Prolog

106K 4.2K 80
                                    

Tanganku gemetar dan keringat dingin mendadak keluar dari pori-pori kulitku. Aku tidak menyangka ternyata akan seperti ini rasanya. Kalau tahu seperti ini, mungkin tadi aku tidak akan melakukan hal konyol ini. Ya Tuhan, jantungku bahkan serasa mau berhenti berdetak.

Aku menatapnya yang berjalan semakin mendekatiku. Mataku tidak bisa berkedip dan gawat kenapa lidahku tiba-tiba mendadak kelu. Aku menarik nafas, menghembuskan, menarik nafas lagi, lagi dan lagi. Apa mungkin sebaiknya aku membatalkan saja. Argggh, tidak! Aku sudah lama menanti saat seperti ini.

"Kak...," panggilku lirih, bahkan menurutku mirip suara orang yang sedang terjepit.

"Ya, ada apa ya?" dia menoleh padaku sekilas, hampir saja dia mengacuhkanku seperti biasanya kalau saja aku tidak menghadangnya. Ya ampun, kenapa ada makhluk setampan ini. Aku rela melakukan apa saja asal bisa memandangnya setiap hari. Ehh...tapi tunggu dulu, sepertinya kata-kataku tadi terlalu berlebihan. Baiklah, aku mau melakukan apa saja asal dia bersedia menjadi pacarku. Deal. Penawaran yang sempurna.

"Ngg...ada yang pengen aku bicarain, Kak." Sekarang aku sudah mirip anak kucing yang malu-malu. Rasanya tidak mungkin aku bisa melakukan semua ini kalau saja tidak gara-gara dia. Ya dia yang sedang ada di hadapanku sekarang ini.

"Ohhh...bicarain aja. Tapi kamu siapa ya?" sahutnya. Aku menggigit bibirku. Sakit sih, tapi lebih sakit lagi karena dia tidak mengenalku.

"Fla, Kak," jawabku pelan, tidak perduli dia dengar atau tidak. Intinya bukan perkenalan yang aku inginkan.

"Sepertinya kamu adik kelasku ya. Baiklah, apa yang mau kamu bicarain. Tentang pelajaran, OSIS, klub basket, klub debat, klub renang, atau diskusi pribadi?" tanyanya. Aku tahu dia benar-benar populer dengan sejuta kegiatannya. Sepertinya aku salah karena bisa-bisanya menyukai lelaki seperti ini. Baru saja melihatnya, aku sudah merasa tidak pantas.

"Aku suka sama Kakak...," kataku pelan. Bersamaan dengan itu rasanya seluruh persendianku mau lepas. Aku tidak bisa berdiri dengan benar lagi. Pernah merasakan ingin tenggelam saja ke dasar bumi? Saat ini aku sudah merasakannya.

"Maksudmu kamu ingin aku menjadi pacarmu?" tanyanya. Aku mengutuk kenapa lelaki ini tidak ada basa basi sama sekali.

"Nggak gitu juga..., aku cuma pengen bilang aja," sahutku terbata-bata. Padahal dalam hati aku sudah beribu kali mengiyakan pertanyaannya.

"Baiklah kalau cuma kaya gitu. Aku jadi nggak ada beban, lagi pula kamu juga bukan tipeku. Nggak mungkin kamu bisa jadi pacarku," sahutnya dengan nada sombong. Rasanya ada palu besar yang menghantam kepalaku, nyeri. Boleh aku amnesia sekarang?

Selanjutnya dia melangkah pergi tanpa menoleh lagi. Dan saat itu aku bersumpah, tidak ada makhluk di muka bumi ini yang paling ingin aku musnahkan selain dia. Dia sudah menghancurkan cinta masa mudaku dengan sebuah kebencian. Dan aku tidak main-main dengan semua itu.
--

Hai hai...welcome back to Aga and Fla :D. Buat yang kangen, salam peluk dari Aga hihihi...

Flaga (Telah Terbit)Where stories live. Discover now