Part 9

5.1K 361 9
                                    

Anna menggedor pintu, berusaha dapat masuk ke dalam rumah. Dia sangat ketakutan. Pria bertopeng itu segera membuka pintu dan menarik tubuh Anna serta mendekapnya. Anna sangat ketakutan.

"Tak apa, Anna. Kau sudah aman." Kata pria bertopeng putih tersebut.

Anna melepaskan tubuhnya dari pelukan pria tersebut. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang penuh tanda tanya serta kecurigaan terhadap pria tersebut.

"Apa maksudmu ?" Tanya Anna, skeptis.

"Kau sudah di dalam. Aku sudah mengunci pintunya. Hujan itu tidak akan masuk dan membawamu Anna."

"Siapa kau ? Bagaimana kau tahu akan semua itu ? Bukankah yang mengetahui ketakutanku hanya ayah, Chester dan Dr.Will." tanya Anna dengan nada tingginya.

Pria bertopeng putih hanya diam tak menjawab. Tangan Anna bergerak ke arah topeng yang pria tersebut kenakan.

"Dr.Will, kau kah itu ?" Tanya Anna, ragu.

Pria bertopeng tersebut tak memberi perlawanan di saat identitasnya yang akan terbongkar jika Anna berhasil melepaskan topengnya.

Anna perlahan membuka topeng yang pria tersebut kenakan. Sampai-sampai rasa penasarannya membuatnya lupa bahwa sebelumnya dia tengah ketakutan saat hujan datang.

Topeng tersebut berhasil Anna lepaskan tanpa susah payah karena pria tersebut hanya diam. Anna kaget saat melihat wajahnya. Namun pria tersebut segera menundukkan wajahnya. Kemudian tersenyum dengan pandangan masih tertuju pada lantai rumah.

"Kau ?" Tanya Anna.

"Pulanglah jika hujan reda. Tak apa jika kau mau melaporkan diriku pada polisi." Kata pria tersebut sambil tersenyum kepada Anna. Kemudian membalikkan badannya dan berjalan pergi meninggalkan Anna yang masih diam terpaku.

"Tapi mengapa kau lakukan ini padaku ?" Teriak Anna.

Langkah pria tersebut terhenti. Kemudian berkata "Kau tahu, aku tak bisa membunuhmu. Aku mencintaimu."

Anna semakin kaget mendengarnya. Namun pria tersebut tetap pergi menuju kamarnya, meninggalkan Anna yang masih diam terpaku.














**********

Hujan pun sedikit reda setelah beberapa jam. Anna yang masih berada di dekat jendela masih memandang ke arah luar. Pandangannya kosong. Pikirannya masih tertuju pada pria tersebut.

Anna melangkahkan kakinya menuju pintu. Tangannya perlahan memutar gagang pintu. Membuka pintu dan melangkah keluar. Di luar masih rintik, namun entah mengapa rasa takut akan hujan di dalam diri Anna tiba-tiba menghilang seolah-olah tersapu oleh air hujan yang sedang turun. Anna berjalan di jalan kecil di tengah-tengah pepohonan. Jalanan yang kecil, kira-kira hanya muat satu mobil dan menyisakan sedikit ruang di sisi jalannya. Anna berjalan di tengah rintik hujan yang semakin lama membasahi rambut dan pakaiannya. Kakinya berjalan tanpa menggunakan alas kaki.

Sekitar 2 mil sudah dia berjalan. Nampaknya dia kelelahan. Kakinya kotor akibat jalanan yang becek. Namun Anna terus berjalan tanpa beristirahat. 2,7 mil dia berjalan. Pandangannya lurus ke depan. Tanpa melihat ke bawah dan tiba-tiba Anna berteriak spontan karena kaki kanannya terinjak pecahan kaca.
Anna duduk di bawah pohon di sisi jalan. Melihat keadaan telapak kakinya yang kotor dan berdarah. Kemudian mencabut pecahan kaca tersebut dari kakinya. Rasa perih yang menjalar ke sekujur tubuh. Anna menggunakan pecahan kaca tersebut untuk merobek kain bajunya. Dan melilitkan kain tersebut di telapak kakinya yang terluka. Setelah itu Anna tetap melanjutkan perjalanan yang melelahkan itu sambil berjalan terpincang-pincang.

Sekian lama Anna berjalan, akhirnya dia melihat jalan besar. Namun Anna sama sekali tak tahu apa nama jalan tersebut. Dimana Anna berada pun dia tak tahu.

Beberapa menit Anna menunggu untuk mencari tumpangan yang dapat mengantarnya pulang. Penampilan Anna benar-benar lusuh dan memprihatinkan.

Tak lama kemudian sebuah truck di ujung pandangannya terlihat. Anna segera melambai-lambaikan tangannya ke arah truck tersebut. Truck tersebut yang melihat Anna melambai ke arahnya segera berhenti. Supir truck membuka kaca jendela dan melihat ke arah Anna.

"Perlu tumpangan nak ?" Tanya supir truck yang terlihat sekitar usia 50an.

"Ya, saya perlu tumpangan. Ke kota Hargway."

"Itu sangat jauh. Saya hanya sampai kota Forgway. Kau bisa ikut saya sampai sana dan mencari tumpangan lagi. Bagaimana ?" Kata pak supir yang sepertinya sangat tidak tega melihat keadaan Anna.

"Terimakasih banyak pak." Anna berjalan terpincang masuk ke dalam truck dan dudun di samping supir.

Sang supir tidak bertanya lebih lanjut mengenai apa yang telah menimpa Anna. Mereka pun melaju menuju kota Forgway di tengah rintik hujan yang semakin deras.







*******

Pria yang indentitasnya telah diketahui oleh Anna kini hanya terdiam di dalam kamarnya. Pandangannya ke arah langit-langit namun pikirannya entah berada di mana. Setidaknya perasaannya telah tersampaikan kepada Anna.










*******

Mobil truck yang di tumpangi Anna kini telah sampai di kota Forgway. Anna mengucapkan terimakasih kepada pak supir yang telah bersedia memberikannya tumpangan. Dari sini Anna harus mencari tumpangan lainnya karena dia tidak memiliki uang untuk menaiki bus.

Anna berdiri di tepi jalan. Usahanya berlum berhasil. Belum ada yang memberikannya tumpangan. Namun tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan Anna. Sang pengendara mobil membuka kaca jendela.

"Kau Anna kan ?" Tanya laki-laki tersebut.

"Bagaimana kau tahu ?"

"Aku teman Chester. Maksudku, aku dari kepolisian Forgway. Tentu saja aku tahu dirimu. Bagaimana kau bisa kabur ? Chester sangat mengkhawatirkanmu kau tahu." Kata laki-laki tersebut. "Astaga, aku lupa mengajak kau masuk. Ayo masuklah, namaku Brian."

Anna berjalan masuk ke arah mobil.

"Astaga, bagaimana kau bisa selamat. Apa yang terjadi pada si penculikmu ?"

"Tidak ada." Kata Anna.

"Hey, ayolah ceritakan."

"Aku membunuhnya, dan membakar mayatnya serta tempat persembunyiannya."

"Benarkah ? Hebat sekali. Lalu kau tahu wajah si pelaku seperti apa ?"

"Aku tak sempat melepas topengnya. Aku membakarnya beserta identitasnya"

"Kau sungguh gadis yang luar biasa Anna."






********

Mobil Brian terparkir di depan kepolisian kota Hargway. Sebelumnya dia telah memastikan dulu bahwa Chester ada di sana. Dan akan membuat kejutan untuk Chester.

Anna dan Brian berjalan mencari Chester. Saat Anna melihat Chester di salah satu ruangan, Anna segera masuk dan menghampirinya. Chester sangat terkejut saat melihat Anna. Anna langsung memeluk Chester, erat.

"Anna, aku sangat mengkhawatirkanmu. Bagaimana kau bisa kabur ?" Tanya Chester dengan nada khawatirnya.

Anna menceritakannya persis dengan apa yang dia ceritakan kepada Brian. Anna tidak tega jika memberitahu pada pihak berwajib mengenai identitas si pelaku yang sebenarnya.

"Astaga, Anna. Kau basah ?"

"Aku sudah tidak takut lagi Chester."

"Bagaimana bisa ? Tapi sudahlah. Aku bahagia yang penting kau selamat. Oh iya ini, segeralah telepon ayahmu. Dan jangan mengatakan apapun tentang penculikan ini oke. Karena aku tidak mau ayahmu khawatir." Kata Chester sambil memberikan handphonenya.

Anna menghubungi ayahnya sebentar, kemudian Chester segera berberes-beres dan mengantar Anna pulang. Tak lupa Chester berterimakasih kepada Brian.
Namun di pikirannya masih ada sosok pria yang pernah menyandranya.

After 313 HoursWhere stories live. Discover now