01| Minggu pagi Moza

109K 2.4K 140
                                    

Selamat pagi dunia dan si cakep depan rumah.

"Pagi Kak Eghi," sapaku dari balkon kamar.

Seperti hari Minggu biasanya, tepat pukul 05.10 Kak Eghi meluncur ke jalan untuk berjoging. Dan seperti Minggu pagi biasanya juga, aku sudah standby di balkon kamarku tercinta untuk menunggunya mengajakku berjoging bersamanya.

"Pagi Moza, ayok ikut joging," ajaknya yang langsung kujawab dengan anggukan kepala dan cengiran lebar.

"Tungguin Moza ya Kak, Moza mau turun," teriakku, lalu berlari menjauh dari balkon.

Aku langsung berlari keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Tak lupa kusambar jaket berwarna ungu yang tersampir di punggung kursi meja belajar.

Di bawah tangga, kulihat Mama tiba-tiba muncul dari ruang makan. "Moza mau pergi dulu, udah ditungguin sama Kak Eghi."

"Kamu tuh, ya, bangun paginya setiap hari Minggu doang," omel Mama geleng-geleng kepala.

"Iya deh, besok Moza bangun pagi." Aku mencium pipi Mama dan segera melesat ke pintu yang mengarah ke garasi.

"Iya sana hati-hati," kata Mama.

Jangan dikira aku bakalan ikut lari-lari mengelilingi komplek yang luas ini hanya dengan kaki saja. Bagaimanapun juga, sepeda lebih tidak membuatku capek. Jadi, aku mengandalkan sepeda biru kesayanganku untuk mengikuti Kak Eghi berjoging.

"Halo, Beibei," sapaku pada sepeda biru yang terparkir di sebelah motor. Kemudian aku segera menaiki sepedaku dan mengayuhnya meninggalkan garasi.

"Ayo, Kak!" teriakku seraya melajukan sepedaku sambil melewati Kak Eghi yang sedang menyandarkan tubuhnya di gerbang rumahku. Kak Eghi hanya tertawa sambil menggelengkan kepala. Setelah itu, Kak Eghi berlari kecil mengejarku.

"Moz, Shila apa kabar?" tanya Kak Eghi kepadaku.

Laju sepedaku melambat. Kini kak Eghi berlari kecil di sampingku.

"Kak Shila baik kok, katanya bentar lagi ujian Kak," kataku sambil mengayuh sepedaku pelan agar mengimbangi Kak Eghi.

"Wah, kalau gitu bentar lagi balik dong?"

"Iya kali, tapi nggak tau deh," jawabku.

"Kenapa Shila kudu kuliah jauh-jauh gitu, sih?" tanyanya kepadaku.

"Tau tuh, mau nyari kanguru kali."

"Bisa aja lo," kata Kak Eghi sambil tertawa.

Ya, selamat deh, buat kakak perempuanku satu-satunya yang mewarisi kejeniusan Papa sehingga bisa menyelesaikan SMA hanya dalam dua tahun saja. Seharusnya sekarang Kak Shila masih SMA kelas dua belas sama seperti Kak Eghi. Tapi nyatanya sekarang malah Kak Shila ke Australia berburu kanguru di sana.

"Kak Eghi nanti kalau udah lulus mau nerusin di mana?" tanyaku sambil memandang wajah Kak Eghi.

"Entahlah, masih belum tau. Lihat nanti aja, deh," jawabnya sambil tersenyum.

Senyum manis Kak Eghi membuatku ikut tersenyum. Tetanggaku ini memang manis dan tampan sekali.

Din ...din ...din!

Terdengar suara klakson mobil yang sangat keras tertuju padaku. Kontan hal ini membuatku kaget. Tiba-tiba saja aku sudah membelokan sepedaku ke pinggir jalan yang malah berakhir ke selokan.

"Moza nggak apa-apa?" tanya Kak Eghi terdengar khawatir. Lalu suara tawa puas menyebalkan mengikuti. Aku sangat hafal dengan pemilik suara tawa tersebut. Itu suara Ferrish!

Cinta Satu KompleksWhere stories live. Discover now