Bagian 17

4.6K 513 5
                                    

Cara menghilangkan stres yang paling manjur bagi Venus adalah belanja buku. Buku apa pun, baik itu novel, agama, kesehatan, ataupun teka-teki silang yang biasanya berakhir terabaikan di atas meja tamu.

Kebetulan Venus ingin meng-upgrade isi kepalanya. Ada virus Adrian yang harus segera diberantas dari kehidupan Venus. Lalu Venus juga harus segera menemukan pencerahan. Semenjak pernyataan Romeo, Venus memilih untuk menghindar. Sedapat mungkin Venus tidak bertatap muka dengan Romeo. Entah mengapa, Venus selalu gugup berdekatan dengan Romeo. Jantungnya berdegub tak keruan, sementara napasnya seolah tinggal beberapa tiupan saja. Itu bukanlah sesuatu yang Venus senangi.

Venus, ada apa denganmu?

Dia sendiri pun tidak mengerti. Aneh bukan jika manusia tidak memahami keadaannya sendiri? Bahkan Venus pun mengalami hal yang demikian. Tidak mengerti dengan keinginannya sendiri.

Tidak. Venus tidak boleh berpikir demikian.

Venus menggeleng sejenak sebelum menarik sebuah novel dari raknya. Novel tersebut bersampul pink dan dipenuhi dengan ilustrasi bunga. Ternyata novel yang diambilnya bertema percintaan. Kegundahan seorang siswi SMA yang bingung memilih antara cowok A dan cowok B.

Oh tidak, kata Venus dalam hati.

Itu bukanlah bacaan yang diinginkan Venus. Segera saja dia mengembalikan si novel romansa ke tempatnya sedia kala.

″Kenapa dikembalikan?″

Venus menengok ke arah.... Di sana, berdirilah sosok yang membuat Venus tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari.

″Romeo?″ ucap Venus pongah.

Lagi-lagi, debar jantung Venus bertambah cepat setiap detiknya. Padahal, dulu Venus tidak pernah merasa secanggung ini ketika melihat Romeo dalam balutan kemeja berwarna biru lautnya. Biasa saja. Ya, itulah yang dulu Venus rasakan pada sosok Romeo. Namun kini, semenjak ucapan suka itu terlontar dari Romeo. Venus merasa uring-uringan. Makan tak nikmat, minum tak segar, dan hidup pun terasa rumit.

Romeo berjalan mendekat ke samping Venus. Kedua matanya menatap jejeran novel romansa yang ada di depannya. ″Aku nggak nyangka kamu suka bacaan semacam ini?″

Jeduwer, hancur sudah image Venus sang wanita es yang tak mengenal cinta. Venus menyesal pergi ke pojokan novel romansa. ″Oh itu. Titipan Anggita.″ Dan, untung saja dia cepat mencari alibi.

″Adikmu?″

Venus mengangguk. ″Kamu ngapain ke sini? Tumben.″

″Loh, memangnya aku nggak boleh ke sini?″

″Sumpah, ngapain kamu ke sini?″ tanya Venus tak sabaran.

″Sebenarnya aku ke sini cuma nemenin adikku.″ Romeo menunjuk seorang cowok yang memakai kaos putih. Cowok itu tengah sibuk di bagian kamus, dan tampaknya tidak peduli dengan kakaknya. ″Nggak nyangka kita ketemu.″

Ya Tuhan, rutuk Venus dalam hati, kenapa Engkau senang sekali menggodaku.

″Oh,″ ujar Venus kalem. Ingin sekali dia pergi ke bulan dan meninggalkan bumi untuk selamanya.

″Ven,″ katanya. ″Gimana kalau kamu makan malam bareng aku? Kamu pasti belum makan, kan?″

Di saat seperti ini pun Venus hanya mampu berkata, ″Hah?″ Dengan wajah membeo yang sama sekali tak pantas dimiliki olehnya.

Melihat itu, Romeo hanya tersenyum. ″Ayolah, aku yang traktir.″

″Adikmu gimana?″

″Dia bisa ngurus dirinya sendiri. Palingan juga nyusul. Gimana, berminat?″

Venus (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang