10. Tanpa Pilihan

2.3K 234 7
                                    

"Bicara, Hermione! Ada apa? Demi Merlin katakan!"

Draco pikir dengan cara ia menyembunyikan semua permasalahannya terdahulu dengan Astoria dari Hermione membuat hubungan rumah tangannya tenang. Nyatanya itu tidak. Hermione menuntut sebuah keterbukaan dari Draco. Tentang Astoria.. dan masa lalunya. "Apa salahnya kau untuk jujur pada istrimu sendiri, hah?" Hermione berteria-teriak kesetanan di dalam kamarnya dengan Draco. Malam ini seperti petaka ketika tak sengaja Hermione tahu tentang nama Bianca.

Keesokan harinya setelah Scorpius semakin nyaman dengan kelinci putih itu, Draco tiba-tiba saja bungkam saat Hermione menyebutkan nama Bianca tepat Scorpius mengusulkan nama pada mereka. Tidak ada satupun yang memiliki usulan tentang nama, sampai akhirnya Hermione memilih satu, yaitu Bianca. Sontak Draco terlonjak dari tempat duduknya dan menatap tajam Hermione. Aura kemarahan menguasai tubuh Draco mengingat Hermione sejak awal tampak menyimpan sesuatu darinya. Semua kemarahan.

Dengan gaya mencibir, Hermione menantang Draco bahwa nama itu hanya nama umum biasa yang bisa ia pilih sesuka hati. Tapi, Draco cukup peka jika Hermione sedang berusaha mengungkit masa lalunya. Semuanya terasa kaku di antara Draco dan Hermione hingga bulan perlahan meninggi di langit malam.

"Astoria mengatakan apa saja padamu?"

Mantera peredam suara telah terpasang sempurna karena inisiatif Draco. Scorpius belum tidur, sehingga ia perlu mengantisipasi jika si kecil Malfoy tiba-tiba saja mendatangi kamar orang tuanya hanya untuk sekadar menyampaikan selamat malam. Itu bisa berbahaya.

"Benar kau yang bertanya? Bukankah seharusnya aku yang bertanya padamu?"

Suara mereka memantul di antara dinding-dinding dan menyusup ke setiap pori-pori kulit mereka. Tubuh Draco meremang hebat. Kata-kata Hermione seolah menusuk segala persendiannya hingga tak mamu untuk bergerak.

"Lalu dengan apa lagi aku bisa buktikan bahwa aku dan Astoria—berakhir? Itu, kan, masalahmu?" bentak Draco tak lagi bisa menahan diri.

Mereka sengaja menjatuhkan tongkat masing-masing, apalagi Draco. Ia takut jika emosinya tak terkendali mampu melukai Hermione dan calon bayinya dengan satu kali ucap mantera. "Aku kira aku benar memilihmu, Draco—"

Hermione menurunkan sisirnya. Pandangannya lurus ke depan, menatap pantulan dirinya di depan cermin rias. Wajahnya pucat dan sembab. Jejak-jejak air mata di kedua pipinya belum hilang. Hermione malas menyentuh air untuk mencuci muka selain air matanya sendiri.

"AKU MENCINTAIMU, HERMIONE!"

Tidak cukup bagi Draco untuk berteriak pada Hermione, ia lantas menarik tangan Hermione agar berdiri dari tempat duduknya dan menyeretnya duduk kembali di atas ranjang. "Aku telah berusaha keras mendapatkanmu dari si Weasley itu, Hermione. Aku memperjuangkanmu untuk diriku. Karena aku mencintaimu. Aku mohon, Hermione. Apa yang harus aku lakukan agar kau percaya bahwa aku benar-benar mencintaimu—"

"Atau kau hanya mencoba mempermainkan hidupku? Oh mungkin kau hanya mau menutupi rasa kecewamu karena lepas dari Astoria? Draco, kau sadar tidak jika di luar sana.. Ron tersiksa karena semuanya! Ini semua salahmu!"

"Salahku?" Draco bangkit kembali, suaranya tak lagi sekeras sebelumnya, "Karena aku merebutmu darinya yang jelas tak bisa membahagiakanmu sepertiku?"

Draco berjalan pelan menuju meja sudut, foto dengan unsur sihir berbingkai indah ia ambil dan tunjukkan tepat ke hadapan Hermione. Mereka berdiri berdampingan dalam balutan busana pengantin yang serasi. Senyuman Hermione mengembang sembari mengapit lengan kiri Draco erat. Mereka sangat bahagia kala itu. tepat setelah janji mereka terucap di depan puluhan tamu saksi pernikahan mereka.

I Wont You to Need Me (Dramione)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora