15. Kencan

28.1K 2.3K 121
                                    

Erlangga Yuda

Bayangkan, tiba-tiba saja Fla menyetujui ajakanku buat nonton! Aku merasa seperti ketiban durian runtuh. Entah mungkin sekarang dia masih tertidur dan mengigau saat menyetujui ajakanku. Apapun itu, aku tidak perduli. Yang penting sebentar lagi aku akan kencan!

Lihatlah, bahkan ekspresinya saat mengomeliku karena mobilku yang berjalan sangat lambat, benar-benar menggemaskan. Mata bulatnya masih seperti dulu, kadang menatapku malu-malu kadang tatapannya juga seakan mau membunuhku. Bibirnya mungilnya yang selalu membuatku mengutuk diriku sendiri karena kadang hampir tidak bisa menahan keinginanku untuk menciumnya.

"Nggak jadi deh nontonnya, tiba-tiba malas," kata Fla tiba-tiba. Aku mendelik tajam, yang benar saja?! Aku baru saja merayakan kemenangan atas kencan pertamaku ini, sekarang dia mau membatalkannya? Tentu saja tidak bisa.

"Enak saja, kamu pikir bensin mobilku ini gratis? Kita sudah setengah perjalanan, nggak ada istilah nggak jadi!" kataku tegas. Ini kelemahanku didepannya, aku selalu saja tidak bisa berkata manis. Mungkin aku terlalu grogi jika di dekatnya.

"Ya sudah aku mau tidur, jangan ganggu aku sebelum sampai," katanya dengan nada galak. Cintaku yang satu ini benar-benar membuat perasaanku jungkir balik.

Emosinya selalu naik jika bersamaku. Dia selalu mengomel, marah-marah dan mengucapkan semua kalimat yang berisi penolakan padaku. Memang aku salah apa sama dia selain dulu pernah menolak pernyataan cintanya.

Siapa juga yang menolaknya, dia saja yang terlalu terburu-buru. Kenapa sih jadi wanita tidak sabaran sekali. Padahal seharusnya aku yang menyatakan cinta, meminta dia jadi pacarku. Ini malah kebalikannya. Dan semua itu melukai harga diriku sebagai laki-laki. Bagaimana bisa aku kalah cepat.

Padahal jujur sejujur-jujurnya aku sudah mengincar Fla dari pertama kali dia masuk sekolah. Oke, lupakan bahasaku yang agak sedikit aneh. Mengincar itu hanya istilahku waktu masih sekolah dulu.

Aku sudah mulai memperhatikannya waktu tampangnya masih lugu, waktu dia dikerjain habis-habisan saat masa orietasi sekolah, waktu dia suka menatapku diam-diam kemudian memalingkan wajahnya saat ketahuan olehku. Bahkan aku yakin, akulah yang terlebih dahulu menyukainya. Aku sudah jatuh cinta saat melihat manisnya senyumannya, mendengar suaranya yang mirip anak kecil, dan semua gerak-geriknya yang selalu menyita perhatianku.

Tapi kenapa malah dia yang tiba-tiba saja datang padaku dan mengatakan menyukaiku. Tentu saja aku tidak bisa menerimanya, aku sudah berprinsip harus akulah yang memulainya! Jadi wajar saja saat dia datang padaku dan mengatakan suka, aku langsung menolaknya. Aku tidak mau dia yang mengejarku. Sekali lagi aku tegaskan prinsipku, harus akulah yang mengejar.

Ternyata setelah itu Fla malah menjauhiku. Padahal aku sudah mati-matian mengejarnya. Saat berpapasan di sekolah, dia langsung kabur. Saat aku mencarinya di kelasnya, dia selalu tidak ada. Dan bahkan aku selalu membuntutinya saat dia pulang sekolah, sampai aku tahu dimana rumahnya. Tapi semuanya tidak memberiku kesempatan untuk mendekatinya lagi. Saat itu aku baru sadar, sepertinya aku telah melakukan kesalahan.

Mulai sejak itu, aku bersumpah jika suatu saat nanti aku kembali bertemu dengannya, aku akan mati-matian mengejarnya bahkan dengan cara apapun. Dan ternyata dia benar-benar muncul lagi di hadapanku. Apa itu bukan jodoh namanya?

Dan inilah kebahagian yang dari dulu aku mimpikan, bisa berduaan dengannya. Bisa menghirup udara yang sama karena kami terkurung di dalam satu mobil, bisa memandang wajahnya yang lagi tertidur dan bisa diam-diam mengelus pipinya. Aku sudah hampir gila sepertinya.

Harus berapa kali aku mengucapkan betapa aku mencintainya, tentu saja di dalam hati. Mana berani aku terang-terangan mengucapkan kalimat itu. Bisa digantung hidup-hidup kali. Aku akan pelan-pelan membiasakan dia menerima kehadiranku.

Dan pacarnya yang tidak perlu aku sebutkan namanya itu harus secepatnya aku singkirkan. Apalagi sekarang aku sudah tahu sosok pacarnya, setelah beberapa lama aku hanya bisa menebak-nebak siapa lelaki sialan yang sudah merebut Fla dariku.

Lelaki itu benar-benar tidak pantas buat Fla. Tenang saja, tinggal menunggu waktu aku akan mengorek keburukannya permukaan. Asal tahu saja, dia selalu kalah dariku, sejak dulu. Berantem denganku, dia pasti kalah, masalah pelajaran, tentu saja aku juaranya, bahkan sampai masalah wanita juga, dia tidak pernah menang dariku. Tapi kali ini aku hampir saja kalah telak karena dia sudah memiliki Fla. Tapi, tunggu tanggal mainnya.

Jujur saja, rasa cemburuku sudah sampai pada level tertinggi, level ingin membunuh.

Mobilku sudah berada di parkiran, tapi Fla belum terbangun juga. Aku menyentuh bahunya perlahan. Kepalanya tersandar di pintu. Seharusnya tadi kepalanya berbaring saja di pundakku, aku akan dengan senang hati menerimanya.

Lihat, siapa yang tidak tergoda kalau ada bidadari yang tertidur di hadapanku seperti ini.

"Kenapa nggak bangunin?!" Sepertinya bidadari galakku sudah bangun. Dia mengucek matanya dan merapikan rambutnya.

"Baru aja sampai. Kamu sih kaya' kerbau tidur terus," sahutku. Maafkan kata-kata kasarku ini, sungguh aku tidak tahu kenapa tidak bisa menghilangkan rasa grogi ini dan mengontrol ucapanku.

"Buruan turun," kataku sambil membuka pintu mobilku.
Aku mengambil kesempatan merangkul bahunya saat di lift yang penuh dengan orang. Fla mendelik menatapku dan aku membalasnya dengan tersenyum mengejek.

"Panas tahu, jangan dekat-dekat," omelnya.

"Siapa juga yang mau dekat-dekat kamu. Nggak lihat apa kalau lagi ramai," sahutku tak mau kalah. Fla hanya mendengus kesal. Lumayan dapat kesempatan berdekatan dengannya walaupun hanya beberapa detik.

"Nonton apa?" tanyaku setelah kami berdua hanya terdiam di depan loket pembelian tiket. Fla mengangkat bahunya seolah-olah tidak mau perduli.

Aku memutuskan memilih acak dari pilihan film yang ada. Tidak masalah apa filmnya, yang penting orang yang akan menemaniku menonton. Lagi-lagi aku hanya bisa bersorak dalam hati membayangkan akan berduaan dengan Fla di dalam bioskop yang gelap. Mengerti kan apa maksudku?

"Kalau nggak mau nonton, mendingan kamu pulang aja deh," kataku sambil menarik tangannya. Fla nampak malas-malasan dan tidak bersemangat. Mendadak kepalaku terasa memanas, tadi waktu bersama pacarnya yang tidak perlu kusebutkan namanya itu, dia nampak bahagia. Sekarang giliran bersamaku saja dia seperti mau tidak mau.

Fla hanya diam saat aku menyeret tangannya. Apa dia marah padaku? Tapi aku salah apa?

Aku membiarkan Fla duduk terlebih dahulu. Sengaja aku memilih tempat duduk yang berada di pojok seperti ini. Selain karena aku ingin bebas memandangi wajahnya, juga karena aku selalu beranggapan kesempatan akan datang pada saat kesempitan.

Aku membiarkan tanganku berada di atas kursi, siapa tahu saja aku berkesempatan menyentuh tangan Fla. Aku melirik ke arahnya, walaupun gelap aku dapat melihat dengan jelas wajahnya. Astaga, dia bahkan sudah tertidur sebelum filmnya mulai.

Aku menggerakan tanganku perlahan, menyentuh jarinya yang menggantung di kursi. Perlahan kulirik lagi wajahnya, dia nampak tenang, tidak terganggu oleh sentuhan tanganku. Ini benar-benar memalukan, aku merasa seperti anak sekolahan yang sedang kencan untuk pertama kalinya. Menyentuh diam-diam dan sebentar lagi mungkin aku akan menciumnya diam-diam. Menciumnya?! Sepertinya ide yang bagus.

Suara yang lumayan berisik menandakan film sudah dimulai. Dan Fla-ku masih tertidur dengan nyenyak. Kalau cuma pengen ditemani tidur, di rumah juga bisa. Aku memiringkan kepalaku mendekati wajah Fla. Wangi rambutnya langsung terhirup di indera penciumanku, seperti wangi bunga yang menyegarkan pernafasanku. Aku mencium rambutnya dengan gerakan perlahan. Ya Tuhan, ampuni kenekatanku ini.

Wajahku sekarang hanya berjarak beberapa centi dengan wajahnya. Aku baru tahu kenapa bioskop digemari orang untuk pacaran, ternyata seperti ini jawabannya. Aku menahan nafas saat nafas Fla terasa berhembus di wajahku. Satu gerakan lagi.

Tepat sasaran. Aku berhasil mencium bibirnya.

--

Flaga (Telah Terbit)Where stories live. Discover now