2. Salahkah?

3.3K 320 17
                                    

Lanjut lagi, ya! Apa yang sebenarnya terjadi dengan Ron?

Happy reading!

***

Terbangun sendirian menyadari pasangan tak ada di sisinya, Hermione menggeliat malas sambil berusaha menyembunyikan tubuh telanjanganya dari balik selimut tebal. Napasnya terengah meski rasa kantuk dan lelah masih menguasai seluruh persendian tubuh kecilnya.

Bagian sisi ranjang Draco ditinggalkan dalam keadaan rapi. "Pria itu memang perfectionis." Batin Hermione sabil terus mengumpulkan kesadarannya.

Bermodal selimut tidur, Hermione bangkit dari ranjang. Dililit seadaannya dari bagian dada hingga menjuntai turun ke kaki, selimut putihnya bersama Draco lumayan menyembunyikan kemolekan tubuh Hermione meski pernah mengalami pembesaran hebat karena kehamilan hingga kelahiran putra tunggalnya, Scorpius.

Hermione membuka pintu kamar hingga terbuka sedikit celah dari dalam sana. Suara-suara panci beradu, gemericik minyak panas dan suara lemari pendingin di banting menandakan ada aktifitas di dapurnya. "Apakah itu Draco? Tidak biasanya ia bangun dan membuat sarapan," katanya pelan. Mereka memang tak menggunakan peri rumah. Jadi, seluruh urusan dapur biasanya memang Hermione yang mengatur.

Keputusan Hermione pagi ini adalah memilih untuk mandi terlebih dulu dan membersihkan sisa-sisa pergulatannya semalam bersama Draco sebelum turun mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di lantai dasar. Ia berharap itu benar-benar Draco yang memasak. Pagi ini ia lapar sekali.

Scorpius duduk tenang ditemani boneka Basilisk hijau favoritnya. Draco jauh lebih tenang meninggalkan Scorpius sendiri di atas kursi tingginya bersama boneka itu sementara ia berusaha membuat sarapan untuk dirinya dan juga Hermione. Untuk Scorpius, ia sudah kenyang dengan sereal gandum coklat dan susu dingin favoritnya.

"Daddy—" panggil Scorpius, "Mummy mana?"

"Mummy di sini, sayang." Hermione menuruni tangga sambil asik mengikat rambut mengembangnya tinggi-tinggi. "Morning, handsome!" ia mengecup sisi kiri pipi Scorpius.

"Morning, Mummy," jawab Scorpius.

Draco berhasil menyelesaikan satu mangkuk adonan pancake hingga habis. Ada beberapa lembar yang matang, sebagian hancur karena gosong dan encer pada awal penggorengan. Hermione tersenyum melihat kue hasil buatan Draco. Tidak bulat sempurna, namun lumayan baik jika sebatas dilihat saja. Mengembang sempurna dan kecoklatan. Pas namun entah rasanya.

"Cobalah, aku sedikit berimprove dengan resep yang kau tempelkan di lemari pendingin," ujar Draco dengan bangga menyajikan satu tangkup pancake dan saus madu.

Bukannya mengicipi, Hermione sibuk melihat piringnya dari berbagai sisi. "Cantik, baunya juga enak. Tapi—"

"Tapi apa?"

"Aku tak yakin rasanya enak."

Draco berubah cemberut. Scorpius langsung tertawa lantas menyendokkan sereal dari mangkuknya ke mulut sang ayah kasihan. "Coba dulu, baru komentar rasanya," kata Draco dengan mulut penuh susu vanila.

Satu potongan kecil pancake ala Draco masuk ke mulut Hermione. Tiga kali mengunyah, Hermione tiba-tiba berhenti. "Seperti ada rasa.. jahe?"

"Yeahh—" wajah Draco berbinar.

"Enak!"

Draco memekik senang diikuti teriakan Scorpius dari atas kursi tingginya. Ia bertepuk tangan girang ikut merayakan pujian ibunya untuk masakan sang ayah. Hermione menikmati sarapannya hingga habis dengan diiringi ucapan terima kasih Draco dan riuh tepukan dari Scorpius.

I Wont You to Need Me (Dramione)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang