Crack II

1.9K 159 18
                                    

Dan semua mulai berubah.
Diri mu yang perlahan menghilang dari hidup ku.
Mengingkari janji yang kau ikat pada ku.
Membuat ku retak lalu hancur menjadi abu.
Terima kasih setidaknya kau memberitau ku sesuatu.
Bahwa
Kau bisa hidup tanpa bayang ku.
Setidaknya itulah pikiran ku akan diri mu...

Malam pun datang menyelimuti atmosfer Seoul yang masih teramaikan oleh kelap-kelip penerangan dimana-mana.

Semua terlihat berseri meski di tengah gelapnya malam.

Namun tidaklah sama seperti dia. Yang kini tengah terisak memohon pada namja paruh baya yang mengenakan jas putih itu.

Suara serak yang terdengar memilukan. Hanya mereka berdua, tanpa ada siapapun yang bisa mendengar kesepakatan diantara mereka.

" Hiks aku mohon. Apapun yang Namjoon tanyakan, katakanlah sebagaimana aku hiks mengatakannya pada mu, dokter. Aku hiks sudah membebaninya selama dua tahun ini. Dan aku akan menambah bebannya dengan keadaan ku ini. "

Terisak. Menahan sesak di dadanya. Menangisi keadaannya yang menyedihkan tanpa satupun sandaran.

Dokter paruh baya itu hanya dapat menghela napas menghadapi pasiennya yang bernama Kim Seokjin ini.

" Lalu bagaimana dengan keluarga mu? Mereka berhak tau yang sebenarnya bukan? Lagipula sebagai dokter, seharusnya aku tidak merahasiakan apapun tentang penyakit pasien ku. "

Lagi. Seokjin terdiam mendengar ucapan dokter itu.

" Ba-baiklah. Aku akan memberitau semuanya dengan sejujur-jujurnya pada keluarga ku. Dan aku akan memberi kontak orang tua ku agar dokter bisa berbicara pada mereka. Tapi dengan satu syarat. Sampai kapan pun, apapun keadaannya, seterdesak apapun, dokter tidak boleh mengatakan tentang penyakit ku pada Namjoon. "

Hening untuk beberapa saat. Namun berganti dengan helaan napas pelan dari sang dokter paruh baya itu.

" Baiklah. "

Sang dokter akhirnya menyerah dengan pasiennya ini.

Seokjin memberikan kontak appanya yang tertera di ponsel pintar nya kepada sang dokter. Dan dengan sigap sang dokter menyalin kontak tersebut.

" Aku bertanggung jawab penuh atas kesembuhan mu, Seokjin-ssi. Jadi aku harap semangat mu untuk sembuh akan terus ada. "

Seokjin tersenyum miris mendengar ucapan sang dokter.

" Tapi apakah aku masih bisa sembuh? "

Terdengar menyedihkan.
Namun sang dokter sudah terbiasa mendengar kalimat penuh nada putus asa tersebut.

Dokter menatap Seokjin lembut. Seperti menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya.

" Seokjin-ssi, jika anak bungsu ku masih hidup, ia mungkin seumuran dengan mu. "

Seokjin kebingungan. Mengapa tiba-tiba dokter ini malah membicarakan anaknya yang sudah meninggal?

" Benarkah? Apa yang terjadi pada anak mu, dok? "

" Dia mengidap penyakit yang sama seperti mu. Aku adalah seorang dokter. Namun aku tidak mampu menyelamatkan anak ku sendiri. Mungkin Tuhan sudah merindukan dia. "

DEG

Jantung Seokjin seakan berhenti berdetak. Suasana di sekelilingnya pun seakan membeku.

" A-apa? "

" Maka dari itu, jika melihat mu seakan aku melihat anak ku itu. Seokjin-ssi, kau harus selamat. Apapun diagnosanya, bagaimana pun caranya, kau harus tetap hidup. Aku tidak akan membiarkan hal yang terjadi pada anak ku, terjadi juga pada mu. Aku berjanji akan berusaha semampu ku untuk menyembuhkan mu. Untuk itulah, kau harus memiliki semangat yang sama besarnya dengan ku. "

I'm So Worry Baby JinWhere stories live. Discover now