Chapter 13

4.6K 615 50
                                    

Rhea segera berlari menuju tempat dimana saudaranya duduk bersama orang asing itu. Ia tak tahu siapa dia, tapi yang diyakini Rhea adalah orang asing itu laki-laki karena rambutnya pendek dan berantakan seperti tak pernah disisir selama sebulan. Dan orang asing itu terlihat lebih tua setahun darinya.

"Lyra!"

Lyra menoleh, "Oh akhirnya kau menemukanku juga,Rhea. Kupikir kau membiarkanku dan berpihak pada dad."

Orang asing itu ikut menoleh lalu memandangi Lyra dan Rhea secara bergantian. Mulai dari atas ke bawah, dan dari bawah ke atas. Kemudian ia mengucek-ngucek kedua matanya, seperti tak percaya akan apa yang dilihatnya.

"Kalian sama!" pekik orang asing itu.

"Itu jelas kami kan kembar." jawab Rhea.

Orang asing itu murung, "Andai saja kembaranku juga disini."

Lyra dan Rhea bertatapan sejenak, lalu Lyra berkata, "Umm, Rhea ini Apollo. Apollo ini Rhea saudariku."

"Apollo? Nama yang aneh." komentar Rhea sambil memicingkan matanya seolah-olah ia sedang mencari kesalahan dalam diri Apollo.

"Bukan nama aneh sebenarnya kalau kau lahir dan dibesarkan di Yunani serta tahu Mitologi Yunani tentang Dewa dan Dewi kuno." ujar Apollo lembut.

"Apa maksudmu? Mitologi Yunani? Dan kenapa kau bisa kenal Lyra, bahkan membuatnya tertawa?"

"Haruskah aku menjawab serentetan pertanyaanmu itu?"

Rhea memelototi Apollo hingga kedua bola matanya terlihat hampir keluar.

Apollo mengangkat bahunya dan mendengus, "Baiklah, jadi begini, aku, kakakku yang bernama Pollux, dan saudara kembarku Artemis memiliki orang tua blasteran. Ibuku orang asli Yunani sedangkan Ayahku orang asli Inggris. Dan ayahku adalah seorang penyihir keturunan darah murni, jadi jangan heran kalau aku bisa lancar berbahasa Inggris dan di sakuku ada tongkat sihir yang selalu kubawa."

Rhea melirik Lyra, "Jadi?"

"Jadi tadi aku bertemu Apollo disini, dan tak sengaja kulihat ia membawa tongkat sihir lalu aku tertarik dan mencoba berkomunikasi dengannya. Dan ternyata Apollo bisa berbahasa Inggris. Mulai sekarang kita tak akan kesepian lagi, Rhea. Kita memiliki teman baru!" jawab Lyra bersemangat.

"Tunggu!" seru Rhea. "Kau bilang Ibumu asli Yunani dan Ayahmu asli Inggris serta seorang penyihir keturunan darah murni. Lalu mengapa kau malah tinggal di Jerman? Lalu bukankah dibawah 17 tahun tidak boleh mengeluarkan sihirnya di luar sekolah? Dan apa maksudmu tentang 'Andai saja kembaranku juga disini'?

Lyra menyikut saudaranya, "Tak baik—"

"Sudahlah tak apa. Aku tahu aku tak bisa menghindari pertanyaan saudaramu ini." ujar Apollo murung.

"Bukan begitu maksudku, kalau kau keberatan—"

"Tidak Rhea, aku tak keberatan sama sekali. Aku sudah sejak lama ingin menceritakan semua ini pada orang lain. Tapi kalian berjanjilah untuk menjadi temanku." ujar Apollo menunjukkan jari kelingkingnya.

"Kami berjanji!" seru Lyra dan Rhea bersamaan.

Apollo menarik napas dan memejamkan matanya, lalu matanya membuka dan menerawang langit cerah seolah-olah ia sedang menghitung jumlah awan di langit yang sudah pasti mustahil terlaksana.

"Aku lahir di Yunani dan tumbuh disana. Keluargaku bisa dibilang keluarga yang bahagia dan damai. Ibuku memang bukan penyihir, tapi ia mencintai Ayahku dengan segala keanehannya. Bahkan Ibuku sering menyuruh Ayah untuk menggunakan sihirnya saat memindahkan barang."

A New WifeWhere stories live. Discover now