His Brutality #2

12.4K 1.1K 93
                                    

Pertandingan kembali dimulai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pertandingan kembali dimulai. Semua pemain kembali berpencar memenuhi lapangan. Sudah beberapa waktu berlalu dan sekolahku belum juga mencetak skor. Kudengar dari belakang bangkuku anak-anak sedang membicarakan tentang permainan Bara pada babak kali ini.

Kata mereka permainan Bara kali ini terlihat lebih kasar daripada biasanya. Tapi dari apa yang aku lihat memang benar. Sampai-sampai pemain dari pihak musuh terjatuh karena mendapat sikutan dari Bara hingga wasit harus menyiulkan peluitnya. Suara kecewa dari tribun SMA Budi Mulya-pun tak terelakkan.

Tet tenet toneet!

Bunyi yang biasa dikumandangkan untuk SMA kami kini berganti berpihak pada musuh, membuat sorakan yel-yel yang dari tadi dikumandangkan siswa-siswi Budi Mulya mulai memudar.

Aku bukanlah orang yang aktif dalam event-event di sekolah, apalagi menjadi anggota tim sukses dalam acara pertandingan seperti ini, yang kerjaannya mengumpulkan massa untuk mau menonton pertandingan dalam kurung memaksa dengan ancaman akan dikucilkan teman sekelas karena dianggap tak punya jiwa solidaritas serta membuat yel-yel yang bisa membuat pemain menjadi semangat empat lima.

Tapi entah kenapa rasa gusarku yang takut Bara tidak bisa membawa SMA kami ke panggung juara malah melebihi rasa gusar anggota tim sukses capres yang takut jika orang yang ia unggulkan kena ciduk aparat karena ketahuan korupsi.

***

Tribun milik SMA kami tampak sudah lengang. Sedangkan tribun milik SMAN 3 tampak masih bersenandung menyanyikan Mars SMA mereka dengan penuh hikmat dan kebanggaan.

Benar, SMA kami kalah telak. Hal itu membuat semua pendukungnya pulang lebih cepat dari biasanya. Hanya ada beberapa orang yang masih terduduk di tribun, termasuk aku dan Aris.

"Gue mau nyamperin Jodi, lo ikut apa di sini aja?" tanya Aris sambil membersihkan remah-remah roti yang ada di celana jeans-nya. Jodi adalah pemain basket yang mewakili kelas kami yang juga teman sebangku Aris.

Mungkin Aris ingin menghibur teman sebangkunya mengingat tadi saat detik-detik terakhir pertandingan, kakak kelas sudah mulai bergegas ke ruang ganti anak basket dengan muka yang sangar.

"Ke ruangan anak basket?" tanyaku saat Aris sudah beranjak dari bangkunya.

"Iyalah. Ke mana lagi?"

Aku harus berpikir dua kali untuk pergi kesana. Pertama, karena itu adalah ruangan para cowok yang semestinya aku diharamkan untuk pergi kesana. Kedua, jika ke sana itu sama saja aku seperti datang dengan suka rela ke sarang penyamun karena di situlah Bara sekarang berada.

"Saran gue, ikut aja deh. Lagian Jodi kan juga temen lo. Kasihan dia. Dia udah berharap banget menang di pertandingan," ujar Aris sambil mengulurkan tangannya ke arahku.

Dengan perasaan ragu, aku meraih tangan Aris dan mengikutiya. Hanya baru beberapa langkah, seorang cowok yang mengenakan baju basket berjalan mendekati kami. Dia menatap kami dan aku kenal sekali dengan tatapan itu.

Koala and Her Story [TERBIT]Where stories live. Discover now