7. Astoria

2.5K 255 36
                                    

Draco memesan satu meja dengan empat kursi di bagian sudut kedai Florean Fortescue's Ice Cream Parlour. Scorpius tak ingin cepat pulang setelah ia mendapat sapu terbang mainan barunya. Ia ingin langsung mencobanya melainkan mendapat larangan dari sang ibu. Hermione tak mau Scorpius mencoba sapu barunya di tempat yang ramai dengan penyihir. Sapu mainan itu belum jelas kadar sihirnya sebelum dicoba berkendara selama satu jam penuh sebagai permulaan.

Hermione hanya takut, Scorpius terjatuh atau bisa jadi lebih parah dari itu.

Adanya Astoria di tengah-tengah mereka membuat Scorpius ikut tak nyaman. Ia hanya ingin pulang sebelum Astoria menawarkan sesuatu padanya. "Makan es krim dulu, yuk. Auntie yang traktir." Ujar Astoria.

Scorpius sempat meminta pendapat ayah dan ibunya. Sama dengan dirinya, Draco dan Hermione sendiri tak nyaman dengan kedatangan Astoria. Wanita itu memiliki sejarah kelam tersendiri dalam hubungan mereka berdua. Khususnya untuk Draco.

"Enak, kan?" Astoria bertanya. "Berarti seleramu sama seperti Daddy, Scorp. Dulu Daddymu juga suka es krim strawberry and peanutt butter ketika muda."

Draco menurunkan sendok es krimnya. Menunduk tak ingin menata siapapun. Astoria terus bercerita tentang dirinya tanpa mengingat kisah itu sama saja mengulik masa lalunya dan Astoria di hadapan Hermione. "Bukan begitu, Draco? Kau bahkan sempat memakan milikku juga." Astoria kini tertawa diikuti Scorpius.

"Kau dulu rakus juga ternyata," bisik Hermione dengan senyuman dipaksa. Hatinya perih.

Tanpa rasa tak enak, Astoria tertawa. "Benar, Hermione. Dulu Draco suka sekali makan es krim. Aku sampai hafal apa saja es krim yang ia makan setiap harinya. Beda hari beda rasa, tapi yang wajib, ya, strawberry peanutt butter. Apa masih sama sampai sekarang, Hermione?"

Hermione memandang Draco mencari jawaban. Ia sendiri tahu di wajah suaminya itu tak ada jawaban yang bisa membantunya. Sepanjang ia mengenal Draco, sama sekali suaminya tidak begitu menggilai es krim. Draco lebih memilih minum teh hangat daripada es krim sekarang, dan mungkin sejak ia belum bersama Draco.

Pada tempatnya duduk, Draco masih diam. "Ah, mungkin kita harus pulang sekarang. Sayang, sudah selesai makannya?" tanya Draco pada Scorpius. Draco tak lagi tahan dengan suasana santai keluarganya. Ia mengharapkan hari ini akan bahagia dengan mengajak Scorpius dan Hermione untuk menghabiskan akhir pekan bersama. Tapi apa daya Draco jika Astoria, tanpa ia harapankan, datang dan ikut bergabung dengan ia dan anak istrinya.

Scorpius menunjukkan es krim di mangkuknya. Tinggal sedikit itu pun hanya tersisa biskuit lembek yang hancur. Scorpius mengangguk. "Baiklah," ujar Draco memutuskan untuk langsung bangkit. Merogoh saku celananya bersiap membayar.

"Scorp, kau langsung bersama Mummy, ya, Daddy mau bayar dulu di—"

"Tak perlu, Draco. Aku sudah membayar semuanya tadi. Ah—" tanpa melihat Hermione yang masih duduk di bangkunya, Astoria cepat-cepat menghampiri Draco dan mencium pipi kanannya.

Deg! Hermione melihat pipi suaminya dikecup oleh bibir wanita lain. Pipi yang rutin setiap pagi, setiap siang, sore, malam.. setiap hari ia kecup dan merasa itu hanya miliknya, kini sentuh oleh wanita lain. Baiklah jika wanita itu Hermione kenal sebagai wanita yang baik dan tidak memiliki sejarah khusus dengan Draco, tapi itu adalah Astoria.

Mantan kekasih bahkan tunangan dari Draco.

"Aku harus pergi," dengan berbisik, kepala Astoria masih berada di dekat pipi Draco. Ia kembali menjelaskan tentang kedatangannya di Diagon Alley, "aku sebenarnya ada pemotretan di kantor Daily Prophet. Mangkanya aku mengirimimu pesan kemarin." Ujar Astoria lantas menjauhkan tubuhnya dari Draco.

I Wont You to Need Me (Dramione)Where stories live. Discover now