Chapter 15

5.2K 303 1
                                    

          "AMANDA Christy Steele, will you marry me?"

Kudengar sekumpulan penonton kini melihat kami dengan tatapan bersahabat dan seruan yang kian lama kian mengeras semakin terdengar.

"Yes! Yes! Yes! Marry him!" teriak sekumpulan orang itu.

Aku hanya bisa menutup mulutku karena tidak percaya. Ini seperti sebuah kejutan, semuanya benar-benar tak terduga.

Jace kembali bertanya, kali ini dengan suara yang lebih keras dan lantang. "Amanda Christy Steele, will you marry me?"

Kini sekumpulan orang itu berteriak bagaikan orang gila, kami menjadi tontonan dan pusat perhatian. "Yes! OMG, you must marry him!

Aku mengangguk. "I will..."

Detik selanjutnya kurasakan Jace memasukkan cincin itu ke jari manis tangan kiriku dan memelukku dengan erat. Jace mencium bibirku dengan mesra. Kali ini ciuman ini terasa begitu hidup, bukanlah sebuah ciuman yang dilakukan karena terpaksa atau kesalahpahaman.

Semua orang sekali lagi bertepuk tangan dan berteriak kegirangan, seakan-akan Jace juga melamar mereka. Ketika Jace melepaskan ciumannya, semua orang berjalan mendekati kami dan menyalami kami. Memberikan selamat dan memelukku sambil membisikkan kalimat yang sama.

"Kau adalah wanita paling beruntung."

***

Hari ini, aku pun resmi menjadi Mrs. Walter. Setelah pesta selama seharian penuh yang membuat semua tulangku nyeri, akhirnya aku bisa beristirahat. Aku sedang menunggu Jace yang mengantar semua kolega-kolega bisnisnya ke depan gerbang rumah baru kami. Mereka sangat berantusias untuk meramaikan acara pernikahan kami sampai rela ikut ke rumah baru kami.

Aku kembali mengingat kejadian tadi pagi, sebuah senyum tersungging di bibirku.

Tentu saja aku menangis terharu dan harus di-makeup­ ulang sebelum resepsi pernikahan berlangsung. Apalagi ditambah dengan ucapan Mommy tadi pagi, ternyata kedua orangtua kandungku sudah meninggal karena kecelakaan, tepatnya di saat mereka baru saja menyerahkanku kepada Daddy dan Mommy. Meskipun aku sudah melerakan kepergian mereka dan mengucapkan bertubi-tubi terima kasih dalam hati, aku tetap merasakan kehilangan.

Tapi atas nasihat Mommy tentu saja aku tersenyum dan berjanji akan berziarah ke makam mereka sesampainya nanti aku di Indonesia, tentunya ditemani dengan suamiku, Jace Christian Walter.

Pernikahanku diadakan secara terbuka di sebuah taman yang berada di daerah Hyde Park. Walaupun awalnya aku dan Jace sudah sepakat untuk mengadakan pesta kecil-kecilan yang hanya mengundang orang terdekat saja, tapi tamu kami tetap meledak hingga mencapai empat ratus orang. Apalagi ditambah dengan para kolega-kolega bisnis Daddy dan Jace yang ikut meramaikan acara.

Chris juga datang ke acara pernikahanku, bukannya benci atau marah, ia malah memelukku dan mengucapkan bertubi-tubi permintaan maaf. Aku hanya mengangguk dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Aku bahkan bahagia ketika mengetahui sebentar lagi Chris akan menyusul kami, ia akan menikah dengan seorang gadis yang ditemuinya sewaktu ia berada dalam penerbangan dari Indonesia menuju ke London.

Chris sudah menceritakan semuanya, ternyata sewaktu dulu ayahku dan ayahnya adalah sahabat dekat dan juga kolega bisnis. Ayahnya merasa jengkel dengan Daddy karena bisnis Daddy kian hari kian berkembang, bahkan mengalahkan telak bisnis Ayah Chris. Chris yang setiap pulang ke rumahnya harus mendapat pukulan dari ayahnya yang bila pulang ke rumah selalu berbau alkohol. Ia menaruh dendam pada ayahku.

Ia bahkan menaruh dendam sebelum menyelidiki seluk beluk permasalahan. Ternyata ketika tadi Ayah Chris beserta ibunya juga hadir dalam acara pernikahanku, aku meminta Daddy menyelesaikan masalahnya baik-baik. Ternyata ini hanyalah sebuah kesalahpahaman. Alasan mengapa Ayah Chris mabuk-mabukan adalah karena kedua orangtua ayahnya selalu menekan batin ayahnya. Itu membuat ayahnya frustasi dan lari ke minuman keras. Beruntung, ayahnya bukanlah seorang pecandu. Bahkan Chris sempat menangis ketika melihat hubungan ayahnya dan Daddy yang terlihat akrab seperti dulu. Ia meminta maaf dan menyesali segala perbuatannya tanpa menyelidikinya terlebih dahulu.

Tok... Tok... Tok...

Aku bangkit dari kasurku dan membuka pintu, tanpa basa-basi, Jace memelukku dengan erat dan mengangkat tubuhku ke atas kasur.

"Apa yang kau lakukan, Jace?"

"Hmm... Tidak ada."

"Lalu?"

"Mulai hari ini kau sepenuhnya milikku..." Belum sempat aku melawan, Jace sudah menyerangku hingga tidak ada sehelai kain pun yang melekat di tubuhku.

When I See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang