Bagian II

1K 74 70
                                    

Markonah hanya tersenyum, tanpa menjawab petanyaan anaknya. Orang tua mana yang tidak suka jika anaknya dipersunting anak pejabat.  Walaupun anak pejabat , Markoset sopan terhadap Markonah dan Suwito yang hanya petani utun. Markoset selalu membawakan martabak kesukaan Suwito, dan roti bakar kesukaan Markonah. Markoset memang pandai mengambil hati kedua orangtua Menuk Parwati.

"Kamu pernah diajak ke rumahnya, Nuk?"

"Pernah."

"Terus?"

"Apanya, Mak?"

"Orang tuanya baik?"

"Aku tolak ajakannya, Mak."

"Lah, kanapa?"

"Mak, nanti dia salah menafsirkan kebaikkanku. Jika aku mau diajak kerumahnya pasti dia anggap aku pacarnya."

"Jadi kamu tidak suka sama Markoset?"

"Mak, katanya aku suruh kerja dulu. Tidak boleh menikah dahulu sebelum adik Menik  lulus kuliah. Padahal menik saat ini masih kelas tiga SMA kan?"

Markonah hanya menghela nafas panjang, lalu melepaskannya dengan segera. Dan topan badai pun menerjang di hadapan Markonah. Untung saja tidak meluluhlantakkan isi rumah yang hanya lemari kaca bening berisi perabot rumah tangga, dan televisi hitam putih yang sudah uzur itu. Pikir Markonah, kalau dapat anak pejabat mungkin menikah dini tidak akan menjadi masalah. Membantu adik pasti bisa dilakukan.   Lain halnya jika dapat sesama anak petani.

"Samijan anak pejabat, Nuk?"

"Apa bedanya anak pejabat atau bukan, Mak?"

"Beda to, Nduk."

"Sama Mak, yang pejabat atau bukan kan orang tuanya. Anaknya ya sama seperti Menuk ini juga, mahasiswa juga."

"Samijan suka sama kamu?"

"Mak, kan sudah Menuk bilang. Menuk akan memenuhi kemauan orang tua untuk membantu biaya adik kuliah nanti."

"Mamak hanya tanya kok, Nuk."

"Kalau suka kenapa, Mak?"

Markonah hanya tersenyum sambil memandang anak pertamanya itu. Anak yang memiliki paras nayris sempurna. Pemeran Ken Dedes dalam teater Angrok – Dedes di pementasan UKMBS (Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni) pada perhelatan Pekan Seni Mahasiswa se – Indonesia di kampusnya bersama Markoset sebagai Ken Arok itu pun membalas senyum Markonah. Suwito terdengar rengeng –rengeng menyanyikan tembang ura – ura sambil mengasah sabitnya. Sepulang dari sawah,  bapak Menuk Parwati itu selalu  membawa hijauan makanan ternak untuk ketiga ekor sapinya yang gemuk –gemuk.

"Mamak enggak ke sawah? Itu Bapak sudah mau berangkat."

"Nunggu kamu pergi, Nduk."

MARKOSET MENGEJAR KEN DEDESWo Geschichten leben. Entdecke jetzt