Part 7

5.3K 368 1
                                    


Anna mulai sedikit sadar, melihat ke sekitar.

Ah, kamar ini. Berarti pria bertopeng itu kemarin melihatku saat aku berada di dapur. Sial, kenapa aku tidak sadar kalau dia ada di belakangku kata Anna dalam hati sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing.

Mata Anna tiba-tiba tertuju pada suatu bungkusan yang sebelumnya tidak ada di dalam kamar itu. Sambil menuruni tempat tidur, kakinya mulai melangkah menuju bungkusan tersebut. Dibukanya bungkusan tersebut. Isinya beberapa persediaan makanan. 3 buah roti berukuran besar, beberapa buah coklat, 8 botol minuman soda, 8 gelas susu kotak dan beberapa cemilan lainnya.
Anna bingung dengan apa yang ada di hadapannya. Untuk apa makanan ini pikirnya. Kemudian Anna melihat ke arah pintu. Membuka pintu. Pintu ini tidak dikunci lagi pikir Anna dalam hati. Anna berjalan mengelilingi rumah itu, namun tak menemui pria bertopeng itu. Rumah itu kosong, hanya ada dirinya sendiri. Semua ruangan ia masuki kecuali satu ruangan yang terkunci itu. Chester tiba-tiba muncul dalam pikiran Anna.

Bagaimana pun juga aku harus menghubungi Chester agar dia tidak mengkhawatirkanku. Tapi tak ada satupun yang dapat digunakan di dalam rumah ini untuk menghubunginya. Bahkan tak ada jalan keluar selain pintu yang terkunci itu, kata Anna dalam hati.

Cacing-cacing dalam perutnya sudah bernyanyi tanda bahwa Anna sedang kelaparan. Anna kembali berjalan menuju kamarnya dan membuka bungkusan yang berisi makanan kemudian membuka sebungkus roti dan mengambil sekotak susu. Dimakannya roti serta susu itu sampai habis. Anna kemudian duduk sejenak di depan meja kaca di dalam kamarnya. Melihat dirinya melalui pantulan cermin. Betapa lusuh wajahnya. Anna beranjak menuju keran air di dekat kamar mandinya dan membasuh wajahnya. Kemudian kembali lagi duduk di depan meja kaca. Melihat ke arah laci yang ada pada meja tersebut. Tak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya untuk membuka laci tersebut. Tapi dengan rasa penasaran Anna ingin membuka laci tersebut. Dan laci tersebut dibukanya. Beberapa peralatan make up ada di dalamnya. Melihat alat-alat make up yang ada di hadapannya pun Anna menjadi ingin untuk mencobanya. Di ambilnya eyeliner dan di oleskan pada kelopak matanya. Kemudian maskara hitam dia pakaikan pada bulu matanya. Yang terakhir di pakai adalah lipstick berwarna merah maroon. Anna tertawa melihat pantulan wajahnya saat ini. Kemudian berjalan-jalan kembali mengelilingi seisi rumah tersebut. Beberapa tirai jendela dibukanya, namun tak dapat melihat secara leluasa karena terhalang oleh tralis besi yang di pasang di setiap jendela. Pemandangan di luar yang dapat dilihatnya hanya pepohonan. Terlihat cahaya matahari mulai meredup dan Anna kembali ke kamarnya untuk istirahat.

Tiga hari telah berlalu, hanya tersisa satu kotak susu dan dua buah coklat. Sisanya sudah habis ia makan. Pria bertopeng itu belum juga datang.

Sampai kapan dia meninggalkanku. Sisa makanan sudah menipis. Apa aku akan mati kelaparan.

Anna berjalan ke arah dapur. Menuju kulkas dan melihat isinya. Hanya ada satu butir telur di dalam kulkas. Anna harus benar-benar menghemat sisa makanan yang ada.

Hari ke empat dimana laki-laki yang menjadikan Anna sebagai sandranya ini masih belum menunjukkan tanda-tanda kehadirannya. Kini makanan yang tersisa hanya sebatang coklat yang dia masukkan ke dalam kulkas berserta sisa susu kotak yang sengaja tak ia habiskan.
Perutnya sudah tak tahan. Dia sudah menahan lapar sejak tadi pagi. Dan sekarang sudah pukul 8 malam. Dengan tubuh lemas di ambilnya susu dan coklat yang ada kemudian di habiskannya.

Tepat di pagi hari ke lima laki-laki bertopeng itu pulang ke rumahnya da mendapati Anna yang tertidur di kursi dapurnya. Pria itu memasak makanan, aromanya membuat Anna terbangun dari tidurnya. Saat sadar Anna kaget melihat pria bertopeng itu kini tengah memasak di hadapannya.

"Hey, darimana saja kau ?" Tanya Anna dengan suara lemasnya karena kelaparan.

Tak ada jawaba, pria itu hanya diam.

"Hey jawab aku" kata Anna sambil melangkah mendekati pria bertopeng putih tersebut. "Aku harus pulang"

Pria itu diam. Aktivitasnya terhenti seketika saat mendengar kalimat Anna yang terakhir. Kemudian dia melanjutkan lagi memasaknya. Selesa memasak dia mengambil piring dan menyajikan masakannya. Di tariknya lengan Anna dan di dudukkannya Anna di kursi. Kemudian dia menyodorkan hasil masakannya. Anna yang kelaparan seketika melupakan kalimat protesnya terhadap pria tersebut dan memakan makanan yang ada di hadapannya dengan lahap.

Selesai makan, Anna kembali melanjutkan perkataannya.

"Aku harus pulang, Chester pasti sangat mengkhawatirkanku. Setidaknya aku harus menghubunginya dan memberitahu padanya bahwa aku baik-baik saja"

Pria bertopeng itu masih diam. Tidak menjawab perkataan Anna.

"Hey, apakau bisa memahamiku ? Kumohon"

Pria tersebut masih diam.

"Biarkan aku memberitahu Chester, kumohon. Setelah itu kau boleh melakukan sesukamu terhadapku"

Pria bertopeng itu tiba-tiba menarik lengan Anna dan membawa Anna ke arah pintu. Membuka pintu yang terkunci itu dengan kuncinya kemudian membuka pintu tersebut.

"Kau bisa pulang. Ikuti jalan itu kira-kira 3 mil, dan kau akan menemukan jalan besar" kata pria tersebut.

Anna tiba-tiba kaget dan terdiam. Sepertinya aku mengenal suara itu, kata Anna dalam hati.

Pria tersebut menutup pintu dengan kasarnya. Kau terlihat cantik Anna dengan beberapa bekas make up yang masih menempel di wajahmu. Aku ingin memilikimu. Aku mencintaimu Anna. Tapi mengapa kau mencintai Chester.

Anna masih belum beranjak dari tempatnya. Bingung dengan sikap pria bertopeng itu. Namun tiba-tiba sesuatu datang, membuat wajah Anna berubah menjadi ketakutan dan menggedor-gedor pintu, tanda bahwa ia ingin masuk.

After 313 HoursWhere stories live. Discover now