1 (Kucing)

468 45 23
                                    

"Papa..! Paaaaapaaaaa.....!!"

Suara melengking bernada manja menggema dari lantai atas.. mendahului siluet tubuh mungil yang berlari eh seperti melayang terbang -saking mungil dan ringannya- dari tangga hingga ke meja makan.

Wusssshhhhh....

"Hmmm...grrmmm !", jawab sang Papa, menggeram menahan kaget.

Sesaat kemudian pemilik nama Budianto Atmaja ini secara refleks mempertahankan posisi duduknya yang nyaris oleng bersama kursi makan yang terbuat dari rotan tipis.

"Tipisnya....", desisnya menyuarakan batin.

Produk yang baru-baru ini dianggap gagal oleh sang Direktur, atasannya di perusahaan, yang dengan semena-mena mengeluarkan statement "Not Approved". Hanya dari menyaksikan presentasi proposal yang disampaikan oleh asisten Pak Budianto. Tanpa merasa perlu untuk melakukan survey dan uji ketahanan terhadap hasil produksi.

.
"...bisa oleng begini, hanya karena gelombang suara tinggi seperti suara ......."

Batinnya seolah tak sanggup menyebutkan seperti suara 'apa'.

"...kayaknya memang produk gagal nih..."

"Wew?! Produk gagal, Pa? Siapa? Aku??".

Matanya melotot besar menampilkan siluet pelangi.
Seperti mata .......

"Hmmm.."

"Paaaaa....!! Enggghh.. Dari tadi aku berbicara, eh si Papa cuma hmm hmm doang, atau malah bergumam sendiri!!"

Budianto menatap ke sang putri semata wayang yang mulai ngambek. Mulai manyun. Lalu, kedua daun telinganya mulai menarik ke belakang. Seperti telinga .......

"Hahahahaha....!!"

Mendadak Budianto tergelak sampai bahunya berguncang naik-turun. Tak sanggup lagi menahan tawa.

"Papa kenapa sih?? Iiiiihhhh... Sebel sebellll !",
serunya sambil menghentak-hentakkan kaki ke bawah kursi.

Tapi, ehh, kaki pendeknya tak sampai ke lantai. Eh? Mungil.Seperti kaki .......

"Hah?!! Huahahahaha....!!"

Tawa sang Papa semakin terbahak. Kali ini disertai air mata saking gelinya.

"Enngggg.. Papa pasti mulai deh, mau ngatain aku seperti ...."

"Enggak, enggak. Upss I'm sorry honey..", potong sang papa. Langsung berusaha menghentikan tawanya. Lalu menepuk hangat bahu putrinya.

"Kamu tuh ya.. Tadi kamu bukan berbicara, putriku sayang. Tapi melengkingkan suara sampai-sampai kursi ini hampir jatuh."

"Papa tuh ya.. Tadi Papa bukan menanggapi aku, Papaku sayang. Tapi menggeram lalu tertawa terbahak-bahak. Sungguh tak jelas!".

"Oh..". Angguk-angguk kepala.

"Papa, ihhh.. Pagi-pagi begini bukannya menyapa anaknya.. Selamat pagi kek, atau udah bangun sayang? Atau apa kek gitu"

"Ehm.. Seharusnya di usia kamu sekarang ini malah kamu yang harusnya lebih dahulu bangun dan menyapa seisi rumah kamu."

"Ergghh...mulai deh!", sungutnya dalam hati.

"Coba lihat anak-anak dari rekan-rekan Papa. Hampir semuanya sudah mapan, menikah dan membina rumah tangga sendiri. Papa tidak selamanya bisa bersama kamu, sayang. Kamu perlu seseorang untuk menj...."

"Iya iya iyaaa.. Mengerti Pa. Aku kan memang sudah mapan, Pa. Sudah berpenghasilan sendiri. Kalau soal jodoh Papa tak usah kuatir yah."

Potong sang putri sangat cepat, sambil meletakkan kepalanya di bahu sang papa, lalu mulai menggerak-gerakkan dan menggesekkan kepalanya dengan halus. Manja. Seperti gerakan mencari perhatian yang biasa dilakukan .......

"Permisi, ban mobilnya pecah, Non", ujar Pak Ilham. Sang Sopir.

"Wew?!"
Ekspresi kaget sang putri sejak kecil tuh.. Persis....ck!

"Ya sudah, kamu naik taksi gih. Atau mungkin kamu perlu mencoba naik bis. Siapa tahu bertemu jodoh di luar sana."

"Ah Papa. Masa ketemu jodoh di bis? Hihhhh". Bergidik ngeri.

Budianto hanya tersenyum miring lalu menatap Ilham penuh arti. Yang dibalas dengan anggukan hormat oleh Ilham.

"Ya sudah, aku berangkat ya Pa.", pamit gadis itu sambil menyalam dan mencium tangan Papanya.

Tunggu.

Bukan mencium, tapi mengendus-ngendus tangan Papanya sampai sedikit menjilat. Seperti .......

"Eh, tangan Papa nih..!!"

"Hehehe.. Habisnya tangan Papa manis.. masih ada rasa selai kacangnya". Beralasan. Cengengesan.

Sambil menatap punggung sang putri yang berjalan melangkah ke gerbang luar kompleks, Budianto didekati oleh Ilham.

"Maaf, Tuan Atmaja, kenapa saya disuruh berbohong mengatakan ban mobil Nona pecah?"

"Ehm.. Iya Pak Ilham. Terima kasih ya."

Jawaban singkat. Hanya itu?

Budianto melangkah ke mobil sambil membersihkan tangannya dengan tissue basah. Sejenak terdiam mengingat tingkah laku anaknya. Gerak-gerik dan kebiasan sang putri yang seperti ....

"Kucing" , gumamnya setengah menggerutu.

====

.
Di luar gerbang kompleks,

"Taksi !!"

Sambil membuka pintu belakang taksi, gadis itu membatin,
"Wew?! Suaraku koq jadi dua? Kayak ada suara cow....."

"Ehh??!!"

"Lho!!??"

#serentak.

________
TBC 😉

09.06.2016

My Cute Cat TeacherWhere stories live. Discover now