhirnya ngasih map itu ke gue dan ninggalin gue sendirian di kelas. Ah, akhirnya gue bisa ketemu sama Luke. Walaupun mungkin nanti pertemuan kita hanya beberapa detik, tapi udah bisa nyium parfumnya dari jarak 5 meter aja gue udah seneng banget. Apalagi ketemu??!!! Oke, gue harus tenang. Sekarang gue harus cari Luke. Tapi cari kemana?

"Oh, gue tau."

Langkah gue tertuju pada kantin. Kenapa kantin? Karena gue sering banget liat Luke di kantin dan mergokin dia bolos. Gue celingukan di kantin sampai akhirnya gue memutuskan untuk duduk di salah satu bangku yang kosong. Bermodal goceng, gue bertekad untuk ngga pesen apa-apa.

"Mana sih Luke? Kok ngga keliatan?" Tanya gue pelan.

Map yang dititipkan Calum masih gue pegang sambil sesekali gue amati cover map tersebut.

Luke R. Hemmings

Itu tulisan yang tertera pada cover map. Yah gue jadi senyum-senyum sendiri bacanya WKWKWK

"Eh itu kan map gue." Tiba-tiba seseorang muncul di hadapan gue, dia menunjuk map yang sedang gue pegang.

Lutut gue lemes, jantung gue berdebar seperti genderang mau perang, mulut gue terbuka, menganga lebih tepatnya.

"WOI!" Luke memukul meja agak keras.

Sontak gue tersadar dan segera menyodorkan mapnya. "S—sorry." Kata gue gagap ajis.

Luke mengambil alih map dan membuka-buka isinya. Duh, ganteng banget sih lo. Alien dari planet mana sih? Bisa ngga gue beli lo di online shop? Gapapa deh ongkir mahal, penting gue dapet lo. Luke.

Luke mengernyit. "Lo kenapa?"

"Gue? Gue kenapa?" Tanya gue balik, sesantai mungkin.

"Lo senyam senyum sendiri daritadi." Balasnya. "Hiii," Luke bergidik ngeri.

"Engga kok. Sok tau lo." Gue memalingkan wajah. Jangan sampe Luke tau kalo pipi gue lagi merah sekarang. Aduh.

Luke menarik kursi yang ada di depan gue dan duduk. Gue ulangi, duduk-di-depan-gue. OMG MY HEART BEATS SO FAST!!!!1!11!! Ia kembali membuka-buka isi map-nya dan mengeluarkan selembar kertas.

"By the way, lo dapet map ini dari siapa?" Matanya belum lepas dari map biru muda itu.

"Dari Calum." Jawab gue seadanya. Anjir hatiku semakin berdegup kuencang.

"Oh, oke. Thanks ya." Luke bangkit dari kursinya. Mau kemana?:-( "Gue cabut duluan."

"I—iya."

Ia memasukkan map-nya ke dalam ransel. "Lo ngga pulang sama...siapa tuh namanya, Ri...Ri.."

"Richard?" Tukas gue, Luke mengangguk. "Uhm, ngga tau. Gue masih mau disini aja dulu."

"Oh, oke. Ati-ati ya, banyak pencabulan sekarang." 

DIH APA HUBUNGANNYA? UNTUNG GANTENG. KALO ENGGA UDAH GUE TENDANG BOKONGNYA!

"Hehe iya, makasih Luke."

Dan akhirnya yang bisa gue lihat hanya punggung Luke yang kekar, berjalan meninggalkan kantin, dan menghilang. Luke sudah menghilang, tapi aroma parfumnya masih melekat kuat di otak gue. Wanginyaaaaa hmm....

"Dasar tai babi, gue cariin lo kemana-mana, eh ternyata lo disini!"

Suara Richard datang menghantui gue. Lagi. "Ah Cad! Ganggu ae lo."

Richard duduk di samping gue dan sibuk mengetik sesuatu di hpnya. "Ganggu gimana? Kayanya lo lagi ngga ngapa-ngapain deh, Bit."

"Gue lagi napas, ngerti?"

Gue bangkit dan berjalan meninggalkan Richard. Sedetik kemudian, dia udah di hadapan gue. Ya Lord, ini anak bisa ngga sih enyah sebentar dari hidup gue? Sehari aja, plis.

"Ngapain sih, Cad? Iiiih minggir!"

"Lo kan janji mau nemenin gue makan." Richard masang puppyface.

Gue memutar kedua bola mata dan menghela napas panjang. "Cad, bukannya gue nolak. Tapi gue bener-bener lagi males—"

"Itu namanya nolak." Putus Richard lemas. Suaranya udah ngga sesemangat tadi.

"Ish dengerin dulu napa sih?"

"Go on."

Gue menggeleng-gelengkan kepala. "Lo jangan keras kepala dong. Kalo lo mau ke McD, yaudah sono kesana aja sendiri. Gue lagi ngga pengin makan di luar."

Raut wajahnya semakin murung. Tapi gue juga ngga bisa maksain mood gue yang lagi pengin leha-leha di rumah secepatnya. Karena gue ngga tau harus ngapain, terpaksa gue ninggalin Richard yang masih menatap gue dengan tatapan 'yah kok lo gitu sih sama gue sekarang?'

"Sorry, Cad. Gue mau pulang aja."

Dia menarik pergelangan tangan gue dengan cepat. "Gue anter ya?"

Gue menggeleng pelan lalu tersenyum. "Ngga usah, gue bisa pulang sendiri kok naik taksi." Tolak gue sehalus mungkin. "Makasih."  

Bingung | Luke ✓Where stories live. Discover now