5✔️

1.8K 290 63
                                    

Derap langkah kaki gue beradu kencang di parkiran. Semalem gue baru inget kalo gue belum ngasih map Luke ke Calum! Gobloknya ketauan lagi. Padahal jelas-jelas kemarin Luke mintanya gue ngasihin map itu ke Calum setelah dia ngasih map itu ke gue. Oke maaf belibet. Gue terus mengumpat dalam hati.

Mampus ini kalo Luke atau Calum ngamuk gimana dah.

BRUUUKK!!! 

Ah elah gue pake nabrak orang segala. Salah gue apa lagi?

"Sini gue bantu." Kata orang itu sebelum gue mendongak ke atas. Suaranya sih suara cowo.

Barulah gue menyadari kalau itu Luke. "S—sorry Luke, gue ngga sengaja."

"Santai aja kali." Katanya. Beberapa detik kemudian matanya tertuju pada benda yang ada di tangan kiri gue. "Loh? Mapnya belum lo kasihin ke Calum?" alisnya mulai mengkerut.

Gue tertunduk. Malu dan takut. "Belum." Jawab gue seadanya.

Luke melipat tangannya di dada. Tuh kan, bener dia marah sama gue.

"Maaf, Luke. Gue beneran ngga maksud gitu, kemarin gue lupa dan—"

"It's okay." Potongnya sambil melepas senyum. Senyuman yang tulus.

"Beneran? Tapi gue janji hari ini gue kasihin map ini ke Calum."

"Beneran, sayang." Luke mengelus pipi gue pelan dan lembut.

Umpatan-umpatan segera keluar dari dalam benak gue dan gue hanya mampu mengucapkannya lewat hati. Ngga mungkin gue berkata kasar di depan Luke sekarang juga. Yang ada dia ilfeel sama gue.

Perlahan tapi pasti, Luke nurunin tangannya dari pipi gue yang pasti sekarang sudah memerah.

"Gue balik ke kelas dulu, jangan lupa mapnya." Katanya mengingatkan lalu mengedipkan sebelah matanya.

ANJIR ANJIR PAKINGSYIDH INI GUE BENER-BENER NGGA MIMPI KAN?

"Uhm, oke. Thanks Luke."



***



"Kok telat sih lo ngasihinnya?" protes Calum ketika map sudah sampai.

Gue berdecak lalu berkacak pinggang. "Masih untung gue mau ngasihin ke lo."

"Iya iya, makasih ya." Balas Calum, senyumnya senyum 3 jari.

"Buset."

Hari ini gue belum liat Richard di kampus, bahkan di kantin gue ngga liat dia. Padahal dia demen banget jajan disana atau sekedar kumpul bareng temen-temen cowonya. Tapi hari ini gue belum liat dia. Ah, gue coba tanya Calum kali ya.

"Cal." Kata gue. "Lum." Sambung gue karena belum dapet respon.

"Ha?" Calum merespon, tapi matanya sibuk mengarah ke hp.

"Lo liat Richard ngga seharian ini?"

Calum menggeleng. "Kan biasanya doi sama lo terus. Kok tumben lo tanya gue."

Duh, masa iya gue cerita kalo semalem doi nembak gue dan ada conversation yang agak awkward. Kayanya gue belum berani cerita ke siapa-siapa deh.

"Malah bengong, gue tanyain juga. Dasar hidung babi." Omel Calum setelah mendapati gue bengong.

"Ngga sih, gue ngga bengong. Cuma lagi mikir aja."

Calum terbahak lalu menempuk-nepuk pundakku. "Kaya bisa mikir aja sih!"

"Ah berisik lo setan!" gue memukul Calum dengan binder gue yang cukup tebal. "Gue serius!"

Mendengar itu, Calum menghentikan tawanya dan kembali tenang. "Yaudah, terus gimana?"

"Ya aneh aja gitu, tumben banget dia gue cari-cari belum nongol juga."

"Lo suka ya sama Richard?" Calum berdeham dan sok-sokan batuk.

Mata gue melotot dan jitakan melayang ke kepala Calum. "Gue-ngga-suka-Richard. Yang ada juga dia sahabat gue, ngga mungkin lah. Ngga mungkin juga dia suka sama gue, seleranya dia kan high class."

Calum duduk di depan gue dan menepuk jidatnya. Dia keliatannya heran sama gue.

"Ngapa lo." Protes gue sedikit kesal.

"Cinta itu buta dan tuliiii" Calum mulai bernyanyi. "Tak memandang tak mendengaaaarrr"

Segera gue meninju Calum di bagian lengannya. "Berisik, ndes." (ndes : kata sapaan ini juga berarti mas/mbak, hanya saja penggunaannya harus kepada orang yang sudah dikenal karena agak kasar layaknya di area arek-arek surabaya. berasal dari kata gondes (gondrong ndeso) semacam anak berandalan dari desa/kampung wilayah semarang, jogja juga bisa wkwk)

"Anjir! Sakit cuk." Seru Calum tak mau kalah. (cuk/jancuk :  umpatan kasar yang berasal dari warga di Surabaya yang sekarang sudah tersebar luas. Bisa juga diucapkan dengan "cuk" saja.)

 

Dosen masuk dan ruangan mulai terisi penuh oleh orang-orang ngantuk. Gue mengedarkan pandangan ke luar kelas, siapa tau aja Richard lewat depan kelas. Kalo iya sih gue pengin nyamperin dia dan minta maaf soal kemarin malem.

5 menit...

10 menit...

15 menit...

20 menit...

Namun gue tak kunjung melihat Richard yang sekedar lewat di depan kelas gue atau nyapa gue kaya biasanya. Chat gue lewat LINE, WhatsApp, iMessage juga ngga dibales. Gue call juga dia ngga angkat.

"Bita?" Suara Pak Hendro, dosen gue, berhasil mengagetkan gue.

"I—iya, Pak?"

"Kamu ngeliat apa daritadi? Ayo, fokus!" nadanya sedikit tinggi.

"B—baik, Pak."



triple update nich. saya hanya mengharapkan secuil komen atau vote h3h3h3

mwach

Bingung | Luke ✓Where stories live. Discover now