Chapter 1

7.8K 785 27
                                    

"Rhea, ayo bangun!" ucap Lyra membangunkan saudara kembarnya.

"Apa sih?" jawab Rhea cuek.

Sifat mereka memang sangat berbeda, Lyra lebih banyak bicara dan aktif. Sedangkan Rhea pendiam, sedikit berbicara, dan kalau dia marah sekalinya ngomong langsung nyelekit.

"Masa kau lupa sih? Ini kan hari ulang tahun kita."

"Terus?" sungguh jawaban yang tidak peka.

"Kita bangunkan Daddy dan Mommy, lalu seperti biasa mereka akan jadi orang pertama yang akan mengucapkan selamat pada kita."

"Baiklah."

Mereka beranjak dari kasur lalu menuju kamar Draco dan Astoria. Seperti biasa Rhea akan membangunkan Astoria sedangkan Lyra membangunkan Draco.

Rhea semakin takut kehilangan ibunya. Semakin hari wajah Astoria semakin pucat. Ia sangat takut, bagaimana kalau Tuhan mengambil ibunya di saat ia sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu?

"Rhea, kenapa? Ayo kita bangunkan."

Rhea mengangguk.

"Dalam hitungan ketiga ya. Satu...dua...tig—"

"Kami sudah hafal kalau kalian akan membangunkan kami, gadis kecil." ujar Draco yang tiba-tiba membuka matanya dan langsung duduk. Astoria juga melakukan hal yang sama.

Lyra langsung memeluk ayahnya "Selamat ulang tahun, honey."

Rhea juga melakukan hal yang sama, memeluk ibunya dengan sangat erat. Rhea menangis dalam pelukan ibunya, ia sungguh takut kalau ibunya pergi meninggalkannya "Kau juga selamat ulang tahun, sayang."

"Hey, kenapa kau menangis?" tanya Astoria sembari menghapus air mata yang masih mengalir di pipi Rhea.

"Mommy tidak akan pergi kan? Mommy akan selalu menemaniku dan Lyra sampai kami dewasa kan?"

"Kalau Tuhan mengijinkan, Mommy akan selalu ada untuk kalian. Kau jangan menangis lagi sayang. Nanti kita ke Diagon Alley, dan kau boleh membeli apa saja yang kau sukai."

"Lyra juga kan?"

"Iya sayang, kau juga."

"Astoria ini bukan ide yang bagus. Bagimana kalau kau nanti kelelahan? Dan aku tak bisa menemani kalian." ujar Draco.

"Draco aku janji tidak akan sampai kelelahan. Percaya padaku."

"Aku selalu percaya padamu."

——————————————————————————

Hermione terus menggerutu sepanjang jalan. Bagaimana tidak? Orang tuanya terus-terusan menyuruhnya untuk menikah. Umur Hermione sudah menginjak 25 tahun, bahkan Ginny sudah berkali-kali mencomblangkannya.

Tapi Hermione tak menyukai semua orang pilihan Ginny. Hermione merasa belum menemukan orang yang tepat.

Hermione juga memilih tinggal di dunia Muggle bersama kedua orang tuanya dan membantu mereka di klinik. Hermione tidak bermaksud meninggalkan dunia sihir yang sudah membesarkan namanya, hanya saja ia ingin menghabiskan waktu bersama kedua orang tuanya.

Menteri Sihir Kingsley juga menawarkan pekerjaan di Kementrian untuk Hermione. Tapi Hermione menolaknya dengan alasan membantu kedua orang tuanya jauh lebih baik.

Hermione sekarang sudah sampai di Leaky Cauldron lalu ia berjalan menuju halaman belakang Leaky Cauldron dan menekan sebuah batu bata, yang bisa ditemukan dengan menghitung tiga bata ke atas dan dua bata menyamping, sebanyak tiga kali.

Lalu batu bata itu bergerak dan membuka menampakkan sebuah tempat yang sangat ramai. Diagon Alley. Sudah lama ia tak mengunjungi tempat ini, sehingga Hermione sangat bersemangat saat memasukinya.

Saking semangatnya Hermione tak sengaja menabrak seseorang dan menyebabkan barang bawaan orang itu jatuh berserakan.

"Maaf, aku tak sengaja." ucap Hermione sambil membantu memunguti barang-barang yang terjatuh.

"Tidak masalah. Terima kasih sudah membantuku."

"Sama-sama." lalu mereka berdiri, dan saling bertatapan sejenak.

Hermione seperti mengenal orang ini, tapi ia tak ingat siapa dia. Apakah ini akibatnya, karena ia terlalu lama di dunia muggle?

Astoria tentu saja mengenal Hermione. Semua orang juga pasti mengenalnya sebagai sahabat Harry Potter, pahlawan perang, dan penyihir terpintar pada masanya.

"Hermione Granger!" pekik Astoria.

Dunia sihir memang berubah drastis semenjak jatuhnya rezim Voldemort, jadi tak salah kalau seorang Slytherin menyapa singa Gryffindor.

"Maaf, Anda siapa ya?" tanya Hermione kebingungan. Jujur saja ia merasa tidak enak hati saat menanyakan hal ini.

"Aku Astoria Greengrass, tapi lebih tepatnya sekarang namaku Astoria Malfoy."

"Malfoy? Kau menikah dengan Draco Malfoy?"

"Tentu saja. Siapa lagi nama Malfoy kalau bukan Draco?"

Sungguh Hermione banyak ketinggalan berita tentang dunia sihir. Bahkan ia tak tau kalau musuhnya yang paling kaya dan sombong sejagad raya itu sudah menikah. Ia tak menyangka kalau Astoria mau menikahi si ferret albino.

"Hahaha. Kau menikahi Malfoy? Si ferret albino dan manusia paling manja di dunia itu? Hahahaha"

Untuk saat ini Hermione tak bisa menahan gelak tawanya. Hermione mengira kalau Malfoy tak akan mempunyai istri dengan sifat manjanya itu. Tapi sekarang seorang wanita berdiri di depannya dan mengatakan bahwa ia menikah dengan Malfoy.

"Maaf bibi. Aku tidak suka kalau kau mengejek ayahku seperti itu." ujar Rhea yang tidak suka dengan ucapan Hermione.

"Maaf, aku hanya bercanda. Oh iya, lalu siapa dua anak ini?"

"Mereka anakku. Yang ini Lyra, dan yang baru saja berbicara denganmu tadi Rhea."

"Mereka kembar?"

"Tepat sekali. Tapi sifat mereka berbeda. Kau mau kemana?"

"Entahlah, mungkin ke Weasleys' Wizard Wheezes sekalian menemui George Weasley."

"Sebelumnya boleh aku bicara denganmu?"

——————————————————————————

Hermione merutuki dirinya sendiri karena menerima tawaran Astoria untuk mengasuh kedua anak kembarnya. Ini semua gara-gara si kecil Lyra yang terus-terusan meminta Hermione menjadi pengasuhnya. Karena menurut Lyra rambut megar Hermione sangat lucu, siapa tau ia bisa mendandaninya.

Sedangkan si kembar satunya Rhea hanya berkata "Kalau itu demi kebaikan Mommy, aku setuju."

Hermione menerima tawaran ini juga karena Astoria. Ia kasihan dengan Astoria, di usianya yang masih muda ia sudah di prediksi kalau umurnya tak akan lama lagi. Di samping itu Astoria juga harus mengurus putri kembarnya yang dalam masa pertumbuhan. Sungguh kasihan.

Karena Hermione menerima tawaran ini berarti ia harus bekerja di Malfoy Manor. Mengingat kenangan buruk 8 tahun silam. Dan tak lupa bertemu lagi dengan musuhnya.

Sekarang Hermione sudah berdiri di depan pintu super mewah dan berlambang huruf M besar. Lalu Hermione mengetuk pintu dengan ragu.

Hermione hanya berharap semoga yang membukakan pintu Astoria bukan si Mal—

"Granger!"

Oh Merlin! Kenapa kau tak mengabulkan doaku!?

-Tbc-

Sorry yak kalau chapter ini jelek :'(
Nanti chapter depan aku bagusin lagi kok :)

See you :*

A New WifeWhere stories live. Discover now