- 20 -

202 29 58
                                    

Udara malam yang dingin mulai menusuk kulit Jihyun, bahkan menembus lapisan pakaian yang dikenakannya. Gadis itu menyesal mengenakan pakaian terbuka dan hanya membawa cardigan yang begitu tipis.

"Aigoo, bagaimana bisa tidak ada satupun taksi yang lewat?"

"Kau mau pulang, Jihyun-ssi?"

Jihyun menoleh ke arah suara. Matanya membelalak seperti melihat hantu. Lelaki jangkung itu sudah berada di sampingnya.

"I..iya. Aku mencari taksi."

"Sepertinya tidak ada taksi yang lewat. Mau kuantar?"

Ada apa ini? Tiba-tiba dia bersikap manis sekali. Masih teringat kesan pertama Jihyun saat bertemu dengannya. Tampan, namun menyeramkan.

"Ya? Ah.. Tidak usah, Taehyung-ssi. Mungkin sebentar lagi ada taksi."

"Berbahaya jika kau disini sendirian. Mari, kuantar."

Tanpa permisi, lengan kurus Jihyun tiba-tiba ditarik oleh tangan lebar lelaki itu, mengajaknya ke sebuah mobil hitam. Lelaki itu membukakan pintu kursi depan di sebelah kemudi.

Dengan ragu, Jihyun memasuki mobil.

BUG! Pintu ditutup. Debar jantung Jihyun mempercepat. Rasanya mirip seperti saat Hyunsik menariknya ke mobil karena tiba-tiba turun hujan waktu itu.

Taehyung masuk mobil dan menutup pintu mobil. Dengan berani ia menyilangkan tangannya di hadapan Jihyun, memasangkan sabuk pengaman Jihyun.

Jihyun tak segera memalingkan wajahnya saat Taehyung mulai menatapnya. Gadis itu mulai was-was menyadari Taehyung yang tak kunjung juga mengalihkan pandangannya. Juga tak berkutik dari tempatnya. Taehyung memang sangat tampan, apalagi dari jarak dekat. Mata besarnya, alis tebalnya, hidung bangirnya.. Namun alih-alih membuat nyaman, justru malah membuat Jihyun semakin ketakutan. Jihyun mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kau, lumayan manis ya.. penguntit."

Taehyung kembali menegakkan duduknya di depan kemudi, memegang stir dan rem serta mulai menjalankan mobil.

Damn.

Jihyun baru sadar bahwa dia adalah Taehyung, bukan Hyunsik. Artinya dia dalam bahaya. Jihyun mulai gelisah, namun berusaha untuk tidak memperlihatkannya.

"Aku..bukan penguntit. Sungguh." Jihyun berusaha berbicara setenang mungkin.

Taehyung malah terbahak. "Kau masih mengelak saja, sayang."

Sayang? Dasar serigala berbulu domba! Menjijikan!

"Bagaimana mungkin Sooyoung menolakku pergi bersama ke Festival? Semua pasti gara-gara kau kan?"

"Sungguh, aku bersumpah. Aku tidak tahu apapun."

Taehyung melirik Jihyun dan menyeringai. Mobilnya dilajukan lebih cepat.

Jihyun mulai memutar otaknya untuk mencari solusi. Dia telah memegang ponsel dibalik tasnya, bersiap jika terjadi hal darurat.

Mobil melaju semakin jauh. Sebuah jalur yang agak asing bagi Jihyun.

"Kau.. Tidak bertanya alamat rumahku, Taehyung-ssi?"

Lelaki itu kembali terbahak.

"Kau polos sekali, penguntit manis. Apakah kau masih benar-benar percaya bahwa aku akan membawamu pulang ke rumahmu?"

Ya Tuhan.

Aku benar-benar sial terperangkap dengan serigala jadi-jadian ini.

Tangan Jihyun yang bergetar diam-diam mulai mengetik sebuah pesan darurat dibalik tasnya.

WOLVES KEEPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang