#5

1.9K 300 12
                                    

[ON]

"Nay, ini siapa?" Tanya Wendy ketika melihat Nayeon memapah seorang lelaki.

"Pengacara Park Jinyoung. Ia mabuk dan tak sadar. Wen maaf bisakah kamu buka pintu kamarku." Pinta Nayeon. Bolehkah Wendy merasa ini hanya mimpi. Seorang Im Nayeon yang memiliki trauma terhadap pria bisa bersikap begini.

"Nay, aku tidur dulu ya. Jika ingin tidur di kamarku masuk saja. Bye." Ujar Wendy.

*
"Mark, dimana Jinyoung? Ketika aku pulang aku lihat mobilnya tetapi orangnya tak ada di kamar." Ujar Jackson.

"Entahlah Jack. Mungkin sudah pergi lagi " Kata Mark.

"Sepertinya belum, lihat saja tidak ada laundry dia hari ini." Ujar Jaebum.

Tiga orang pria ini heran, mobil Jinyoung terparkir di basement namun orangnya tidak pulang ke apartemennya.

"Dia sudah dewasa aku yakin tak kan bertindak bodoh." Mark menenangkan sahabatnya.

*
Jinyoung mulai tersadar, ia merasakan aroma perempuan yang begitu kuat. Begitu matanya terbuka kamar bernuasa pink. Ia yakin ini bukan kamarnya. Bagaimana ia bisa berada disini.

"Oh kau sudah bangun." Ujar perempuan yang pernah ia tolong sebelumnya.

"Kenapa saya bisa disini?" Tanya Jinyoung keheranan. Ia ingat tadi malam membeli bir di sebuah store kemudian ia lupa apa yang terjadi berikutnya.

"Tadi malam anda mabuk disebuah store, kebetulan saya disebelah anda saat itu. Karena anda tak sadarkan diri, maka saya membawa anda pulang. Namun, tak ada orang di apartemen anda. Jadilah anda tidur disini." tutur nayeon menjelaskan.

"Tapi tidak ada hal aneh terjadi diantara kita kan?" Tanya Jinyoubg lagi. Ia sangat takut berbuat tidak -tidak. Pasalnya ia bermimpi tertidur memeluk seseorang yang mampu menghilangkan segala kegundahannya.

"Tidak ada hal aneh, hanya saja semalam saya tak dapat beranjak dari kamar ini karena anda tiba tiba memeluk saya." Jawab Nayeon jujur.

Jinyoung terdiam, jadi hal yang ia rasakan tadi malam bukanlah mimpi.

"Nayeon maafkan aku. Sungguh aku tak bermaksud kurang ajar kepadamu." Ujar Jinyoung dengan raut wajah penuh penyesalan.

"Iya aku mengerti, tetapi aku ingin berterima kasih kepada anda. Setidaknya kini aku tidak takut terhadap semua pria." Timpal Nayeon. "Sebaiknya kita sarapan dulu. Semalam anda minum sangat banyak."

"Baiklah, tidak perlu berbicara formal panggil saja Jinyoung." Ujar Jinyoung yang kemudian mengikuti langkah Nayeon keluar.

"Selamat pagi Pengacara Park. Perkenalkan saya Seulgi." Ujar Seulgi menyambut Jinyoung dan Nayeon.

"Hai, aku Youngji"

"Dan saya Wendy."

"Salam kenal semuanya." Balas Jinyoung.

Jinyoung duduk disebelah Nayeon, refleks Nayeon mengambilkan makanan Jinyoung layaknya seorang istri. Ketiga sahabatnya tersenyum senang. Nayeon telah melewati phobianya terhadap satu lelaki.

"AKU berasa menonton drama keluarga Seul." Celetuk Youngji memecah keheningan.

"Ya seorang istri dengan sangat baik melayani suaminya." Ujar Seulgi tak mau kalah.

"Aku gemas melihatnya." Wendy buka suara. Sedangkan Nayeon, ia menunduk menutupi wajanya yang memerah dan Jinyoung tersenyum salah tingkah.

"Sudah, lebih baik kalian makan." Ujar Nayeon. Ketiganya terbahak melihat wajah nayeon yang benar benar merah.

Hold Your Hand ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang