Bagian XII

605 45 9
                                    

Mata Markoset melotot seperti konslet otaknya, begitu mendengar pernyataan Nyong. Kepalanya terasa ringan, dan kakinya seperti tidak menapak bumi. Gila! Gumam Markoset dalam hati.

"Kau tahu punya Endah?"

"Gimana?"

"Imut, hihi. Punya Mukasih tembem seperti apem. Punya Sri, belukarnya wow..."

"Wow bagaimana?"

"Subur sekali rumput tekinya kawan."

"Iblis memang kau, Nyong!"

"Hahaha...."

"Punya Ken Dedes bagaimana?"

"Hmm..."

Belum sempat melanjutkan Endah, Sri Lestari, dan Mukasih menyusul mereka di lincak itu. Otak Markoset menjadi konslet.  Begitu melihat Endah otak mesumnya membanyangkan keimutan mustikanya. Melihat Mukasih, ia berimajinasi sedang mengganyang apem buatan ibunya, manis legit, dan nyaman di mulut. Anjriiiiiiiiiit! Kali ini mata Markoset menatap Sri Lestari, dalam hati ia terkikik risih. Sengkarut pikirnya terjebak pada selangkangan Sri yang rumput tekinya subur. Dancoooooooooooook!

"Ada apa Mar? Kok pandangan kamu aneh begitu ke kami?" tanya Endah.

"Enggak apa - apa, Ndah."

"Hihihi.." Lagi - lagi Nyong tertawa ngikik seperti Si Manis Jembatan Ancol diperkosa setan kridit.

"Kalian mabok legen?" tanya Sri Lestari.

"Enggak," jawab Markoset.

"Lalu?"

"Mana Ken Dedes, Sri? Malam ini sebenarnya aku ingin mendekapnya."

"Hahaha..." tiga srikandi kampus itu tertawa kompak.

"Kok ketawa sih?"

"Kamu terlalu pinter kali ya Mar? Penyataanmu itu lo, polos sekali," celetuk Mukasih.

"Bukan itu alasannya, Sih."

"Lalu?"

"Dia mabok imajinasi cabul!"

"Kok bisa?"

"Tadi aku ceritakan jeroan kalian semua."

"Maksudnya?"

"Sih cawetmu sekarang hitam kan? Dan kau Sri, putih. Endah, pinky.."

"Sok tahu!"

"Tahu, buka coba!"

"Ihhh cabul!"

Markoset menahan tawa, dan pikirannya tersangkut ke imajinasi nakalnya. Kini kembali banyangan deskripsi selangkangan ketiga perempuan itu menyita benaknya. Asu!

"Hustt...! apa katamu Mar?" tanya Endah.

"Hmmm ....anu, itu..."

"Sri, Ndah, Sih isi dalam cawet kalian pun aku tahu. Punyamu Ndah, imuuuttt. Sri, punyamu rumput tekinya terlalu subur. Sih, apemmu cubby."

"Apaaaaaaaaaaaaaa!" pekik Sri Lestari

"Darimana kau tahu?" tanya Endah.

"Tiap hari aku mengintip kalian."

"Apaaaaaaaaaaaaaa!" selanjutnya suara pukulan, cakaran, gigitan ketiga cewek - cewek itu menghakimi Nyong.

"Ampoooooooooooooooon!"

"Tidak ada ampun bagimu"

Buk! Pak! cring! Klak! Crot!....

"Aduh! Aduh! Ampuuun!" pekik Nyong, tapi ketiganya terus menghardik Nyong.

MARKOSET MENGEJAR KEN DEDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang