14. Berakhirnya Satu Hubungan (b)

10K 1.4K 381
                                    

Sadarkah dirimu kau langit bumiku
Bukalah matamu kau semua bagiku
Tolong jangan kau pergi tinggalkan aku
Ku mohon padamu

~Wali-Langit Bumi~

(Namakamu) menepis air matanya dan kemudian menarik napas panjang. Berharap air matanya berhenti terjatuh. Tapi, tetap saja tidak bisa. Air matanya terus merembes keluar. Rasanya sakit, jauh lebih sakit di banding bersama Daniel dulu.

"Kenapa?"

(Namakamu) menatap ke arah pintu dan melihat Ari berdiri di sana dengan senyum tipis.

Ari mendekat, lalu duduk di samping (namakamu) dengan senyum tipis yang kini melebar. Tangan kanannya terangkat menyentuh puncak kepala putri semata wayangnya. Ia menatap (namakamu) dengan tatapan bertanya.

"Kamu mau cerita sama Papa?" tanya Ari.

(Namakamu) menggeleng.

"Kenapa? Siapa tau Papa bisa bantu kamu."

"Ini tentang Iqbaal, Pah. Aku tau Papa nggak suka sama Iqbaal-"

"Sekarang Papa suka." potong Ari cepat dan diakhiri dengan kecupan di kening (namakamu). "Papa tau Papa salah karna maksain kamu sama Daniel. Papa nggak suka liat kamu nggak bahagia. Papa bakal restuin apapun keputusan kamu. Mama kamu juga pasti melakukan hal sama, sama Papa." lanjutnya.

(Namakamu) terdiam. Ia menatap Ari dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Kenapa baru sekarang?

"Aku sama Iqbaal udah putus, Pah. Iqbaal mutusin aku tadi." ucap (namakamu) lirih.

"Alasannya?"

(Namakamu) menggeleng. Ia tidak tahu apa alasan Iqbaal mengakhiri hubungan dengannya. Tadi, ia sudah bertanya apa alasan Iqbaal, tapi Iqbaal tidak menjawab.

"Dia pasti punya alasan. Jadi, tugas kamu sekarang cari tau apa alasannya dia mutusin kamu." ucap Ari. Ia beranjak dari duduknya dan melangkah pergi.

(Namakamu) menghela napas. Ari benar, ia harus mencari tahu apa alasan Iqbaal mengakhiri hubungannya. Mungkin, besok sepulang sekolah ia akan kembali ke rumah sakit dan meminta maaf pada Iqbaal karna tadi ia sempat meninggalkan Iqbaal sendirian di ayunan. Padahal, laki-laki itu masih sakit.

***

Fakhri duduk di samping Iqbaal yang kini mulai mengerjapkan matanya perlahan. Hatinya berdenyut sakit melihat Iqbaal selemah ini. Ia tidak suka keadaan ini. Ia lebih suka bertengkar dengan Iqbaal karna rebutan sarapan yang di buat (namakamu), di banding melihat Iqbaal seperti ini.

Sekarang, Fakhri tahu bagaimana perasaan Kakaknya dulu saat melihat ia kambuh. Rasanya, takut, sakit, panik, bahkan lebih dari itu. Sampai sekarang, Fakhri masih merasakannya setelah menemukan Iqbaal tidak sadarkan diri di lantai dengan darah memenuhi baju di bagian perut dua jam yang lalu.

"Da-Daddy," Iqbaal bersuara lemah. Bahkan, nyaris tidak terdengar.

Fakhri hanya diam ketika Iqbaal memanggilnya. Menikmati setiap suara dan pergerakan Iqbaal yang entah kenapa membuatnya semakin sesak.

Mungkin, kalian akan menganggap Fakhri berlebihan karna terlalu mengkhawatirkan anak lelakinya. Tapi, keadaan yang dialami Iqbaal pernah ia alami sendiri. Dan trauma kehilangan Kakaknya dulu masih belum hilang sampai sekarang. Dan alasan terkuat Fakhri merasa takut melihat Iqbaal seperti ini karna... sayang.

"Daddy jangan nangis." dahi Iqbaal berkerut dalam menahan nyeri di bekas jahitan dan dada kirinya. Ia berusaha menyembunyikan sakitnya agar Fakhri tidak lagi merasa takut kehilangan dirinya.

Bubi & Pluto [Completed]Where stories live. Discover now