- 1 -

695 52 8
                                    

"Kau yakin tidak akan pulang bersama kami, Jihyun-ah ?"

Seorang gadis berkaus oblong putih dengan rompi blue-jeans itu mematung di dekat pintu studio musik dan menggelengkan kepalanya. "Aku harus menemukan barang itu hari ini. Kau pulang saja duluan."

"Baiklah kalau begitu. Kami pulang duluan ya."

"Ya. Hati-hati dijalan ya, Nari-ah."

Nari, dan teman-teman lainnya pun meninggalkan gadis itu sendirian.

Gadis berambut sebahu itu kembali memasuki studio musik A-3 seorang diri. Ah, gadis ini memang pemberani. Dia tidak takut hantu, serangga, binatang buas, atau hal-hal menakutkan pada umumnya. Seingatnya, belum ada yang pernah dia takuti selama ini. Jadi tak masalah jika dia berada di ruangan ini seorang diri malam-malam begini.

Entahlah, seorang pemberani, atau seseorang yang ceroboh.

Rak buku, laci lemari, kolong piano, hingga tas biola sudah ia jelajahi. Namun belum juga dia temukan.

Apakah yang sedang dicari Jihyun ? Sebuah buku.

Buku apa? Buku musik Mozart yang mahal ? Bukan. Hanya sebuah buku catatan lusuh yang telah berumur dua tahun di kepemilikan Jihyun. Berisi tulisan tangan Jihyun yang tidak rapih itu. Mungkin jika seorang pemulung menemukannya, dia akan mengambilnya sebagai sampah kertas yang nantinya akan didaur ulang oleh para pengrajin.

Buku diary.

Tapi bagi Jihyun, buku itu sangat berharga. Juga berbahaya, bila orang lain menemukannya apalagi membacanya. Dan karena kecerobohannya, buku itu selalu ia bawa dan tertinggal begitu saja di studio musik tempat ia praktikum. Bukan pertama kalinya buku itu tertinggal dan akhirnya ia temukan kembali. Namun tidak untuk kali ini.

Apakah seseorang telah menemukannya kemarin ?

Jihyun yakin, buku itu tertinggal di ruangan ini. Ia tidak pergi kemana-mana selain studio musik ini kemarin. Dengan segenap keyakinan, tangan dan kaki mungilnya kembali menelusuri setiap sudut ruangan.

***

Gedung Auditorium Serba Guna Universitas Haneul sudah sangat sepi. Di musim ujian, para mahasiswa membatasi kegiatan extra mereka hingga pukul delapan malam. Ya, aturan bakunya seperti itu. Nyatanya masih ada beberapa kelompok kegiatan yang belum selesai saat itu.

Seperti Musikal The Beat, salah satu kegiatan extra dari komunitas mahasiswa Jurusan Seni Drama dan Peran. Mereka baru saja berhamburan keluar dari ruang latihan setelah selesai berlatih mingguan.

Gedung mulai sepi. Menyisakan dua orang yang sedang berada di lorong gedung di depan ruang latihan musikal. Seorang laki-laki dan perempuan. Terlihat seperti sepasang kekasih.

"Oppa, aku takut. Nanti kalau Joohyun eonnie tahu, dia akan marah besar padaku. Bahkan membuatku menjadi daging cincang."

Ah, ternyata bukan. Hanya seorang gadis dan laki-laki pengoda.

Lelaki itu tertawa. "Tidak mungkin. Dia terlalu baik untuk itu."

Sekarang gadis itu merenggut kesal."Kau memujinya sekarang?"

Tangan lelaki itu menyentuh dagu lancip sang gadis hingga wajahnya menghadap tepat dihadapan wajah sang lelaki. Lelaki berhidung bangir itu tersenyum aneh. "Kau cemburu?"

Seketika pipi gadis itu merona malu. Gadis mana yang tak kan senang diperlakukan manis seperti itu? Apalagi oleh lelaki setampan dia.

Lelaki itu adalah Kim Taehyung. Aktor musikal yang terkenal akan ketampanan dan bakatnya yang luar biasa. Selalu mendapatkan peran utama dari musikal yang dia bintangi, tentu saja. Paras tampannya memang tidak seperti garis wajah orang Korea kebanyakan, kecuali monolid mata besarnya itu. Tak hanya itu, suara beratnya yang khas tidak pernah gagal membuat detak jantung setiap gadis yang mendengarnya mempercepat. Banyak orang yang bilang, dia adalah definisi dari kesempurnaan.

WOLVES KEEPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang