Bagian 31

13.6K 681 21
                                    

Duduk di pinggir pantai, Venus dan Romeo menikmati suasana sore. Langit terlihat indah dengan guratan berwarna oranye, sementara ombak berderu di bibir pantai; pecah ketika menyentuh pasir yang lalu berubah menjadi buih. Hari ini adalah hari terindah yang pernah Venus alami, bukan hanya karena lamaran dari Romeo, tapi ada hal lain yang baru Venus ketahui dari Romeo.

Senior....

Sosok itu, sosok masa lalu yang dirindukan Venus. Ternyata dia ada di dekat Venus. Selama ini....

″Aku benar-benar tidak menyangka,″ ungkap Venus, ″maksudku, waktu itu kamu kelihatan....″

″Cupu?″ lanjut Romeo.

″Sebenarnya, tadi aku mau bilang kalau dulu kamu kelihatan seperti orang yang tertutup.″

″Itu karena aku nggak mau menarik banyak perhatian,″ jelas Romeo. ″Kalau aku sampai berpenampilan normal, nanti yang ada kamu tidak bisa bertemu denganku. Asal tahu saja, aku ini lumayan populer.″

Venus mendengus. Kesal.
″Oh, jadi maksudnya begitu?″

Romeo terkekeh. ″Ayolah, awalnya juga kamu cuma pengin ngisengin aku.″

″Siapa bilang?″

″Kamu sering tanya PR ke aku, padahal kelas kita tingkatnya saja berbeda, lalu suka muncul tak diundang di perpustakaan, benar-benar.″

″Aku ini bermasyarakat tahu,″ bela Venus.

″Dan,″ ucap Romeo mengabaikan komentar Venus. ″Aku paling sebal ketika kamu curhat perihal Adrian.″

Untuk yang satu itu, Venus tidak akan mengelak. Sungguh, ingin sekali dia menguburkan diri di suatu tempat. Malu.

″Kamu masih marah?″ tanya Venus berhati-hati.

″Kesal,″ jawab Romeo. ″Aku tidak suka dengan bocah itu. Padahal, dia itu tidak ada menarik-menariknya. Anehnya, kamu waktu itu benar-benar tersihir.″

″Itu karena aku masih labil.″

Romeo mengangguk. ″Dan kamu suka mewek kalau aku nggak mau nemenin kamu di perpustakaan.″

Venus memutar mata. ″Kenapa kamu nggak pernah cerita?″

Romeo menggeleng perlahan. ″Memangnya kalau aku bilang aku ini senior yang itu, kamu bakal langsung percaya?″

Tentu saja, Venus tidak akan percaya.
″Tapi....″

″Jujur,″ ungkap Romeo. ″Kamu sama sekali tidak mengenaliku. Padahal, sekali lihat saja aku sudah tahu bahwa kau itu Venus yang suka bikin rese waktu SMA.″

Jengkel. Venus menggunakan jari telunjuknya untuk menusuk lengan Romeo.

″Ih, nggak adil,″ keluh Venus. ″Kamu kan dulu songong, nama aja nggak mau ngasih tahu. Terus galak lagi. Aku tanya ke teman sekelasmu, mereka nggak mau ngasih tahu.″

″Aku yang menyuruh mereka agar tutup mulut.″

Alis Venus melengkung. ″Romeo, kamu ngeselin banget.″

″Yakin?″ Romeo kembali menampilkan senyum menenangkannya.

″Iya, kamu adalah pria paling mengesalkan yang berhasil membuatku bertekuk lutut. Puas?″

Romeo terkekeh. Segera dia menarik Venus mendekat.

Romeo memeluk Venus, dia meletakkan dagunya di atas kepala Venus.

″Dulu, aku benar-benar putus asa,″ ujar Romeo. ″Aku kira kamu akan kembali ke Adrian. Aku benar-benar merasa cemas.″

Venus diam. Dia hanya ingin merasakan kehangatan dan rasa aman yang didapatnya ketika bersama dengan Romeo.

″Tapi, aku yakin, suatu saat perasaanku akan tersampaikan padamu.″

Romeo semakin merapatkan pelukannya. Tidak ingin melepaskan Venus.

″Gelang,″ kata Venus.

″Ya?″

″Aku masih menyimpannya.″

″Itu juga salah satu yang membuatku yakin bahwa kau masih mengenangku.″

Venus mendongakkan kepala. Menatap langsung ke mata Adrian. ″Kenapa?″ tanyanya.

″Aku hanya merasa bahwa gelang itu merupakan perwujudan dariku. Perwujudan dari rasa kasihku yang akan mengikatmu padaku, tak peduli di mana pun kamu berada, aku akan selalu bersamamu.″

Venus tersenyum. ″Terima kasih.″

″Karena?″

″Kau mencintaiku.″

Kedua mata mereka bertemu, dan tanpa kata-kata pun perasaan mereka sudah tersampaikan. Di kejauhan, Venus bisa mendengar suara masa lalunya yang memanggil Romeo dengan Senior.

Venus (END)Where stories live. Discover now