Chapter 4

5.9K 724 166
                                    

Pemakaman Astoria kemarin berjalan lancar, tapi yang namanya pemakaman walaupun berjalan lancar tetap saja tetap saja meninggalkan duka yang mendalam.

Si kecil Lyra dan Rhea sudah pasti menangis saat melihat jasad ibunya dimasukkan ke dalam tanah. Hermione kasihan pada keduanya, mereka masih kecil bahkan umur mereka masih 5 tahun untuk menyadari kenyataan ini.

Di umur yang masih tergolong balita, mereka termasuk tegar dan mau menerima kenyataan bahwa Tuhan telah mengambil ibu mereka. Tidak seperti anak lain yang mungkin akan menangis tanpa henti bila mengetahui ibu mereka telah tiada.

Tangis mereka cepat mereda, sehingga Hermione tak kerepotan untuk menenangkan mereka. Tetapi tentu saja Hermione tetap memberi dukungan dan menyemangati mereka.

Narcissa juga berkata pada Hermione bahwa ia sebaiknya tinggal di Malfoy Manor untuk merawat Lyra dan Rhea. Awalnya Hermione menolak karena tak enak hati dengan Draco, tapi demi kebaikan Lyra dan Rhea akhirnya Hermione mengiyakan tawaran Narcissa.

Berbeda dengan si kembar, berbeda pula dengan Draco. Sejak pemakaman Astoria kemarin, Draco tidak mau keluar dari kamarnya, ia juga tidak mau menemani Lyra dan Rhea untuk bermain, bahkan ia mogok makan.

Hermione sudah berkali-kali membujuknya tetapi tidak pernah berhasil, jawaban Draco pasti seperti ini "Kau tidak perlu berpura-pura membujukku, dan mengandalkan permintaan terakhir dari Astoria untuk menikah denganku. Sampai kapanpun aku tak akan pernah menikahimu, Mudblood!"

Jujur saja Hermione sakit hati saat Draco mengatakan semua itu. Bukan, bukan sakit hati karena Draco tak mau menikahinya. Tetapi sakit hati karena sebutan 'Mudblood' kembali didengarnya.

Hermione sendiri tidak ambil pusing tentang permintaan terakhir Astoria. Yang perlu dilakukannya untuk saat ini hanyalah menjaga Lyra dan Rhea dengan baik, seperti menjaga anaknya sendiri.

Dan lagi. Hari ini Hermione harus berusaha membujuk Draco untuk makan. Sebenarnya Hermione lelah harus melakukan hal ini lagi karena hasilnya sudah pasti, Draco akan mencaci-maki dirinya.

Hermione mengetuk pintu kamar Draco sambil membawa nampan berisi makanan. Lama Hermione menunggu sampai ketukan ketujuh Draco sama sekali tak menyahut.

Kemudian Hermione mencoba membuka knop pintu, dan ternyata Draco tidak mengunci ataupun memberi mantra pada pintunya. Akhirnya dengan tekad yang kuat Hermione masuk ke dalam kamar Draco.

Di sana Draco berdiri di depan jendela yang menghadap langsung ke taman Malfoy Manor. Penampilannya sangat kacau, dengan rambut dan baju yang berantakan.

"Malfoy?" Hermione mencoba membujuk Draco.

"Mau apa lagi kau, hah!?" bentak Draco.

"Malfoy tenangkan dirimu."

"Bagaimana aku bisa tenang saat orang yang kucintai pergi meninggalkanku!?"

"Aku tahu—"

"Kau tidak tahu apa-apa! Aku tau akal licikmu Granger! Kau berusaha mendekati Astoria, mengambil hatinya supaya ia menyuruhku untuk menikah denganmu. Lalu saat kau sudah menjadi istriku kau bisa menggunakan semua kekayaan kelurga Malfoy. Maka dari itu sampai saat ini, saat umurmu sudah 25 tahun kau belum menikah, karena menunggu peluang itu!"

"Malfoy aku tid—"

"Jangan harap aku bisa mencintaimu Granger! Kau tak akan pernah bisa menggantikan posisi Astoria!"

"Malfoy, kumohon—"

"Oh, aku tau. Atau jangan-jangan Auror itu salah. Orang-orang yang berusaha membunuh seluruh kelurga Malfoy itu adalah orang suruhanmu." ucap Draco sambil mendekati Hermione secara perlahan.

Hermione semakin mundur ke belakang. Ia takut Draco akan menyakitinya, apalagi saat ini ia sedang frustasi. Oh, bagus sekarang ia sudah mentok di tembok "Draco, tenanglah. Kau hanya stress dan frustasi karena tak bisa menerima kenyataan kalau Astoria—"

Mata abu-abu Draco berkilat marah, ia tahu apa yang akan diucapkan Hermione selanjutnya "Mati! Ya aku stress! Sangat stress! Bahkan ak—"

"MALFOY DIAM!" tegas Hermione. Cukup, Hermione tak kuat dengan semua ini. Air mata yang daritadi ditahannya sekarang berhasil lolos keluar dari matanya.

"Aku sungguh berniat baik untuk merawat kedua anakmu. Aku tak butuh kekayaan apalagi cintamu karena aku tahu cintamu hanya untuk Astoria, aku tak berhak untuk mendapatkannya. Orang-orang itu bukan suruhanku. Dan alasanku belum menikah sampai sekarang, karena aku belum bisa menemukan orang yang tepat." jelas Hermione.

Draco merasa bersalah pada gadis dihadapannya ini. Ia telah menuduh Hermione bahkan membuatnya takut karena bentakannya.

"Shuttt..... Granger maaf, aku tak bermak—"

Hermione mengusap air matanya kasar "Aku tahu, aku memang tak seharusnya ada disini." ucap Hermione sambil berlalu pergi.

Belum sampai Hermione tiba di depan pintu, Draco sudah menarik lengannya dengan kuat, sehingga saat ini posisi Hermione tepat di hadapan Draco.

Hermione tak mau memandang mata Draco, ia terlalu takut dengan kejadian yang baru saja dialaminya tadi.

"Granger."

"..."

"Granger, lihat aku!"

"..."

Kesal karena Hermione tak merespon dan terus menunduk, akhirnya Draco mengangkat dagu Hermione agar ia bisa menatapnya.

"Aku minta maaf, sungguh aku tak bermaksud seperti itu."

"Aku tahu ini bukan salahmu. Semua ini salahku, andai aku tadi tidak masuk, pasti semuanya tid—"

"Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."

Hermione sekarang baru sadar bahwa mata abu-abu itu begitu menawan, bahkan Draco Malfoy yang dulu dikenalnya sebagai laki-laki sombong, dan arogan sekarang meminta maaf padanya.

Draco sendiri juga tidak tahu, mengapa sampai segitunya ia meminta maaf pada Hermione. Baru kali ini ia sadar bahwa gadis kutu buku itu sangat cantik bila dilihat dari dekat.

Tunggu cantik? Tidak. Tidak mungkin. Cintanya hanya untuk Astoria, bukan wanita lain.

Karena posisi mereka sangat dekat saat ini, entah setan apa yang tiba-tiba merasuki Draco, sehingga ia mencium Hermione.

Hermione membelalakkan matanya karena terkejut tiba-tiba Draco menciumnya. Tetapi lama-kelamaan ia membalas ciuman Draco.

"Umm... Maaf." ucap Draco canggung.

Hermione menggeleng "Tidak apa-apa."

Mereka berdua tidak tahu hubungan apa yang mereka jalani saat ini. Musuh? Tentu saja tidak, karena mereka telah berhenti memperolok satu sama lain.

Teman? Mungkin.

Kekasih? Apalagi ini, entahlah mereka tidak tahu. Bahkan mereka sendiri tidak tahu perasaan masing-masing setelah kejadian ini.

Biarkan semuanya mengalir bagai air, meskipun mereka mengalir dari tempat yang berbeda, akhirnya mereka juga akan bersatu pada muara yang sama.


-Tbc-

Entahlah, dapet ide dari mana sampai chapter ini aku giniin, hehehe 😂😂😂

A New WifeOù les histoires vivent. Découvrez maintenant