The Witch And Three Musketeers

16K 1.4K 112
                                    

"Hatiku belum pernah berkeping seperti halnya hati yang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hatiku belum pernah berkeping seperti halnya hati yang lain. Sudah patah lalu kembali menggugus untuk cari tambatan yang lain. Tapi bukan berarti hatiku harus engkau patahkan agar mencari tambatan yang lain bukan?"

–Koala–

≠≠≠≠

Seperti biasa, ketika hatiku dilanda kekalutan kakiku selalu gaduh. Karena apa? Karena pada akhirnya nasibku berakhir dengan, du duk ber sa ma ne nek lam pir. Hm.

Siapa lagi kalau bukan Kania. Untunglah temannya, Uki langsung pulang karena katanya ia terserang penyakit diare yang tak tertahankan dan nggak mau kalau harus bolak-balik ke toilet umum.

Di depanku, Rico memandangiku dengan menyandarkan dagunya ke kedua telapak tangan sambil tersenyum dengan polosnya. Aku jadi teringat mendiang anjing jenis pomeranian milik tetangga yang selalu menatapku seperti itu. Bikin merinding.

Sedangkan di sebelahnya, sudah ada Aldan si tukang onar yang sedang memainkan game di androidnya dengan mata berbinar-binar.

Kenapa sih Bara lama sekali ke kasirnya? Eits, kenapa aku jadi mengharapkan dia? Yang sudah jelas-jelas ingin kujauhi akibat insiden memalukan kesekianku tadi.

Mungkin karena di antara keempat makhluk ini hanya dialah yang benar-benar aku kenal. Walau Kania itu sekelas denganku, aku hampir tidak pernah bermangap ria dengannya. Palingan hanya saat tugas kelompok. Itu saja via Line.

Brukk

Kulihat Bara menjatuhkan kantung berisi buku-buku yang barusan ia beli ke meja. Ia menghempaskan tubuhnya ke bangku sebelahku yang masih kosong.

"Cie sekarang mainnya sama Kumala ... " goda Rico sambil memainkan kedua alisnya hingga seperti ombak yang sedang bergoyang-goyang. Bara hanya menjawabnya dengan kerutan di dahinya.

"Katanya Bara dia mau ke rumah lo habis ini Dan? Mau ngapain sih? Ikut dong," pinta Kania tampak mencoba mengalihkan topik.

"Eh? Apa iya Bar? Perasaan gue bilang sama lo kalau di rumah gue lagi buat arisan PKK. Makanya itu gue mau-mau aja diajak Kania ke sini," jelas Aldan yang masih berkutat memainkan kedua jempolnya ke screen HP.

Ow ... jadi Rico dan Aldan bisa sampai ke sini itu semua ulah Kania? Pantas. Aku selalu yakin kalau setiap perangai Kania itu pasti ada udang di balik rempeyek.

"Jadi tadi sebenernya kamu mau kemana Bar? Kok nolak ajakanku buat makan bareng gitu," dengus Kania dengan manja. Ewh ... mual. Butuh kresek.

"Nggak kemana-mana," jawab Bara tetap tenang. Ihh dia itu. Tahu sedang dimodusin kenapa tetap santai begitu. Kalau aku sih udah aku seret lalu buang ke laut.

"Wahh jangan bilang lo mau jalan sama Kumala Bar?" pungkas Rico membulatkan matanya yang diekori dengan kekehannya.

Aku bisa melihat mimik muka Kania yang mulai tak suka dengan kata-kata Rico, "Mending kita sekarang ambil makanan deh, masa dari tadi kita di sini nggak makan sesuatu sih," terang Kania mengalihkan pembicaraan lagi.

Koala and Her Story [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang