9✔️

1.5K 248 13
                                    

"Jadi gimana? Lo bisa kan main ke rumah gue nanti sore?" Luke sangat bersemangat setelah gue ngasih tau ke dia kalo tugas gue udah kelar.

Gue mengangguk lalu tersenyum. Buku-buku yang berserakan di meja segera gue masukan ke dalam tas, gue pengin cepet-cepet pulang.

"Kenapa lo pengin gue main ke rumah lo?" Tanya gue di tengah-tengah keheningan. Kebetulan tinggal Luke dan gue yang masih di kelas.

"Nanti gue ceritain, kalo sekarang gue spoiler banget dong kesannya."

Gue melengos. "Sok-sokan main rahasia."

Luke cengengesan lalu menggaruk tengkuk lehernya yang mungkin gatal mungkin juga engga. "Lo pulang sendiri?"

"Iya." Gue mamerin kunci mobil di depan Luke. "Sampe ketemu nanti sore ya. Lo masih inget alamat rumah gue kan?"

"Masih lah." Jawab Luke pede.


Kami segera meninggalkan kelas. Gue dan Luke berpisah di depan ruang kelas, gue masih mau ke kantin dan Luke mau langsung ke studio buat latian sama band-nya. Perut gue udah ngga bisa diajak kompromi lagi, gue pengin banget cepet-cepet sampe ke kantin.

Sesampainya di kantin, gue ngga liat ada meja yang kosong. Yang gue liat malah orang-orang yang natap gue dengan tatapan 'jijik' 'heran' 'ew' dan sebagian pura-pura ngga liat gue, atau bahkan kesannya menghindar.

Kok orang-orang jadi pada aneh. Batin gue dalam hati. Gue berusaha ngga peduli, tapi rasanya sulit untuk ngga peduli sementara orang-orang di sekitar lo bersikap tidak wajar.

Tiba-tiba sosok seorang gadis muncul di hadapan gue. Dona? Dia ngga sendirian, di belakangnya ada antek-antek yang siap menemaninya. Dona menatap gue dengan tatapan sinis. Sebenernya ada apa sih?


"Jadi ini cewe yang udah berani nyakitin Richard?" Dona berkacak pinggang dengan wajah angkuh.

"Dan udah ngerebut Luke dari gue." Tambah Angel yang tak lain adalah teman Dona, gue kenal.

"What the fuck." Sumpah serapah gue refleks keluar. "What's wrong? Sebenernya ada apa siiih?"

"Berani-beraninya lo ngerebut Richard dari gue, dan sekarang lo ngerebut Luke dari Angel juga? That's it." Ujar Dona.

Gue menggeleng, makin ngga ngerti. Langkah gue maju selangkah ke depan Dona dan Angel.

"Pertama, gue ngga ngerebut Richard dari lo." Bela gue sembari menunjuk wajah Dona. "Kedua, gue ngga pernah ngerebut Luke dari lo!" Gue menunjuk Angel. Nada gue sedikit meninggi dari biasanya, jelas gue emosi.

"Lo udah salah, masih berani nyolot juga ya?" Verda, antek-anteknya, menimbrung dari belakang.

"Enaknya kita apain nih?" Goda Dona.

Mereka mulai mengerubungi gue. Langkah kaki gue perlahan demi perlahan mundur dengan lemas. Ya Tuhan, tolong. Ini cobaan apa lagi?


"STOP IT! STOP!"


Suara itu muncul lagi. Suara yang udah lama gue rindukan, suara Richard. Dia ada disini! Dona dan kawan-kawan segera mencari sumber suara. Rupanya Richard berada tepat di belakang mereka.

"Bubar! Kalian apa-apaan sih, norak banget." Kata Richard mengusir. "Leave her alone." Richard menatap gue dengan sayu.

"R-Richard gue..."

"She deserves to be alone."

Tanpa ba-bi-bu Richard langsung ninggalin gue dan ngerangkul Dona. WHAT THE FUCK ACTUALLY HAPPENED?!!?!?!!!! Tadi Dona dkk ngelabrak gue, terus Richard nolongin gue, eh sekarang mereka malah rangkul-rangkulan. Gue menjambak-jambak rambut gue frustasi. Kenapa Richard ngga ngebela gue kaya dulu? Kenapa sekarang dia malah sama Dona?!! Apa dia bener-bener udah lupa sama gue?:-(


***


"Bita, mama boleh masuk ngga?" Tanya mama di balik pintu kamar gue yang masih tertutup.

"Boleh, ma. Masuk aja."

Tak lama, wanita berkepala empat itu masuk ke dalam kamar gue dan duduk di samping gue sekarang. Pandangan gue tertuju pada pantulan tubuh gue di cermin. Mungkin kali ini gue sedang mencoba meratapi nasib. Sekarang gue bisa merasakan belaian lembut mama di sekujur rambut gue.

"Kamu kenapa lagi to Bit? Tuh, udah ditunggu sama Luke di bawah." Rayu mama supaya gue cepet turun ke bawah.

"Iya ma." Jawab gue sambil terus menunjukkan fake smile khas gue.


Gue menuruni anak tangga dengan langkah gontai, ini semua gara-gara kejadian yang tadi kantin. Itu semua bikin hati pikiran gue acakadut.

"Ready?" Tanya Luke.

Segera setelah pamit sama papa mama, Luke bawa gue ke mobilnya. Antara percaya dan tidak percaya sih kalau gue mau dibawa ke rumah seorang Luke Hemmings saat ini juga. Hmm gue jadi keinget soal Angel. Enaknya gue tanyain apa engga ya?


Tanya

Engga

Tanya

Engga

Tanya

Oke deh.


"Luke." Gue membuka pembicaraan dan Luke menoleh.

"Ya?"

"Angel itu gebetan lo ya? A-atau malah pacar lo?" Selidik gue dengan suara sedikit bergetar. Gue menggigit bibir bawah gue karena gue takut salah ngomong.

Luke diem aja. Dia belum jawab pertanyaan gue.

"Luke, jawab dong. Kenapa diem aja?"

Luke menatap gue dengan matanya yang indah. Ia mengelus kepala gue dengan sayang, tapi dia tak kunjung menjawab pertanyaan gue.

Dan akhirnya, pertanyaan gue ngga dijawab sampe kita udah berada di kediaman keluarga Hemmings. Rumah Luke cukup besar, gue bisa liat ada 2 mobil yang terparkir di garasi.

"Masuk yuk." Luke merangkul gue. Sumpah kaget banget anjink.


Bingung | Luke ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora