- 27 -

157 25 9
                                    

Hyunsik mematut dirinya di hadapan cermin dengan setelan jas hitam yang elegan. Semakin memberikan kesan gagah pada bahunya yang tegap. Hari ini ia harus mengisi beberapa penampilan di acara Reuni SMA-nya. Tentu penampilannya menjadi perhatian.

Diraihnya ponsel di atas kasur. Jemarinya refleks mencari sebuah kontak.

Kang Ji..

Ah, tunggu. Bagaimana jika dia menganggapku terlalu posesif?

Ditekannya tombol lockscreen di pinggir ponselnya, lalu memasukannya ke dalam saku jas. Urung menghubungi gadis yang memenuhi pikirannya itu. Namun tak lama ponselnya kembali bergetar.

"Oh, Seulgi-ya. Ya, aku sudah siap. Baik, aku segera kesana."

Hyunsik segera masuk ke mobilnya, melaju untuk menjemput Seulgi.

"Kau menunggu lama?" Sambut Hyunsik saat Seulgi masuk ke jok mobil disampingnya.

"Tidak, oppa." Seulgi memasang seatbelt-nya. "Maaf ya aku merepotkan oppa. Mobilku mogok jadi tak ada yang mengantarku kesana."

"Gwaenchana."

Mobil kembali melaju dengan kecepatan konstan.

"Tapi.. Apa nanti pacarmu tidak marah jika kau mengantarku?"

"Pacar?"

"Ya.. Bukankah wanita di festival itu pacarmu..?"

"Aaaah.." Hyunsik tertawa salah tingkah. "Bukan.. Dia bukan pacarku."

"Belum menjadi pacarmu?"

"Ya..belum."

Keduanya tertawa renyah.

"Ah, sayang sekali. Kukira kalian sudah pacaran. Jadi kan kau bisa mengajaknya ke acara ini."

Hyunsik hanya membalasnya dengan senyuman. Berusaha mengendalikan perasaaannya.

"Kau sendiri, sudah punya pacar?"

"Ya. Tapi dia tidak bisa hadir. Ada konser di luar kota."

"Siapa? Jangan bilang Jimin?"

"Wuah, tebakanmu tepat sekali, oppa."

"Haha, tentu saja. Kalian sangat populer bahkan di kalangan teman seangkatanku. Pendekatan sejak SMA akhirnya berhasil juga."

Sepanjang perjalanan, keduanya berbincang mengenang masa-masa SMA-nya. Sejenak, Hyunsik melupakan kekhawatirannya pada Jihyun.

***

"Hei, anak baru!"

Lelaki ber-sweater putih itu menoleh. Mendapati lelaki yang telah memukulinya tempo hari itu menghampirinya. Semburat kaget tergambar di wajahnya. Mungkin takut kena hantaman bogem mentah lagi.

"Ada..apa?"

"Kau yang mengantarku ke rumah kemarin?"

Ah, ternyata dia mau berterimakasih.

"Ya."

"Darimana kau tahu rumahku?"

Eit, kukira..

"Ehm.. Itu..aku, hanya menebaknya saja."

"Hah? Apa.. Jawaban macam apa itu, anak baru?"

Hongbin menelan salivanya kuat-kuat. Mencoba menyusun kata-kata yang tepat.

WOLVES KEEPERWhere stories live. Discover now