Part 107

1.2K 38 0
                                    

20 Desember 2007,

"lama banget sih lo"

"kebelet, ne" kata gue "ngantri pula tadi"

gue duduk berhadapan dengannya di salah satu bangku yang ada di kantin. anne sedang asik menulis di bukunya yang bersampul biru muda. gue perhatikan buku tersebut ada sedikit perubahan. ketebalan buku tersebut bertambah dari yang terakhir kali gue liat. gue pikir buku itu udah ga pernah dia gunakan karena dari kemarin gue ga pernah liat dia menulis dibuku itu lagi.

"nulis apa lo?"

"rahasia !!"

"dih pelit banget lo "cibir gue

"sama gue aja main rahasia rahasiaan" lanjut gue

"yang ini beda" sautnya yang masih asik menulis

"kok gue baru ngeliat lo nulis lagi ya"

"dari kemaren juga gue tetep nulis kok. lo aja yang ga tau"

"oh iya? kok gue ga pernah liat"

anne tertawa pelan

"gimana lo mau liat. gue kan nulisnya di kamar" kata anne "mau makan apa lo?"

anne menutup bukunya dan memasukannya ke dalam tas. timbul rasa penasaran yang sangat besar. gue pernah membaca isi buku tersebut, meskipun hanya beberapa lembar sebelum anne mengambilnya lagi. kali ini gue mau membaca semua isi buku tersebut. harusnya untuk saat ini gue bisa lebih mudah mendapatkan buku tersebut. tapi buku itu ada di kamarnya. apa gue harus lebih sering main ke kamarnya. tapi ga enak sama nenek, entar nenek berpikir cucuk kesayangannya 'dibejek' sama gue.

"lo mau makan apa?" gue berbalik tanya ke anne

"hhmmm, ga tau. belum begitu laper sih"

"yaudah entar aja dah makannya"

"Mang, es teh satu ya" teriak gue ke mamang warung

mamang warung membalas dengan mengangkat jempolnya

gue kembali menengok ke arah anne. menonpang kepala gue dengan satu tangan yang bertumpu di atas meja. karena posisi duduk kita berhadapan, gue bisa dengan puas menatap wajahnya.

tunggu, tunggu... daritadi kayanya ada yang aneh sama anne.

"Ne, coba lo diri deh"

anne mengernyitkan dahi

"kenapa?"

"udah diri aja dulu"

anne berdiri, gue perhatikan dengan detail pakaiannya. ga ada yang aneh sama pakaiannya.

gue mengendus berkali kali. wangi parfumnya juga ga ada yang aneh, sama seperti wangi parfum yang biasanya.

gue melihat ke kolong meja, anne menendang kaki gue

"ngapain lo?" ucapnya dengan mata melotot

"gue ga ngintipin lo" gue tau pasti dia mikir yang aneh aneh. dengan cepat gue mengklarifikasinya

gue liat sepatunya masih sama seperti sepatu yang biasa dia pakai.

gue pandangi wajahnya, dandanannya ga menor. masih sama seperti biasanya. hanya bermodal bedak tipis, polesan lipgloss tipis...

dan eyeliner. nah, itu yang aneh. eyeliner. keanehan bukan pada eyelinernya melainkan pada matanya. cara anne menatap gue sangat aneh.

"mata lo kenapa?"

"gpp"

"mabok lo ye?"

"enak aja, engga kok"

"trus kenapa tuh mata lo beler gitu"

anne tertawa pelan

"kl kata orang ini namanya mata yuyu. sama kaya mata lo. keren tau, berasa dingin gitu"

gue tertawa lebar

"mata lo soek, keren dari mana coba"

"banyak yang bilang kok. cara lo menatap orang itu keren, berasa dingin dingin gimana gitu"

bingung mata yuyu kaya gimana? mata gue lebar, tapi sedikit beler yang bikin mata gue keliatan sipit. dan menurut orang orang itu yang disebut mata yuyu. masih bingung? sama !! gue juga bingung mau mendeskripsikannya. Kira kira seperti itulah mata yuyu.

mamang warung datang membawa segelas es teh.

"nuhun mang" ucap gue

"sami sami"

"ngutang dulu ya mang" lanjut gue. lalu tertawa pelan

"mang, aku ngutang juga ya. nanti biar dante yang bayar sekalian"

"siap teh"

"heh... heh... apaan lo?"

"cuma seribu perak, pelit banget lo" kata anne. kemudian tertawa. mamang warung pun ikut tertawa.

"eh iya, besok jangan lupa lo"

"mau kemana?" tanyanya heran

"lo kan jadi pager betis acara kakak gue"

"pager betis? pager ayu, dodol !!" katanya "kita berangkat kapan?"

"nanti malam dijemput di kost"

"malam ini? gue belum siap siap"

"siap siap buat apaan? ga usah ribet deh"

gue mulai meminum es teh dan membakar sebatang rokok. tak lama rahman dan mei datang menghampiri. dari kejauhan gue dengar seto memanggil gue. anne langsung menatap gue dengan tajam. sorot matanya mengandung banyak ancaman jika gue berani menengok ke arah seto.

cukup lama kami mengobrol disini, hingga menyisakan tinggal kami berempat saja yang masih ada disini. mahasiswa/siswi lain sudah pada pulang beberapa waktu yang lalu. kami berempat beranjak meningalkan tempat ini, dan meneruskan obrolan di kost nenek............

-Lebih Dari Sekedar No Absen-Where stories live. Discover now