Arsensha 15 -Tetangga Baru

40.5K 2.3K 46
                                    

hai, Arvin sama Sensha balik lagi, yuhuuuu! menurut kalian, cerita ini gimana sih? heheh, tanya aja kok. kalau mau di jawab, ya Alhamdulillaah, kalau nggak ada yang jawab, ya udah~~ HAHA

***

Aku merasakan ada sesuatu yang mengganggu tidur. Sesuatu yang menyentuh wajahku dan membuatku risih. Aku terpaksa membuka mataku, sinar matahari menerpa pandanganku. Kulihat Arvin sudah duduk di pinggir ranjangku dengan dagunya yang menumpu pada tangannya. Ia menatapku lekat, ia berikan senyuman terindahnya pagi ini.

"Pagi, sayang. Tidurnya nyenyak?" Arvin bertanya padaku. Aku masih dalam kondisi belum sadar sepenuhnya. Aku masih ngantuk. Kutarik selimutku hingga menutupi kepalaku. Aku ingin tidur lagi.

"Hei, jangan tidur terus. Kamu udah ditungguin bunda sarapan," kata Arvin menarik selimutku.

"Seriussss?" Aku tersentak kaget. Sangat tidak sopan jika kamu menginap di tempat orang lain tapi kamu malah bangun lebih siang dari sang pemilik rumah.

"Iya, makanya buruan bangun. Terus mandi. Cepat." Arvin menarik tanganku. Sementara aku hanya mengikutinya. Sejujurnya aku masih ngantuk.

"Iyaaa, Arv. Bentar, jangan tarik-tarik gitu dulu."

Arvin melepaskan tanganku. Aku langsung menuju tasku untuk mengambil baju ganti dan handuk. Sementara Arvin duduk di ujung ranjang.

Aku kaget.

"Kok kamu gak keluar?"

"Kan aku nungguin kamu mandi," katanya enteng.

"Ih, ga ada. Sana keluar. Kamu ni ya ambil kesempatan," ucapku menarik tangan Arvin keluar kamar. Tiba-tiba Arvin mencuri ciuman di pipiku dan dia langsung kabur.

Sial! Aku kecolongan lagi.

"ARVIIIIIIIN!!!" teriakku. Sementara dia hanya tertawa melihatku sambil memeletkan lidahnya.

Kututup pintu kamar dan mengunci. Takut-takut jika Arvin sengaja masuk lagi saat aku mandi.

Aku masuk ke kamar mandi dan menghidup shower. Mandi di bawah shower setidaknya membuatku lebih segar. Sepertinya aku kelelahan sampai tidak sadar aku bangun kesiangan.

Setelah kurasa sudah cukup, aku keluar dengan tubuhku dibalut handuk putih yang panjangnya selutut. Aku langsung menggunakan pakaian yang sudah kusiapkan. Hanya butuh dua puluh menit untuk bersiap-siap.

Setelah itu aku langsung turun ke bawah. Di sana sudah ada Om Aji, Tante Audy dan Arvin sudah duduk manis di meja.

"Pa-pagi, Om, Tante. Maaf, Sensha bangun kesiangan." Aku meminta maaf pada mereka. Aku merasa tidak enak sekali.

"Ah gapapa sayang. Tante tau kok kamu semalam kecapekan kan gara-gara ngurusin bayi gede ini," kata Tante Audy sambil melirik ke arah Arvin. Aku menahan senyumku karena baru saja Arvin dijuluki dengan 'bayi gede'.

"Ah, Mama. Nanti kalau Arvin udah nikah sama Sensha, Arvin bakalan bikin dia gak bisa keluar kamar." Aku melotot kaget mendengar ucapan Arvin. Untuk apa dia berkata seperti itu di depan orang tuanya. Aku sangat malu.

"Maafin Arvin ya, Sha. Dia emang gitu. Padahal Om gak pernah ngajarin dia gitu." Kini giliran Om Aji yang berbicara. Aku hanya tersenyum kecil menahan tawaku.

"Iya, Om."

"Sini, sayang. Kamu duduk di samping aku aja," kata Arvin sambil menepuk kursi makan di sampingnya. Aku langsung duduk di sana.

"Kamu mau langsung pulang?" tanya Om Aji.

"Iya, Om. Semalam bilang sama bunda kalau pulangnya pagi-pagi."

🍋 ARSENSHA (END) 🍋 Where stories live. Discover now