5. I Love You, Bubi

12.3K 1.5K 198
                                    

Iqbaal memarkirkan mobilnya di garasi, sejenak ia terdiam di dalam mobil tanpa melakukan apapun. Jarinya terangkat menyentuh tulang pipinya yang langsung menghasilkan sebuah ringisan kecil. Iqbaal tidak percaya kalau Daniel memukulnya dengan begitu keras.

Mungkin, Daniel cemburu atau Daniel sedang mabuk dan kehilangan kendali karna melihat ia dekat dengan (namakamu).

Iqbaal melepaskan seatbelt dan keluar dari mobil. Ia berharap orang tuanya sudah tidur dan tidak melihat memar di wajahnya.

Iqbaal membuka pintu secara perlahan, lampu ruang utama sudah mati dan membuatnya bisa bernapas lega. Karna, itu artinya orang tuanya sudah masuk ke kamar dan Ina sudah tidur. Iqbaal melepas sepatunya dan berlari menuju kamar sebelum Fakhri atau (namakamu) mendengar kedatangannya.

"Alhamdulillah...," desis Iqbaal lega saat ia sudah masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu.

Iqbaal meletakkan sepatu dan menjatuhkan tubuhnya begitu saja di atas bed kasur. Sekarang, ia memikirkan bagaimana caranya agar Fakhri dan (namakamu) tidak melihat luka memar di wajahnya besok pagi.

***

"KAK IQBAAL PAKE BLUSH ON!!" Ina berteriak keras saat melihat Iqbaal mengaplikasikan blush on ke wajahnya.

Iqbaal yang terkejut dengan kehadiran Ina langsung membuang blush on-nya begitu saja dan berlari mengejar Ina yang sudah berlari keluar dan pergi menemui Ibunya.

"Ina!" teriak Iqbaal berusaha menghentikan Ina.

"Mommy, kakak pake blush on di pipinya." Ina menunjuk Iqbaal yang baru saja sampai di anak tangga terakhir.

(Namakamu) menatap ke arah Iqbaal yang terlihat gelagapan mencari sesuatu untuk menutupi wajahnya. (Namakamu) meletakkan pisau roti di atas meja dan berjalan kearah Iqbaal.

"Kamu pake blush on?" tanya (namakamu) lembut.

"E-Enggak, Mommy, Ina cuma ngada-ada aja tuh." jawab Iqbaal tergagap.

"Coba liat?" (namakamu) mencoba menarik tangan Iqbaal dari wajahnya untuk melihat apa yang di sembunyikan Iqbaal.

"Mommy, aku lagi... sakit gigi, aduh! Sakit banget, Mommy."

"Iya, coba sini Mommy liat."

"Ini sakit kalo tangannya di lepas, Mommy."

"Enggak, Mommy cuma mau liat doang, sini!"

(Namakamu) menarik kuat tangan Iqbaal yang menutupi pipinya dan akhirnya anak lelakinya itu pasrah. Terlihat lebam di tulang pipi Iqbaal yang masih terlihat jelas meskipun sudah di poles blush on. Dan luka lebam itu membuat (namakamu) memekik panik, lalu menyentuh luka itu tanpa sengaja.

"Awh! Mommy!" Iqbaal meringis keras saat (namakamu) menekan lukanya.

"Ini... ini kenapa? Hah? Ini kenapa ini? Aduh, Iqbaal kamu berantem? Sama siapa? Di mana? Kapan? Bilang sama Mommy siapa yang udah berani mukul baby-nya Mommy? Siapa, Baal? Anak sekolahan kamu? Atau anak sekolahan lain? Kamu di apain aja sama d-"

"Syuuuuttt!" Fakhri menghentikan pertanyaan-pertanyaan alay (namakamu) dari tangga. Pagi-pagi, dia sudah mendengar pertanyaan menyebalkan sebanyak itu dari (namakamu), sungguh membuatnya bosan dan kesal.

Iqbaal sedikit menunduk ketika Fakhri sudah berdiri di samping (namakamu). Jantungnya berdebar kencang, takut kalau Fakhri akan menghadiahi paginya dengan omelan-omelan menyebalkan, karna melihat luka lebam di wajahnya.

"Kunci motor?" Fakhri menengadahkan tangannya di hadapan Iqbaal meminta kunci motor Iqbaal.

"Dad,"

Bubi & Pluto [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang