#0

6.4K 409 14
                                    

"Yakin Seul sewa apartmen ini ?" Tanya Wendy. Ia melihat interior apartmen yang terlalu maskulin.


"Yakin Wen. Bagus kan lokasi sama tempatnya." Jawab Seulgi mantap

"Tapi Seul." Nayeon menghela nafas. "Kalau dilantai ini penghuninya banyak cowok gimana ?" Tanya Nayeon lagi.

"Tenang aja Nay, apartemen ini canggih pengamanan ketat." Sahut Seulgi.

"Ya kamu pasti aman kok Nay. Kita ga akan sembarangan buat urusan kaya gini." Tambah Youngji.

"Ya wen, kamu juga ga perlu waswas, disini aman. Udah aku cek tingkat keamanannya." Ujar Seulgi meyakinkan Wendy dan Nayeon.

"Baguslah kalau gitu, aku setuju kita sewa disini." Kata Wendy.

"Ya aku juga." Tambah Nayeon.

Wendy dan Nayeon memiliki pengalaman buruk hingga ia memiliki phobia dan hanya mereka berempat lah yang mengetahuinya.

-----------------------------------------------------

"Nyonggggg, where are you? I'm hungry babe." Teriak Jackson

"Stop call me babe. I'm normal jack." Jawab Jinyoung ketus.

"Hai bro! Gua juga normal kali. Lapar masakin." Pinta Jackson

"Iya jangan bawel jangan rusuh kalau mau cepet makan lo." ujar Jinyoung.

"Bisa ga jangan berisik. Gua masih pengen tidur." Kata Jaebum.

"Udah jam 9 bro. Mendingan sarapan dulu lo." Ujar Jackson.

"Iyadeh. Eh Mark kemana?" Tanya Jaebum.

"Dia tadi pagi bilang mau Jogging. Belum balik lagi orangnya." Jawab Jinyoung.

"Padahal weekend begini enaknya tidur." Ujar Jaebum.

❤❤❤

"Barang kita berempat kok banyak banget ya." Kata Youngji.

"Kita tuh kalau shopping suka ga tau diri makannya pindahan aja repot gini." Sahut Nayeon.

"Harusnya Weekend gini aku udah bisa hibernasi." Ujar Seulgi.

"Aduh Seul. Tidur mulu yang ada dipikiran lo." Kata Youngji.

"Kan weekday full kerja. Kapan lagi beruang cantik ini bisa puas tidur." Timpal Seulgi.

"Aku aja yang weekend kadang dapet shift ga rewel seul. Untung kerjaan kamu pasti weekday." Ujar Wendy.

Lift kini berhenti di lantai 17 gedung apartemen di kawasan dekat pusat kota Seoul. Didalamnya empat orang perempuan yang kesulitan dengan bawaan yang tidak bisa dibilang sedikit itu. Setelah 15 menit menahan lift akhirnya mereka keluar juga.

"Oh jadi ini yang bikin lift ga turun turun. Tolong ya lain kali pakai sarana umum jangan lelet." Suara bariton itu memecah keheningan lantai 17 ini.

"Maaf sebelumnya , kita baru pindahan dan bawa barang banyak. Mohon maaf sekali lagi." Ujar Youngji.

"I don't care. Permisi jangan halangin jalan." Ujarnya dingin sambil pergi.

"Gila ya itu orang, minta dipites kepalanya." Ujar Seulgi.

"Sok sokan ngomong inggris juga. Bule kampung taunya." Tambah Youngji.

"Jangan jangan psikopat lagi." Kata Nayeon.

"Udahlah dia cuma kesel karena naik tangga dari lantai dasar sampai sini makannya ketus." Ujar Wendy menenangkan.

"Iyadeh bu Dokter." Jawab Seulgi.

Wendy Son seorang psikiater muda di Hyesung Hospital. Telah banyak permasalahan psikologis orang lain terselesaikan. Namun ia tak dapat menyembuhkan phobianya sendiri. Ketakutan terhadap sentuhan diluar kewajaran menjadikannya perempuan yang sulit ditaklukan. Kenyataan itulah yang membuatnya tidak mempercayai cinta. Karena yang ia pahami cinta itu perlu sentuhan.

Im Nayeon, pasien pertama Wendy. Memiliki phobia terhadap lelaki. Ia merupakan korban perbuatan tidak senonoh oleh mantan kekasih beserta teman - temannya membuat Nayeon trauma. Pekerjaannya sebagai seorang designer di sebuah butik mengurangi interaksinya dengan lelaki. Konsultasi dengan psikiater pribadinya memudarkan sedikit demi sedikit phobianya. Namun tak akan pernah melupakan traumanya. Trauma untuk menjalin hubungan lebih dari pertemanan.

Heo Youngji, tidak lagi mempercayai cinta setelah adiknya mengandung anak dari kekasihnya. Pergi dari keluarga dan membangun hidup baru. Kegiatannya sebagai seorang redaktur pelaksana majalah terkemuka sedikit menghibur luka dihatinya.

Kang Seulgi. Seorang akuntan bank swasta internsional. hidupnya tak jauh dari uang. Akan tetapi jauh dari kasih sayang, semenjak kematian pujaan hatinya ia merasa menjadi pembawa sial dan tak pernah lagi menanamkan perasaan pada lawan jenis.

------------------------------------------------------------

"Apartemen sebelah ada yang isi ya?" Tanya Jinyoung.

"Iya kayaknya Annoying banget daritadi. padahal udah pake kedap suara." Jawab Jaebum.

"Mark tau disebelah ada penghuni baru?" Tanya Jinyoung.

"Tau, tadi gua naik tangga dari lantai dasar karena mereka pindahan." Jawab Mark.

"Cewek cowok?" Tanya Jackson yang sedari tadi asyik dengan gadgetnya.

"Cewek. Malesin kan annoying." Jawab mark.

"I think i get a new toy bro." Ujar Jackson. Ketiga sahabatnya itu sudah paham apa yang akan dilakulannya.

Jackson is  full of charisma, but he is totally player. Image wild and sexy yang melekat padanya memudahkannya bergonta - ganti pasangan. Pekerjaannya sebagai sutradara memuluskan jalan wanita - wanita mendekat padanya. But don't ask him about love. He was forgot about it.

Berbeda dengan Mark, he act like ice price, very quite. Untuk ukuran seorang direksi perusahaan telekomunkasi ia terlalu diam. Terkadang orang menganggapnya tidak ramah, but he was very kind before he doesn't believe in love.

Sedangkan Jinyoung chef in their house adalah seorang pengacara muda berbakat. Banyak kasus telah dimenangkannya. Namun, terlarang baginya menjadi seorang divorce lawyer, karena perpisahan adalah awal dari ia melupakan cinta.

Jaebum lebih mencintai tidur dibandingkan perempuan. Hingga usia 26 tahun saja hanya memiliki 1 orang mantan kekasih. Tuntutan pekerjaan sebagai seorang direktur perusahaan konstruksi perlahan lahan membuatnya lupa pada cinta hingga pasangan hidup tak masuk dalam priotitas hidupnya.







Republish HYH :)

Hold Your Hand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang