11. Cinta

3.2K 271 13
                                    

TERAKHIR!!!!!

Mari dibaca!

================================================

"Selamat malam Mr. Malfoy dan tentu saja.. Mrs. Malfoy. Kau tampak kacau malam ini. Jangan stress, itu tidak baik untuk janinmu. Aku tahu, kan? Meski aku tak pernah punya anak, aku tetap mau peduli padamu."

"Tapi perbuatanmulah yang membuatku seperti ini.. Ronald."

Hermione meremas kuat tangan Draco sekuat ia membalas ucapan Ron. Tubuh ringkihnya tertutup di balik jubah hitam panjangnya. Masih dengan tongkat teracung, Draco bersiap menjaga Hermione karena Ron bisa saja menyerang mereka tiba-tiba. Ron tak terlihat membawa tongkat. Ia hanya membawa pisau lipat kecil di tangan kanannya sementara tangan kirinya penuh dengan noda darah sebagai indikasi jika ia adalah pelaku pembunuh kelinci putih Draco dan Hermione.

Pandangan Ron terus tertuju pada mata Hermione. Kilatan iris biru matanya memancar karena pantulan cahaya sinar tongkat Draco. Terus bergerak maju, Ron menggiring Draco dan Hermione tepat berdiri ke tengah taman. Lampu-lampu taman tidak sempat menyala sehingga ketiganya hanya mengandalkan cahaya bulan dan sorotan dari tongkat Draco.

Cahaya bulan jatuh tepat di wajah Ron yang tersenyum. Sesuatu yang begitu indah namun tergambar menyeramkan jika hati tak ikut tersenyum. Itulah Ron. "Pikirkan saja masa depan dirimu. Tak perlu kau mengurusi keluargaku lagi!" Bentak Draco.

Telunjuk Ron langsung teracung mulai tersulut perkataan Draco. "Aku tak mengurusi keluargamu! Aku juga tak mau ikut campur urusanmu! Aku di sini hanya sebagai bayangan masa lalu kalian. Bayangan yang kalian tinggalkan begitu saja. Tapi lupakah kalian bahwa bayangan akan selalu mengikuti?"

"Jangan bermain pengandaian, Weasley—"

"Daripada aku katakan yang sebenarnya langsung, bahwa kau merebut istri orang lain dengan mengotori rahimnya secara TIDAK MANUSIAWI!" Ron membentak hebat, wajahnya semakin memerah. Ia tak talgi malu untuk meluapkan segala kekesalannya selama bertahun-tahun ditinggalkan Hermione.

Hermione memandang Ron sebagai akibat dari sebuah dendam. Ya, semuanya berlandaskan dendam, baik Draco maupun Ron memilih untuk saling berhadapan. Mereka sama-sama dewasa, apa yang mereka lakukan perlu dipertanggungjawabkan meski dengan cara yang salah sekalipun. Ron adalah pihak pertama menuntut segalanya dibuka. Draco dengan tangan terbuka siap memberikannya. Sementara Hermione, ia terpaksa harus merelakan dirinya tersiksa karena pilihannya.

Tangan kanan Ron terulur keluar dari jubah. Menunjukkan ujung pisau lipatnya ke hadapan Draco dan Hermione. Satu tetes darah berwarna merah jatuh lantas pecah ketika sampai di atas rumput basah. "Setiap hari, aku merelakan satu bagian diriku mati untu memikirkan satu orang yang tak bisa pergi dari kepalaku," kali ini wajah Ron tertunduk. Aliran darahnya tak sebaik hari-hari biasanya. Badannya pucat. Badannya kurus kering dengan perut sedikit membuncit. Ujung-ujung kakinya sedikit membiru dan bengkak. Badan Hermione meremang mengingat jika Ron mengalami perubahan drastis pada tubuhnya. Ia mengenal tubuh itu jauh lebih dulu sebelum ia mengenal tubuh Draco.

Hermione tidak mau memungkiri ada rasa bersalah dengan yang telah ia lihat saat ini.

"Mana yang kau sebut dengan cinta, Hermione? Yang mana?"

Untuk kesekian kalianya, Draco berdiri di depan Hermione memberikan proteksi terbaiknya. Dengan cepat, pandangan Ron terputus oleh Draco. "Rasakan dan terima, Weasley. Kau menjadikan dirimu hanya untuk menunggu. Menerima apa yang kau terima bukan memperjuangkannya—"

I Wont You to Need Me (Dramione)Where stories live. Discover now