9. Jerman?

11.2K 1.4K 105
                                    

Iqbaal menepikan motornya di parkiran studio. Melepas helm dan membantu (namakamu) untuk melepaskan helmnya. Ia senang bisa melakukan hal kecil itu pada (namakamu), memakai atau pun melepaskan helm untuk gadis itu.

"Lo mau ikut masuk ke dalam atau nunggu di warung gado-gado bu Ningsih?" tangan (namakamu) terangkat menunjuk warung gado-gado yang berjarak dua bangunan dari studio.

"Kayaknya, gue nunggu di warung gado-gado aja deh. Sekalian gue mau makan, laper."

(Namakamu) mengangguk, lalu meninggalkan Iqbaal masuk ke dalam studio menemui Yori yang sudah menunggunya.

Iqbaal menghela napas dan melangkah menuju warung gado-gado yang terletak tak jauh dari studio. Sebenarnya alasannya tidak ikut (namakamu) masuk ke dalam karna ia malas bertemu dengan Yori. Sebagai laki-laki, dia tahu arti dari setiap tatapan Yori yang di arahkan untuknya.

Menurut Iqbaal itu sangat menyebalkan.

***

Fakhri memasang wajah malas selama menemani (namakamu) berbelanja. Seandainya tadi dia tahu (namakamu) hanya berbohong jatuh dari tangga agar ia pulang dan minta di temani belanja. Fakhri menyesal karna percaya dengan kata-kata (namakamu) yang ternyata bohong.

"Pumpkin, masih lama? Gue laper, capek, pusing, pengen pulang terus tidur." ucap Fakhri dengan nada yang di buat-buat seolah dia benar-benar lelah.

"Syuuuuttt! Berisik!" balas (namakamu) ketus.

"Nemenin belanja kalo nggak di jadiin kacung begini sih gue nggak masalah Pumpkin. Tapi liat dong perbuatan lo pada suami tertampan lo ini." Fakhri mengangkat kedua tangannya yang menenteng banyak barang. "Berat tau!"

(Namakamu) menghela napas, lalu tersenyum miring. Kakinya terayun mendekat pada Fakhri yang masih memasang tampang memelas minta pulang.

"Peanuts, lo sayang gue?" tanya (namakamu) dengan mata berbinar.

Fakhri melengos lalu mengangguk. Tahu kebiasaan (namakamu) yang seperti ini.

"Kalo lo sayang gue, berarti lo harus bahagiain gue kan?" tanya (namakamu) lagi, kali ini di sertai tepuk tangan seperti anak kecil yang mengharapkan permen.

Lagi, Fakhri mengangguk tanpa menatap kearah (namakamu).

"Gendong!!" teriak (namakamu) tiba-tiba dan penuh semangat.

Kedua mata Fakhri hampir keluar dari tempatnya mendengar teriakan (namakamu) yang terakhir. Saat ini, Fakhri ingin sekali bunuh diri agar tidak di siksa (namakamu) seperti ini. Istri menyebalkan tapi cantik.

"Pumpkin tapi-"

"Peanuts please. Gue capek, lo nggak kasian apa sama gue? Di rumah kan gue yang jadi kacung, bangun paling pagi, nyiapin sarapan, nyiapin baju lo, ngelap kaca, nyapu, ngepel, nyuci piring, nyuci baju, masak buat makan malam. Lo cuma gue suruh bawain belanjaan gue doang ngeluh." ucap (namakamu) lirih.

Fakhri merasa tersentuh mendengar perkataan (namakamu) barusan. Batinnya membenarkan apa yang baru saja di katakan (namakamu). Wanita itu sudah melakukan banyak hal untuknya, Iqbaal, dan Ina. Sedangkan dia? Baru di suruh membawakan belanjaan saja sudah mengeluh berkali-kali.
"Ya udah ayo naik." Fakhri menyerah dan menekuk lututnya di hadapan (namakamu).

Seulas senyum manis kembali menghiasi wajah (namakamu), kakinya terayun kebelakang punggung Fakhri dan langsung melompat begitu saja, membuat Fakhri terkejut dan hampir jatuh.

"Makin tua makin berat lo." komentar Fakhri yang langsung di hadiadi dengan jitakan di kepalanya dari tangan (namakamu).

"Ngatain tua, lo sendiri juga tua!" ketus (namakamu).

Bubi & Pluto [Completed]Where stories live. Discover now