05

2.4K 184 11
                                    

...

||Flashback on||

Februari 2008
Seorang bocah dengan baju tidur yang masih melekat ditubuh kurusnya tengah berjalan perlahan menghampiri hyung-nya. Dialah Jihoon. Lee Jihoon. Namja bermata sipit dengan kulit putih pucat.

Dengan rambut yang masih acak-acakan beriring senyum berbinar, Jihoon menggenggam sebuah kertas gambar di tangan kanannya. Mata sipitnya tengah menatap lekat ke arah hyung satu tahunnya yang masih tertidur pulas di ranjang hangatnya itu. Dialah Seungcheol, Lee Seungcheol.

Senyumnya semakin mengembang saat pantatnya berhasil mendarat dipinggiran ranjang empuk hyung-nya. Tak perduli sakit dikepalanya, dan otot kakinya yang semakin melemas, dengan semangat Jihoon membangunkan hyung-nya.

"Hyungi, bangunlah. Ayo kita bermain salju. Dan lihatlah apa yang kubawa." ucap Jihoon.

"Aisshh.. tak bisakah kau hentikan suara berisikmu itu? Kau mengganggu tidurku saja." Seungcheol membolak balikkan posisi tidurnya dengan aura wajah yang kesal.

"Hyungi, ayolah. Bangun hyung. Lihaatlah apa yang kubawa untukmu." Jihoon menggoyang-goyang paksa tubuh hyung-nya yang masih tertutup oleh selimut.

"Jihoon-ah. Apa aku harus mengulang kalimatku lagi? Pergilah dari kamarku. Dan biarkan aku tidur. Jangan menggangguku." Seungcheol kembali mengubah posisi tidurnya, dan kini ia menyelimuti seluruh tubuhnya hingga kepala.

"Hyungi. Tak maukah kau melihatnya sebentar? Aku sengaja membuatnya untukmu." Jihoon menatap kecewa pada hyung-nya yang sama sekali tak menghiraukannnya.

Keadaan hening beberapa waktu. Sepertinya seungcheol tengah berfikir dalam diamnya.

"Ah, aku benci melakukannya. Tapi, aku tak sejahat itu. Aku hanya cukup melihatnya, dan dia puas, lalu dia akan pergi. Mudah..! Hanya itu saja." bisik Seungcheol dalam hati.

Dengan malas disingkirkannya selimut yang tengah menghalangi pandangannya. Seungcheol menatap sekilas wajah pucat dongsaeng-nya yang tanpa dosa itu.

"Baiklah, aku akan melihatnya." ucap Seungcheol malas.

Senyum Jihoon mengembang. Dibukanya lebar-lebar kertas gambarnya. Dengan penuh semangat ditunjukkan lukisan tangan itu pada Seungcheol.

"Aishh... " Seungcheol mengerutkan keningnya. "Apa ini?" ditariknya sebelah sudut bibirnya ke atas. Ia tersenyum sengit.

"Ini adalah kita dengan warna baju yang sama hyung. Warna merah. Bukankah kau suka sekali dengan warna merah? Dan lihatlah. Ini adalah kau, dan ini aku. Kita sedang bermain salju. Dan ini adalah boneka saljunya. Gambar ini bagus bukan? Aku sengaja membuatnya untukmu hyung." dengan semangat Jihoon menjelaskannya pada hyung satu tahunnya itu.

"Kita? Kau bilang ini Kita? Kurasa ini lebih mirip dengan tiang listrik. Dan ini... kau bilang ini aku? Kurasa aku tak seperti ini. Ini...?? Kau sebut boneka salju?? Kurasa ini lebih mirip dengan kodok. Ah, sudahlah. Keluarlah dari kamarku." Seungcheol kembali mendaratkan tubuhnya ke ranjang dan menyelimuti tubuhnya hingga kepala.

"Benarkah... kupikir gambar ini sangat bagus." dengan segunung rasa kecewa Jihoon beranjak dari ranjang hyung-nya.

Mata Jihoon berair, ya...dia menangis. Ia menatap dalam ke arah hyung-nya. "Hyung, kemana dirimu yang dulu. Apa kita tak bisa seperti dulu lagi? Aku rindu saat kita bermain bersama."

Jihoon ingat benar, kapan terakhir dia dan hyung-nya bermain salju bersama. Rasanya sudah lama sekali. Jihoon juga tau, apa alasan hyung-nya tak mau dekat dengannya lagi.
Yaaa.... itu karena penyakit yang tengah menggerogoti tubuhnya. Andai saja ia diberi satu permintaan, Jihoon ingin tetap berada dimasa lalu. Dimana ia bisa bermain bersama dengan hyung-nya. Pergi ke sekolah dan bertemu dengan teman-temannya setiap hari.
Dan tak ada penyakit terkutuk yang menyiksanya kini.
Tak akan ada jarum dan selang menakutkan, serta obat-obatan yang menjadi teman sekaligus menunya setiap hari.

"Aku sendiri... aku tak punya sahabat, bahkan teman." Jihoon menyeret kakinya untuk tetap berjalan menuju kamar. Membiarkan air matanya terus menetes membasahi pipi pucatnya.

...

Last Snow || SeventeenWhere stories live. Discover now